close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Seorang pekerja mengangkut karung beras saat melakukan bongkar muat di Gudang Bulog Baru Cisaranten Kidul Sub Divre Bandung, Jawa Barat, Selasa (3/7/2018). Foto Antara/dokumentasi
icon caption
Seorang pekerja mengangkut karung beras saat melakukan bongkar muat di Gudang Bulog Baru Cisaranten Kidul Sub Divre Bandung, Jawa Barat, Selasa (3/7/2018). Foto Antara/dokumentasi
Bisnis
Jumat, 22 Agustus 2025 11:16

Strategi pemerintah jaga harga beras: Dari operasi pasar hingga BUMD pangan

Bulog merencanakan bakal menyalurkan beras SPHP sebanyak 1,3 juta ton pada periode Juli-Desember 2025.
swipe

Stabilitas harga beras menjadi fokus pemerintah dalam beberapa bulan terakhir. Pemerintah, melalui Badan Urusan Logistik (Bulog), Badan Pangan Nasional (Bapanas), dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyalurkan beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) agar harga beras di pasar relatif stabil. 

Saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) di Pasar Rau, Serang, Banten, Rabu (20/8) lalu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan penyaluran beras SPHP yang masif diupayakan turut menekan harga aneka jenis beras yang beredar di pasaran. 

"Harga beras relatif stabil. Tapi tadi banyak menyampaikan salah satu yang membuat harga stabil karena ada intervensi beras SPHP yang berasal dari Bulog," kata Tito kepada wartawan di Pasar Induk Rau. 

Beras SPHP yang dijual di Pasar Induk Rau, kata Tito, dipatok dengan harga Rp.12.500 per kilogram. Satu paket beras berukuran 5 kilogram sehingga harga jual per paket menjadi Rp62.500.

Beras SPHP adalah jenis beras yang  sedang disalurkan Bulog dari stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Bulog merencanakan bakal menyalurkan beras SPHP sebanyak 1,3 juta ton pada periode Juli-Desember 2025. 

HET beras medium berbeda-beda di setiap wilayah. Misalnya, di Jawa, Lampung, dan Sumatera Selatan, HET beras medium adalah Rp 12.500 per kilogram, sedangkan di Aceh, Sumatera Utara, dan daerah lainnya adalah Rp 13.100 per kilogram. 

HET beras premium juga berbeda-beda di setiap wilayah. Di Kalimantan, HET beras premium adalah Rp 15.400 per kilogram, sedangkan di Maluku dan Papua adalah Rp 15.800 per kilogram.

Tito mengingatkan agar seluruh kepala daerah proaktif menjalin kerja sama dengan cabang Bulog di daerah untuk membantu penyaluran beras. Menurut Tito, Bulog dan badan usaha milik daerah (BUMD) bisa menjadi stabilisator harga beras di daerah.  

"Bulog kan punya cabang-cabang di semua provinsi dan kota. Kepala daerah harus proaktif datangi Bulog dan BUMD bidang pangan untuk bisa membantu penyaluran beras SPHP," kata Tito.

Menurut Tito, kepala daerah perlu berkontribusi melengkapi kebijakan nasional di bidang pangan. Kontribusi daerah dalam memasok pangan akan berangsur-angsur memperkuat otonomi daerah di bidang pangan. "BUMD bidang pangan harus dioptimalkan sebisa mungkin," imbuh dia. 

Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori mengatakan pemda bisa proaktif memegang peran sebagai stabilisator harga beras. Salah satunya dengan meminta cabang Bulog di daerah untuk menggelar operasi pasar jika terjadi kelangkaan atau kenaikan harga besar mencapai 5% dalam dua minggu. 

Namun demikian, cara itu memang sangat bergantung pada persetujuan Bapanas melalui rapat koordinasi terbatas (rakortas) dengan Menteri Koordinator (Menko) Pangan. "Jadi, pemda tidak bisa langsung minta Bulog operasi pasar," kata Khudori kepada wartawan di Jakarta, Kamis (21/8) malam. 

Khudori menekankan pentingnya operasi pasar, terutama di daerah yang bukan penghasil beras, seperti kawasan Indonesia Timur. “Pemda harus melakukan operasi setiap saat,” ujarnya.

Selain itu, pemda dapat menggerakkan BUMD bidang pangan sebagai penyangga. Ia mencontohkan Pemprov DKI Jakarta yang memiliki BUMD Food Station untuk menyalurkan beras subsidi.

“Memang upaya ini memerlukan anggaran. Berhubung anggaran DKI Jakarta cukup besar, itu bisa dilakukan. Tetapi bagi daerah produsen beras yang surplus seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan, bisa menjadi stabilisator beras,” ujar Khudori.

Menurut Khudori, pemda juga bisa berperan sebagai pengawas, misalnya dengan memberi peringatan bila ada indikasi penyelewengan saat operasi pasar.

“Selama ini yang terjadi, jika ada dugaan penyelewengan langsung ditindak aparat penegak hukum. Padahal, pemda bisa lebih dulu memberikan peringatan,” katanya.

Upaya lain adalah dengan mengelola beras dari petani lokal agar cadangan tetap terjaga. Pemda bisa berbagi peran dengan Bulog sebagai penyerap gabah nasional. Meski begitu, diperlukan anggaran cukup besar untuk menyerap beras dari petani.

“Jika stok yang tersedia kurang, pemda bisa beli ke Bulog. Bulog selain punya tanggung jawab pelayanan sosial, juga punya peran komersial,” jelas Khudori.

Ia menambahkan, situasi perberasan saat ini sangat kompleks. Produsen tengah berjibaku dengan kenaikan harga gabah kering yang menembus Rp 6.500/kg, bahkan di beberapa tempat mencapai Rp 8.000/kg. Sementara itu, HET beras yang ditetapkan pemerintah sering kali tidak menutup ongkos produksi petani.

 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan