sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kontes kartun anti-Islam yang digagas politikus Belanda menuai kecaman

Geert Wilders dikenal sebagai sosok yang kontroversial. Politikus Belanda itu kerap melontarkan ujaran kebencian dan SARA.

Soraya Novika
Soraya Novika Rabu, 29 Agst 2018 11:54 WIB
Kontes kartun anti-Islam yang digagas politikus Belanda menuai kecaman

Politikus sayap kanan Belanda Geert Wilders kembali membuat kontroversi dengan menghadirkan rencana kontes karikatur Nabi Muhammad lewat akun Twitter pribadinya pada 5 Agustus 2018. Hal itu memancing amarah banyak pihak hingga muncul ancaman pembunuhan terhadap pimpinan Partai Kebebasan (PVV) Belanda tersebut.

Lewat sebuah video di laman Facebook, seorang pria berusia 26 tahun menyatakan akan menyerang Wilders serta parlemen Belanda. Namun, sejak Selasa (28/8), yang bersangkutan telah ditahan pihak kepolisian Belanda. Dia akan segera didakwa pada Jumat (31/08).

Pihak kepolisian Belanda menjelaskan bahwa penangkapan terhadap pria yang mengancam Wilders terjadi di stasiun kereta api utama di Den Haag. Meski demikian identitas tersangka tidak diungkapkan. 

Selain mendapatkan ancaman kematian secara individu, Wilders juga menerima kecaman dari berbagai pihak. Salah satunya dari Pakistan. 

Para senator di majelis tinggi Pakistan secara resmi telah merilis kecaman atas kasus ini pada Senin (27/08). Perdana Menteri Pakistan Imran Khan pun turut angkat suara. 

Khan secara tegas menyatakan akan membawa kasus tersebut ke Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September mendatang.

"Pemerintah kami akan mengangkat masalah ini lebih dulu ke Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan mengajak negara-negara di dalamnya membuat kebijakan kolektif yang kemudian dapat diangkat di forum internasional (PBB)," ujar Khan.

Kasus ini juga membuat Partai Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP) mendesak Islamabad untuk memutus hubungan diplomatik dengan Belanda. TLP menegaskan akan mengadakan demonstrasi jika pemerintah tidak memenuhi tuntutan mereka. 

Sponsored

"Kami akan turun ke jalan, kami menginginkan tindakan nyata, untuk itu kami minta pemerintah mengambil langkah-langkah yang keras (kepada Belanda)," ujar sekretaris informasi TLP Ejaz Ashradi.

Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Pakistan telah memanggil duta besar Belanda untuk mengajukan protes terhadap kompetisi yang dinilai menista agama islam tersebut. Namun, pemerintahan Belanda sendiri mengaku enggan ikut campur dan membantah terlibat dalam kompetisi karikatur yang disebar oleh Wilders.

"Kompetisi itu bukan inisiatif pemerintah Belanda," ujar Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte juga menilai kompetisi karikatur Nabi Muhammad tersebut sebagai kontes publik yang jelas "tidak sopan" dan "provokatif", meski di lain sisi, dia membela prinsip kebebasan berekspresi yang ditawarkan oleh Wilders lewat kontes itu.

Sosok kontroversial

Sejak lama, Wilders dikenal kontroversial. Dia kerap melontarkan ujaran-ujaran kebencian dan SARA. Pada tahun 2011, Wilders didakwa menghasut kebencian terhadap umat muslim setelah dia menyerukan pajak bagi pihak yang menggunakan penutup kepala. Namun, dia berhasil lolos dari dakwaan tersebut.

Dalam pemilu tahun 2017, Wilders ikut mencalonkan diri untuk memperebutkan kursi PM Belanda. Namun, PVV yang dipimpinnya harus puas berada di urutan ketiga.

Wilders juga pernah membanding-bandingkan Alquran dengan autobiografi Adolf Hitler, Mein Kampf. Dia menjuluki imigran Maroko di Belanda sebagai sampah. Oleh pengadilan dia telah dinyatakan bersalah karena dianggap menghina satu kelompok serta memicu diskriminasi, namun tidak mengategorikan ucapannya sebagai penghasutan dan dibebaskan dari dakwaan.

Wilders adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Ayahnya seorang Belanda, sementara sang ibu yang lahir di Indonesia disebut memiliki latar belakang campuran Indonesia-Belanda.

Dilansir oleh Deutsche Welle, saat remaja, Wilders pernah magang di Israel. Ia kerap melakukan perjalanan menyusuri Eropa Timur dan beberapa kali berkunjung ke Iran.

 


Sumber : Al Jazeera dan ABC News

Berita Lainnya
×
tekid