sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Siswa Salatiga dibully karena tidak punya seragam baru, wali kota pastikan masalah selesai

Bahkan, siswa terkait tidak masuk sekolah selama sepekan hingga Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga, Sinoeng Rachmadi turun tangan.

Muhammad Wahid Aziz
Muhammad Wahid Aziz Jumat, 19 Agst 2022 09:59 WIB
Siswa Salatiga dibully karena tidak punya seragam baru, wali kota pastikan masalah selesai

Seorang siswa SD di Kota Salatiga enggan masuk sekolah karena dibully oleh orangtua siswa lainnya akibat tidak mengambil seragam baru yang telah dipesan. Bahkan, siswa terkait tidak masuk sekolah selama sepekan hingga Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga, Sinoeng Rachmadi menyelesaikan langsung masalah tersebut.

“Hari ini saya menindaklanjuti laporan yang masuk ke kanal Matur Mas Wali bahwa ada anak yang kemarin disampaikan orang tuanya, namanya ibu Fitri yang belum dapat seragam,” kata Sinoeng saat bertemu dengan orang tua murid di SD Sidorejo Lor 01 Salatiga, Kamis(18/8).

Sinoeng menjelaskan, seragam yang dimaksut bukan dari sekolah, melainkan para orangtua siswa secara kolektif membelinya. Namun, orang tua anak yang tidak masuk sekolah, yakni Ibu Fitri belum bisa melunasi pembayaran karena keterbatasan ekonomi.

Ia juga telah memintai keterengan Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala SD Sidorejo Lor 01 Salatiga dan memastikan tidak ada pungutan dari sekolah.

Sponsored

“Ini soal komunikasi, memang tidak ada pungutan, sekali lagi setelah kita kroscek dan setelah kita konfirmasi kepada Ibu Fitri memang tidak ada pungutan. Akan tetapi para orang tua memang berhimpun dan sepakat secara kolektif dan bareng-bareng untuk membeli seragam tersebut,” terangnya.

Lebih lanjut Sinoeng mengatakan, masalah ini sudah terselesaikan dan anak tersebut juga sudah bersekolah dengan riang gembira. Ia pun berpesan kepada orang tua murid untuk saling dukung dan tidak menjatuhkan demi masa depan anak.

“Komunikasi ini penting antara orang tua dengan murid, atau paguyuban dari orang tua murid. Jangan sampai yang belum mengambil seragam. Aja dilokke (jangan dimaki), dikomunikasikan karena kondisi ekonomi masing-masing keluarga berbeda-beda. Saya kira ini empati yang harus kita bangun,” pungkasnya.

Berita Lainnya
×
tekid