sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pengamat nilai kenaikan harga LPG picu perpindahan konsumen

Ada kemungkinan masyarakat akan beralih ke LPG subsidi karena kenaikan harga.

Gempita Surya
Gempita Surya Senin, 11 Jul 2022 12:27 WIB
Pengamat nilai kenaikan harga LPG picu perpindahan konsumen

PT Pertamina (Persero) mengumumkan kenaikan harga jual LPG nonsubsidi untuk produk Bright Gas 5,5 kg, Bright Gas 12 kg, dan Elpiji 12 kg yang berlaku sejak kemarin (10/7).

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda menilai, naiknya harga LPG nonsubsidi dapat berdampak pada meningkatnya angka inflasi, sehingga mempengaruhi harga sejumlah komoditas.

"Angka inflasi kita secara YoY (year on year) sudah mencapai 4,35%, lebih tinggi dari target pemerintah dan BI sebesar 4%. Maka kenaikan gas LPG non subsidi akan menaikkan harga beberapa barang," kata Huda kepada Alinea.id, Minggu (10/7) malam.

Huda menilai, kenaikan harga ini juga dapat menekan daya beli konsumen produk LPG subsidi yang telah beralih ke LPG nonsubsidi. Akibatnya, hal ini dapat memicu perpindahan konsumen kembali ke produk LPG subsidi.

"Kenaikan ini juga akan memicu perpindahan konsumen LPG non subsidi ke LPG bersubsidi. Sama seperti kasusnya di BBM, dimana ada perpindahan konsumen dari Pertamax ke Pertalite," ujar Huda.

Di sisi lain, Huda menilai kenaikan harga LPG nonsubsidi dapat menyebabkan kelangkaan stok LPG subsidi. Huda menyoroti ihwal distribusi LPG subsidi yang tidak terpantau dengan baik.  

"LPG nonsubsidi belum naik saja, sudah langka juga sebenarnya untuk LPG subsidi, karena memang tidak ada sistem yang memisahkan penerima yang berhak dengan yang tidak," kata Huda.

Menurut Huda, perlu ada perbaikan dari sisi distribusi untuk meminimalisir dampak kenaikan harga jual LPG non subsidi, khususnya terkait kelangkaan stok pada produk LPG subsidi.

Sponsored

"Harus dipikirkan untuk distribusinya, jangan sampai ada kelangkaan yang semakin parah. Jangan sampai kasusnya seperti minyak goreng," ujar Huda.

Terkait potensi perpindahan tersebut, sejumlah konsumen produk LPG nonsubsidi mengaku akan tetap membelinya dengan alasan yang beragam. Misalnya, Osadhani, seorang konsumen LPG nonsubsidi yang menggunakan produk Bright Gas 5,5 kg untuk keperluan pribadi. Osadhani mengaku, tak akan berpindah ke LPG subsidi, meski dalam sekali pembelian ia membeli dua tabung sekaligus.

"Nggak (akan beralih) sih. Ribet ganti-ganti dan kebetulan pemakaiannya untuk pribadi juga, jadi masih on budget," kata Osadhani kepada Alinea.id.

Hal senada diungkapkan Natalia dan Paundria, konsumen Elpiji 12 kg yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Namun, keduanya mengaku juga memiliki produk LPG subsidi yakni tabung Elpiji 3 kg.

"Tetep (pakai Elpiji 12 kg), cuma mungkin pemakaiannya lebih dihemat," ujar Natalia.

Sementara Paundria mengaku, meski menggunakan produk LPG subsidi dan nonsubsidi secara bergantian, ia lebih sering menggunakan Elpiji 3 kg. Hal ini, kata Paundria, dikarenakan Elpiji 12 kg sulit ditemukan di daerah tempat tinggalnya di wilayah Boyolali, Jawa Tengah.

"Tabung gas biru (Elpiji 12 kg) di sini langka, hampir nggak ada yang jual malah. Belinya harus ke Pertamina gede yang lumayan jauh dari rumah," kata Paundria.

Sulitnya pasokan Elpiji 12 kg juga dikeluhkan Aca, seorang wiraswasta di Bogor. Aca merupakan konsumen LPG nonsubsidi yang menggunakan produk Elpiji 12 kg untuk keperluan pribadi dan usaha kecil.

"Di daerah banyakan yang jual 3 kg, gampang nemunya, di warung-warung juga jual. Kalau yang gas 12 kg cuma nemu satu agen yang jual," kata Aca kepada Alinea.id.

Kendati demikian, Aca mengaku tak akan beralih ke produk LPG subsidi pascanaiknya harga produk nonsubsidi. Ia menilai, penggunaan Elpiji 12 kg lebih hemat dan bertahan lama hingga 5 bulan.

"Pernah pakai gas 3 kg buat sehari-hari, sering dipakai masak kan, itu paling cuma seminggu lebih," ujarnya.

Berita Lainnya
×
tekid