sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Presidensi G20, Sri Mulyani: International taxation sesi sangat penting

Lebih lanjut Sri Mulyani mengatakan, pihaknya juga membahas mengenai kondisi di negara berkembang dan negara miskin berutang.

Anisatul Umah
Anisatul Umah Jumat, 18 Feb 2022 20:26 WIB
Presidensi G20, Sri Mulyani: International taxation sesi sangat penting

Agenda Presidensi G20 membahas berbagai isu di sektor ekonomi, di mana menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani isu mengenai pajak internasional (international taxation) menjadi isu yang sangat penting.

Dalam Press Conference of G20 Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Sri Mulyani mengatakan dirinya memimpin agenda G20 untuk tiga isu penting. Pertama mengenai sustainable finance, bagaimana dunia menghadapi tantangan krisis.

Seperti perubahan iklim agar bisa keluar dengan rumusan kebijakan-kebijakan di bidang keuangan menciptakan aksi yang kredibel. Kemudian sesi kedua membahas mengenai infrastruktur. Menurutnya infrastruktur ini penting bagi seluruh dunia dan khususnya pengaruh dari pandemi ini.

"Pandemi pengaruhi kecepatan dan kondisi pembangunan infrastruktur di berbagai negara. Bagaimana di antara negara G20 dan dunia bisa bangun infrastruktur secara berkelanjutan dengan kualitas baik dan juga dengan partisipasi privat sektor," paparnya, Jumat malam (18/2).

Kemudian sesi terakhir yang sangat penting, Kata Sri Mulyani, adalah international taxation. Di sini dibahas mengenai pajak menyangkut dua pilar. Pertama perpajakan di sektor digital.

"Selama ini jadi isu yang sangat tegang di antara negara G20 dan seluruh dunia dan disepakati bagaimana mekanisme perpajakan khususnya sektor digital yang bergerak secara internasional atau global," jelasnya.

Pilar kedua adalah global minimum tax. Dia menjelaskan perusahaan yang bergerak antar negara kemungkinan ada upaya untuk menghindari pajak.

"Bagaimana semua negara sama-sama hindari langkah-langkah hindari perpajakan dengan langkah pilar kedua. Kami berlakukan minimum tax dan kerangka kerjasama," lanjutnya.

Sponsored

Lebih lanjut Sri Mulyani mengatakan, pihaknya juga membahas mengenai kondisi di negara berkembang dan negara miskin yang mengalami kondisi utang. Kondisi ini tidak mudah, oleh karena itu kerjasama dari kreditur.

"Khususnya negara low income country alami krisis utang butuh kerjasama global dari kreditur berikan ruang bagi negara-negara tersebut untuk kembali pulih," ucapnya.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan memimpin sesi berkaitan dengan international financial architecture dan sesi berkaitan dengan financial reform.

Di dalam sesi financial architecture membahas berbagai isu berkaitan dengan sektor keuangan global. Khususnya bagaimana merencanakan dan antisipasi dari normalisasi kebijakan di negara-negara maju khususnya di kebijakan moneter.

Pemulihan ekonomi global berlanjut meski di dalam jangka pendek dihadapkan pada masalah normalisasi kebijakan, baik fiskal dan moneter. Termasuk rencana kenaikan suku bunga The Fed.

"Juga ada risiko berkaitan dengan gangguan mata rantai suplai global dan masalah energi dan masalah tensi geopol," tuturnya.

Berita Lainnya
×
tekid