sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Transportasi alternatif bus O-bhan segera diuji coba

O-bahn merupakan bus yang menggunakan jalur khusus seperti jalur kereta.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Selasa, 25 Jun 2019 19:09 WIB
Transportasi alternatif bus O-bhan segera diuji coba

Pemerintah menyiapkan O-bhan sebagai moda transportasi alternatif di Indonesia. O-bhan adalah transportasi massal jenis bus yang menggunakan jalur khusus seperti jalur kereta. 

O-bahn berkonsep smart train yang menggabungkan bus rapid transit (BRT) dengan light rapid transit (LRT).

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengatakan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi telah meminta dirinya untuk segera memulai kajian moda transportasi alternatif tersebut.

“O-bhan ini harus dimulai sebagai moda alternatif di Indonesia,” kata Budi Setiyadi di kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (25/6).

Kemenhub menargetkan uji coba O-bahn bisa dilakukan di tiga kota besar Indonesia pada tahun depan.

Uji coba nantinya akan menggunakan skema buy the service atau sistem pembelian pelayanan oleh pemerintah kepada pihak operator atau swasta untuk memberikan pelayanan yang baik. 

Ia mengatakan, untuk uji coba tersebut Kemenhub telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp200 miliar.

“Rencana kami plot segitu. Nanti kami lihat cukup atau tidak,” kata dia.

Sponsored

Budi Setiyadi mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan pendalaman terhadap kesiapan moda transportasi tersebut jika dioperasikan di Indonesia.

“Kalau diizinkan beliau kita akan melihat negara yang sudah menggunakan O-bhan ini. Ada di China, Jerman, ada di Australia. Tapi yang dekat aja sepertinya di Australia,” kata dia.

Setiyadi mengakui, dari segi harga O-bhan akan memakan biaya lebih besar daripada pembangunan BRT. Sebab, bus O-bhan membutuhkan jalur khusus.

“Pasti ada yang dibangun elevated (melayang) kan, sehingga harus dibangun struktur sendiri,” tuturnya.

Ia melanjutkan, O-bhan bisa memuat lebih banyak penumpang dibandingkan BRT. "Namun, kapasitasnya lebih kecil dibandingkan LRT. “Harga LRT juga jauh lebih mahal,” kata dia.

Biaya dan kapasitas

Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkerataapian Kemenhub Zulfikri  mengatakan pembangunan O-bahn yang menggabungkan konsep bus dan kereta, lebih mahal sekitar 20% dari sistem Bus Rapid Transit (BRT) atau busway.

Namun demikian, biaya operasional O-bahn justru lebih murah.

"Tapi, kalau kita lihat dari produktivitas, artinya penumpang per kilometer yang bisa diangkut, itu lebih murah. Jadi penumpang per kilometer yang diangkut," jelasnya.

Dia mencontohkan Australia yang telah mengimplementasikan transportasi itu. Terdapat perbandingan biaya penumpang kilometer per tahun 1999, di mana O-bahn lebih mahal 0,14 dolar Australia dibandingkan bus lainnya yang sebesar 0,10 dolar Australia.

Namun, dalam hitungan biaya operasi, O-Bahn lebih murah hingga 0,22 dolar Australia dibanding bus lainnya yang sebesar 0,35 dolar Australia untuk penumpang kilometer.

Dengan jalur khusus yang memungkinkan penambahan kecepatan, O-Bahn disebut akan lebih banyak mengangkut penumpang meski kapasitasnya sama dengan BRT, yakni rata-rata 300 penumpang per dua rangkaian unit bus.

"Kalau dia (O-Bahn) punya daya angkut yang lebih besar, harga lebih murah sedikit. Kalau dibandingkan dengan passenger per kilometer bisa lebih murah dan lebih baik," katanya.

Berita Lainnya
×
tekid