sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Side hustling: Upaya bertahan hidup tanpa sepenuhnya mengandalkan gaji

Tuntutan kebutuhan hidup memaksa sebagian orang berpikir keras untuk menambah pundi-pundi penghasilan, salah satunya dengan berbisnis.

Kartika Runiasari
Kartika Runiasari Rabu, 28 Sep 2022 13:54 WIB
Side hustling: Upaya bertahan hidup tanpa sepenuhnya mengandalkan gaji

Bekerja dan berbisnis ‘memaksa’ Nina (38) harus benar-benar menerapkan manajemen waktu yang tepat. Setelah sempat tak bekerja kantoran beberapa tahun, Nina akhirnya kembali bekerja dengan mantan bosnya dahulu pada sebuah perusahaan di bidang pengadaan barang dan jasa. Untungnya, jam kerja di kantornya yang baru juga cukup fleksibel.

Ia masih bisa membagi waktu untuk memproduksi camilan seperti samosa, pastel, panada, donat, bakpao, rerotian, dan makanan-makanan frozen lainnya. Sulit bagi Nina untuk menghentikan begitu saja usaha kuliner dengan jenama Parisya Snack yang ia dirikan sejak 2016 silam itu. Karenanya, meski kembali bekerja bisnis frozen food itu tetap ia jalankan. 

“Karena jam kerjanya yang memang agak sedikit lega, masuk agak siang, ya jadinya masih bisa ke handle sih dagangan,” ujarnya kepada Alinea.id, Minggu (25/9).

Warga Pamulang, Tangerang Selatan ini menceritakan kesehariannya bekerja sekaligus mengelola bisnis panganan. Pagi hari, Nina masih sempat melakukan pengiriman pesanan dengan menggunakan ojek online yang instan. 

“Misal ada yang beli diusahain pakai ojol instan dan kalau ada yang pesannya siang ya paling diinfo aja bisa kirimnya besok pagi,” tambahnya yang berjualan di marketplace Tokopedia ini.

Menurutnya, pelanggan Parisya Snack bisa menerima jika dirinya tidak bisa mengirim pesanan saat itu juga. Namun bagi pelanggan baru yang membutuhkan pengiriman cepat, terkadang membatalkan pesanan di kala Nina masih dalam jam kerja.

Nina juga mengatur waktu untuk mengisi stok dagangan di hari libur yakni saat weekend atau tanggal merah. Namun, jika mendapat pesanan yang harus cepat dikirim, Nina pun terpaksa mengerjakan orderan sepulang kerja. 

Ilustrasi frozen food. Pixabay.com.

Sponsored

“Biasanya ya curi start pulang lebih awal aja. Kadang juga suka nyicil potong-potong bahan sebelum berangkat kerja untuk diolah malamnya,” tambah pegawai yang mengurus keuangan, HRD, dan pajak perusahaan ini.

Nina mengaku penjualan sedikit menurun setelah ia membagi waktunya untuk kembali bekerja. Beruntung, ia mempunyai pelanggan setia yang kerap memesan melalui aplikasi chat. “Yah gitu aja sih ngakalin kerja sambil jualan,” selorohnya.

Kisah serupa juga dibagikan seorang ibu tiga anak, Lintang (38). Meski bekerja sebagai penulis, ia juga masih berbisnis panganan camilan demi menambah penghasilan. Pada saat pandemi, Lintang bahkan berinovasi dengan berjualan jamu yang kala itu banyak dicari orang karena khasiatnya menangkal Covid-19.

“Tapi sekarang udah enggak produksi (jamu) lagi, permintaannya udah enggak ada karena kasus Covid-19 juga semakin menurun kan,” tuturnya.

Karena kesibukannya bekerja sehari-hari, ia memilih untuk berbisnis kue kering yang hanya diproduksi saat bulan Ramadan dan Idul Fitri saja. Pada momen tersebut, kurang lebih 3 bulan, Lintang akan memproduksi dan memasarkan aneka kue Lebaran seperti nastar, putri salju, lemon corn flakes, lidah kucing, kastengels, dan lain-lain. 

Tidak hanya menjual dalam kemasan stoples, Lintang juga mengemas produknya dalam bentuk hampers khusus Idul Fitri. Bisnis yang sudah berjalan sejak 2014 ini, kata dia, terus tumbuh meski perlahan namun pasti.

“Yah hampir setiap tahun alhamdulillah omzet naik. Sempat turun sih waktu awal pandemi, tapi itu kan juga terjadi di banyak sektor lain yah,” tuturnya. 

Menurutnya, ia masih akan menjalani bisnis musimannya itu meski masih tetap bekerja. Karena selain bisa menambah pundi pendapatan, bisnis ini ia pupuk sebagai bekal pascapensiun suatu saat nanti. Pasalnya, ia meyakini bisnis ini cukup prospektif dengan pelanggan setia dan pelanggan baru yang terus tumbuh tiap tahunnya.

“Walaupun bisnis makanan itu capeeek sekali. Karena kita harus benar-benar turun langsung mengolah dan menjaga kualitas produk makanan,” tambah wanita yang memang hobi baking ini.

Ilustrasi Pixabay.com.

Apalagi, membuat kue kering juga membutuhkan ketelatenan untuk menghasilkan produk yang tidak hanya enak tetapi juga terlihat menarik. Terlebih pada bisnis hampers yang membutuhkan inovasi terus-menerus demi menjangkau lebih banyak pelanggan.

Beruntung, Lintang kini tidak sendiri dalam mengelola bisnisnya. Dalam hal produksi, ia dibantu oleh dua orang pekerja. Sementara dalam membuat hampers, Lintang disokong oleh sang suami mulai dari desain hingga pengemasan hampers yang butuh kerapian dan ketelitian tinggi. 

“Rencananya aku mau mulai memasarkan di marketplace biar menjangkau lebih banyak pembeli. Tapi tantangannya ya di pengiriman karena kue kering rentan rusak bentuknya,” bebernya.

Bisnis makanan juga menjadi pilihan bagi Steven Hadi Gunawan yang membangun merek Resep Roemah. Ia terinspirasi dari masa awal pandemi kala para orang tua kesulitan mencari makanan dengan nutrisi terbaik untuk buah hatinya. 

Berbekal resep keluarga yang dikuasai sang ibunda, Steven pun mulai memasarkan resep masakan rumahan itu di marketplace Tokopedia. Ia yang juga seorang karyawan swasta memulai bisnis ini sejak Agustus 2020.

Menurutnya, bisnis yang ia bangun relatif mudah karena resep berasal dari keluarga sehingga ia tidak membutuhkan waktu untuk berinovasi. Sementara dalam proses produksi ada beberapa juru masak yang dilibatkan untuk meramu masakan. 

Ke depan, Steven pun menghadapi tantangan untuk terus menambah juru masak dan investasi peralatan masak. Ia kini sudah memiliki dapur memasak dengan mengontrak rumah dan merekrut beberapa juru masak. Steven bahkan membuka cabang di Surabaya.

Adapun jumlah menu yang dijual mencapai 80 mulai dari lauk pauk, kudapan, bumbu instan, side dish, hingga menu family. “Semua kami buat natural dan tidak menggunakan bahan pengawet ataupun penguat rasa. Bahan-bahan yang kami gunakan juga halal dan fresh. Semua menu makanan menyesuaikan kebutuhan anak mulai anak 1 sampai 10 tahun,” tambahnya.

Menurutnya, ia selalu mengikuti setiap event yang digelar Tokopedia. Misalnya pada saat Ramadan lalu, Resep Roemah mengalami peningkatan penjualan tiga kali lipat berkat kampanye-kampanye di e-commerce besutan William Tanuwijaya itu.

Nina, Lintang, dan Steven menjadi contoh nyata dari jutaan pelaku UMKM lokal yang berhasil mempertahankan kelangsungan bisnisnya dengan mengedepankan kolaborasi bersama rekan atau keluarga. “Usaha makanan sehat untuk anak ini tidak akan bisa berdiri kalau saya tidak mengandalkan peran keluarga saya,” tutup Steven.

Tips bagi pekerja sekaligus pelaku usaha

Sebagai marketplace yang menaungi sekitar 12 juta penjual, di mana hampir 100% di antaranya adalah UMKM lokal dari berbagai latar belakang, Tokopedia senantiasa mendorong kemajuan UMKM. Misalnya, dengan memfasilitasi komunitas seller dalam wadah Keluarga Tokopedia. 

Komunitas ini bahkan mempunyai program Sekolah Kilat Seller (SKS), yakni sebuah program edukasi dalam bentuk webinar singkat yang dipandu oleh mentor-mentor terbaik dari Seller Tokopedia.

Head of External Communications Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya, pun membagikan lima tips agar UMKM bisa membagi waktu antara pekerjaan dan usaha sampingan secara efektif:
Pertama, alokasikan waktu dengan tepat antara pekerjaan tetap dan bisnis sampingan. Hal ini akan membantu menghindari pengorbanan waktu antara satu kegiatan dengan yang lainnya.

Dokumentasi Istimewa.

“Misal, di pagi hari bisa difokuskan pada pekerjaan tetap. Saat istirahat siang, bisa menikmati makan siang sambil bertemu dengan vendor usaha sampingan atau membalas chat calon pembeli,” contoh Ekhel.

Kedua, seller yang juga pekerja bisa mengaktifkan fitur Tokopedia yaitu smart reply yang dapat memudahkan penjual dalam membalas chat pembeli dengan lebih cepat secara otomatis. Penjual bisa menggunakan Smart Reply untuk tiga fungsi yang berbeda, yaitu menjawab pertanyaan tentang stok produk, pengiriman dan spesifikasi produk.

 “Fitur Smart Reply ini akan membantu penjual tetap responsif dengan calon pembeli walau sedang sibuk dengan kegiatan lain,” ujar Ekhel.

Ketiga, tambahnya, manfaatkan fitur iklan agar promosi terus berjalan. Dalam hal ini, Ekhel mencontohkan fitur beriklan otomatis TopAds yang akan membuat produk seller tampil teratas di laman pencarian Tokopedia. Menurutnya, cukup dengan mengatur anggaran harian, penjual secara lebih praktis dapat menjangkau lebih banyak pembeli dan memaksimalkan penjualan.

“Dampak positif dari fitur TopAds juga dirasakan oleh banyak pegiat usaha, salah satunya Mulia Beras, UMKM Makassar yang memberdayakan petani lokal, mencatat peningkatan omzet 2x lipat setelah menggunakan fitur TopAds,” sebutnya.

Lalu tips terakhir adalah jangan ragu untuk meminta bantuan. Pasalnya, memegang dua tanggung jawab bisa menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian orang. “Jangan ragu untuk meminta bantuan dari rekan terdekat untuk memudahkan pekerjaan,” sebut Ekhel.

Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid