close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden Turki Tayyip Erdogan dan Presiden Irak Barham Salih meninjau pasukan kehormatam saat upacara penyambutan di Istana Kepresidenan di Ankara, Turki, Kamis (3/1). ANTARA FOTO/Cem Oksuz/Presidential Press Office/Handout via REUTERS
icon caption
Presiden Turki Tayyip Erdogan dan Presiden Irak Barham Salih meninjau pasukan kehormatam saat upacara penyambutan di Istana Kepresidenan di Ankara, Turki, Kamis (3/1). ANTARA FOTO/Cem Oksuz/Presidential Press Office/Handout via REUTERS
Dunia
Senin, 04 Februari 2019 15:38

Erdogan: Turki pertahankan komunikasi dengan pemerintah Suriah

Pengakuan Erdogan dinilai mengejutkan karena selama bertahun-tahun Turki mendukung gerilyawan yang berupaya menggulingkan al-Assad.
swipe

Turki telah mempertahankan komunikasi tingkat rendah dengan pemerintah Suriah. Hal itu diungkapkan oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Minggu (3/2), meski Ankara mendukung gerilyawan yang telah bertahun-tahun berperang untuk menggulingkan rezim Bashar al-Assad.

Erdogan menggambarkan al-Assad sebagai "seorang teroris" dan dalam delapan tahun konflik Suriah dia telah beberapa kali mengatakan bahwa pemimpin Suriah itu harus mundur. Tapi, dengan dukungan dari Rusia dan Iran, al-Assad berhasil merebut sebagian besar wilayah Suriah dari tangan gerilyawan, dan memukul mundur kelompok gerilyawan dari sebagian besar bekas benteng mereka.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Desember mengatakan bahwa Turki dan negara-negara lain akan mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan al-Assad jika dia menang dalam pemilihan umum yang demokratis. Dia juga mengatakan bahwa Ankara bulan lalu melakukan kontak tidak langsung dengan Damaskus melalui Rusia dan Iran.

Erdogan pada Minggu mengatakan bahwa Turki juga menjalin kontak langsung dengan pemerintah Suriah.

"Kebijakan luar negeri dengan Suriah berlanjut di tingkat rendah," kata Erdogan dalam sebuah wawancara dengan stasiun penyiaran TRT. Dia menambahkan bahwa dinas intelijen beroperasi dengan cara yang berbeda dari para pemimpin politik.

"Para pemimpin bisa saja tidak berhubungan. Tapi satuan-satuan intelijen dapat berkomunikasi untuk kepentingan mereka," kata Erdogan. "Bahkan jika Anda bermusuhan, Anda tidak boleh memutuskan hubungan. Anda akan membutuhkannya nanti." 

Washington sebelumnya mengatakan bahwa zona aman yang mereka ajukan dapat meredakan kekhawatiran Turki karena mencegah adanya ancaman lintas perbatasan dari gerilyawan Kurdi YGP di Suriah Utara. Zona aman itu juga mencegah operasi militer Turki terhadap YPG.

Pada Desember, Donald Trump mengeluarkan pengumuman dadakan mengenai niatnya untuk menarik 2.000 tentara AS dari Suriah. Upaya itu menuai keberatan dari para penasehat tingginya termasuk Menteri Pertahanan Jim Mattis, yang mengundurkan diri sebagai bentuk protes. Salah satu kekhawatiran utama atas keputusan Trump tersebut adalah nasib YGP bila pasukan AS mundur.

YPG telah menjadi sekutu utama pasukan AS dalam memerangi ISIS di Suriah. Turki, di sisi lain, menganggap YGP sebagai teroris sama seperti kelompok terlarang Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang mengangkat senjata di wilayah mayoritas Kurdi di Turki Tenggara sejak 1980-an.

Erdogan dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Hassan Rouhani untuk pembicaraan mengenai Suriah di kota wisata Sochi pada 14 Februari mendatang. (Ant)

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan