sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ribuan ton bawang putih impor guyur pasar lokal

Kenaikan harga bawang putih yang sempat menyentuh Rp100.000 per kilogram mulai normal setelah diguyur 8.625 ton dari impor.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Sabtu, 11 Mei 2019 00:02 WIB
Ribuan ton bawang putih impor guyur pasar lokal

Kenaikan harga bawang putih yang sempat menyentuh Rp100.000 per kilogram mulai normal setelah diguyur 8.625 ton dari impor.

Direktur Jenderal Kementerian Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti memastikan harga bawang putih sudah kembali normal. Saat ini, harga bawang putih rata-rata berada pada level Rp35.000 per kilogram.

"Kalian bisa lihat harganya di sini sudah Rp3.500 per seratus gram atau Rp35.000 per kilogram," ujarnya saat melakukan kunjungan lapangan untuk memantau harga di ritel modern Giant Bintaro, Tangerang, Banten, Jumat (10/5).

Dia menjelaskan, saat ini pemerintah telah menambah pasokan bawang putih per 8 Mei 2019 sebanyak 8.625 ton untuk disebar ke seluruh Indonesia. Menurutnya, kenaikan harga bawang putih di berbagai daerah tersebut terjadi lantaran kekurangan pasokan barang disusul dengan permintaan yang tinggi.

“Kalau sekarang sudah ada tambahan pasokan barang, jadi tidak ada alasan lagi bagi pedagang untuk menaikan harga di pasar,” ujarnya.

Sementara untuk pasar tradisional sendiri, Tjahya mengatakan harga jual bawang putih rerata Rp32.000 per kilogram. “Kita terus berupaya agar turun harganya. Dalam dua minggu ini lah,” ujarnya.

Tjahya mengaku telah melakukan rapat bersama dengan sejumlah importir bawang putih beberapa waktu lalu. Importir telah diminta untuk menggelontorkan semua pasokan bawang putih yang mereka miliki ke pasaran.

“Kita minta para importir itu untuk menggelontorkan semua pasokannya ke pasar. Jadi bukan mengimbau lagi,” katanya.

Sponsored

Saat ini, Kemendag telah mengantongi nama-nama importir bawang putih tersebut. “Kami sudah kantongi nama-namanya. Jika ada dari mereka yang kemudian main-main akan kami tindak,” ucapnya.

Sementara itu, jika dilihat dari laporan real time laman infopangan.jakarta.go.id, untuk harga bawang putih per 10 Mei 2019 di pasar tradisional di wilayah DKI Jakarta masih mencatatkan harga yang tinggi. Di Pasar Kalibaru, harga bawang putih masih sangat tinggi di angka Rp80.000 per kilogram. Sedangkan untuk harga terendah Rp40.000 di Pasar Pal Meriam.

Menanggapi hal ini Tjahya mengatakan, masih tingginya harga di sejumlah pasar tradisional disebabkan karena para pedagang pasar masih menyimpan stok bawang putih yang lama. 

“Kalau ini kan impor baru. Yang masih tinggi itu mereka sepertinya menghabiskan stok lama. Mereka juga enggak mau rugi dong,” jelasnya.

Selain karena menghabiskan pasokan barang yang lama. Masih tingginya harga bawang putih di pasaran harus dilihat dari jenis bawang putih tersebut. Ia mengatakan, untuk bawang putih jenis kating memang masih tinggi. 

Kating tinggi karena memang pasokannya terbatas. Kami kan sepenuhnya bergantung sama impor. Kalau yang sudah turun ini (jenis honan),” sambil mengangkat bawang putih di pasar retail tersebut.

Namun ia mengatakan, jika harga bawang putih dalam dua pekan ini tetap tinggi, maka ia akan mengutus satuan tugas (satgas) untuk mengawasi harga di pasaran. 

“Kami akan cek siapa pemasoknya di pasar itu, dan kalau ditemukan pelanggaran, kami akan tindak lanjuti,” tambahnya.

Meski demikian ia mengatakan, kenaikan harga di pasaran belakangan ini bukan disebabkan oleh penumpukan barang yang dilakukan oleh importir. “Tidak, kalau ditumpuk kan bisa busuk dan kualitasnya jadi jelek. Ini karena pasokannya saja,” jelasnya.

Ia mengatakan untuk bulan Mei ini akan ada tambahan pasokan 500 ton bawang putih bagi pasar retail modern dan 500 ton lainnya di bulan Juni 2019.

Selain itu Tjahya juga mengatakan, untuk bulan ramadan pasokan bahan pokok telah tercukupi. Ia mengatakan haraga bahan pokok lainnya, selain bawang putih, cenderung stabil. 

“Bawang merah stabil, harga beras sudah turun, gula memang naik tapi tidak terlalu banyak,” ujarnya. 

Untuk kenaikan harga gula, kata dia, terjadi dikarenakan pabrik gula belum memasuki musim giling. Masa giling tebu yang berdekatan dengan lebaran membuat produksi gula sedikit terlambat.

“Biasa lebaran kan permintaan jadi naik. Nah, pabrik gula itu serba nanggung, kalau penggilingan sudah mau masuk lebaran. Jadi beberapa ada yang menunda penggilingannya,” katanya.

Adapun, untuk harga daging sapi dan ayam tidak ada kenaikan harga yang signifikan menjelang lebaran. 

“Enggak ada, daging sapi masih aman. Daging ayam yang sempat naik, tapi enggak banyak,” ucapnya.

Berita Lainnya
×
tekid