sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Utang Duniatex di Bank Mandiri masih Rp1,8 triliun

Bank Mandiri menegaskan perusahaan tekstil Grup Duniatex masih memiliki utang sebesar Rp1,8 triliun dari total Rp5,5 triliun.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Senin, 09 Des 2019 19:31 WIB
Utang Duniatex di Bank Mandiri masih Rp1,8 triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menegaskan perusahaan tekstil Grup Duniatex masih memiliki utang sebesar Rp1,8 triliun dari total Rp5,5 triliun kepada mereka.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan hingga saat ini Duniatex telah memasuki kolektibilitas 3 atau sudah tak membayar utangnya selama empat bulan.

"Awal Januari masuk kolektibilitas 4, Februari masuk kolektibilitas 5. Sudah ada investor untuk mengambil aset Duniatex, tapi tak bisa diungkap ke publik sampai mana," ujar Rohan di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (9/12).

Padahal sebelumnya, Duniatex merupakan debitur yang tak pernah absen membayar cicilan kredit ke Mandiri sejak 2002.

Adapun nilai total aset Duniatex yang dipegang oleh Bank Mandiri, kata Rohan, berjumlah 100% atau lebih dari Rp1,8 triliun. Pada Agustus, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan coverage ratio Bank Mandiri pada agunan Duniatex berada pada level 160%.

Sementara itu, Direktur Utama emiten berkode saham BMRI ini, Royke Tumilaar, mengatakan Mandiri terus berusaha untuk melakukan restrukturisasi kredit macet Duniatex.

Royke bilang Bank Mandiri akan menjual aset yang dijaminkan Duniatex. Sebab, secara persentase, aset Duniatex cukup untuk menutup kewajiban mereka.

"Jadi, Mandiri dengan segala cara berusaha untuk mendapatkan recovery dari penjualan aset. Kami akan dorong untuk penjualan aset, supaya kami bisa mendapat recovery sebaik-baiknya," kata Royke.

Sponsored

Dengan upaya tersebut, Royke mengatakan Bank Mandiri optimistis dapat menjaga rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) mereka di kisaran 2,53% hingga akhir 2019. Sebagai informasi, hingga kuartal III-2019 ini, NPL bank Mandiri turun dari 3,01% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 2,53%.

"Industri penyumbang NPL tak hanya dari pengolahan, tapi juga komoditas dan turunannya. Kami sedang melihat apakah ini disebabkan oleh kondisi ekonomi atau over ekspansi," tuturnya.

Berita Lainnya
×
tekid