Pemerintah mewacanakan ekspor beras ke negara tetangga. Wacana itu mengemuka seiring melimpahnya stok beras di gudang-gudang milik Badan Urusan Logistik (Bulog). Saat ini, cadangan beras di dalam negeri sudah mencapai 3,7 juta ton.
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengungkapkan ekspor beras dimungkinkan jika ada permintaan dari negara tetangga. Namun, pemerintah bakal mengutamakan kebutuhan beras di dalam negeri terlebih dahulu.
“Kalau ada tetangga yang kurang, ya, kita bantu. Kata Pak Presiden, begitu,” ucap Zulhas, sapaan akrab Zulkifli Hasan, dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Pangan di Jakarta, Jumat (16/5) lalu.
Berdasarkan laporan USDA Rice Outlook April 2025, produksi beras Indonesia untuk musim tanam 2024/2025 diprediksi mencapai 34,6 juta ton. Angka itu meningkat sekitar 600 ribu ton dari proyeksi sebelumnya atau naik 4,8% jika dibandingkan tahun lalu.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengaku rencana ekspor beras dari Indonesia ke negara-negara tetangga masih memungkinkan. Namun, rencana itu perlu dibicarakan terlebih dahulu dalam neraca komoditas.
"Kalau beras itu sesuai neraca komoditas, sepanjang sudah ditentukan di dalam neraca komoditas, kita siap saja," kata Budi kepada wartawan di Jakarta, Minggu (16/5).
Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mewanti-wanti agar pemerintah berhati-hati dalam rencana ekspor beras. Sejauh ini, pemerintah belum punya aturan yang mengatur minimum cadangan beras.
"Kita belum punya aturan batasan cadangan dan berapa yang bisa diekspor," kata Henry saat dihubungi Alinea.id di Jakarta, belum lama ini.
Henry menyarankan agar pemerintah mengevaluasi cadangan beras yang dimiliki saat ini. Ia menduga cadangan yang disimpan di gudang beras pemerintah berasal dari sisa impor sebesar 4,52 juta ton sepanjang 2024.
Pada 2024, impor beras naik sekitar 47,38% jika dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebanyak 3,06 juta ton. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), total impor beras pada tahun itu menjadi yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
Pada 2018, total impor beras sebanyak 2,25 juta ton, lalu pada 2019 hanya jumlah impor beras mencapai 444,51 ribu ton. Pada 2020, jumlah impor beras sebesar 359,29 ribu ton, sedangkan pada 2021, BPS mencatat impor beras sebanyak 407,74 ribu ton. Pada 2022, jumlah impor beras sebesar 429,21 ribu ton.
Selain itu, menurut Henry, pemerintah juga perlu menimbang proyeksi panen tahun ini sebelum memutuskan kebijakan ekspor beras. "Sebab, bulan ini saja baru fase pertama panen. Jadi, kalau mau ekspor beras kemungkinan tidak bisa dilakukan pada tahun ini," kata Henry.
Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai ekspor beras masih dimungkinkan selama tujuannya membantu negara-negara tetangga. Namun, ia berpendapat Indonesia belum mampu mengekspor beras dalam konteks perdagangan bilateral.
"Beras Indonesia amat mahal. Lagi pula, yang pengadaan tahun ini kualitasnya medium. Relatif tidak dikenal di pasar dunia," kata Khudori kepada Alinea.id.
Ekspor bisa jadi salah satu solusi untuk menyalurkan stok beras lama yang tersimpan di gudang Bulog. Idealnya, beras hanya disimpan selama empat bulan di gudang. Jika sudah lebih dari empat bulan, beras harus dikeluarkan dari gudang untuk disalurkan.