sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hyundai tutup pabrik setelah 1 pekerja terjangkit coronavirus

Korea Selatan memiliki pasien coronavirus jenis baru paling banyak di luar China daratan.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Jumat, 28 Feb 2020 19:52 WIB
Hyundai tutup pabrik setelah 1 pekerja terjangkit coronavirus

Pada Jumat (28/2), Hyundai Motor Company menutup satu pabriknya di Korea Selatan setelah seorang karyawannya dinyatakan positif coronavirus jenis baru. Saham produsen mobil tersebut langsung turun lebih dari 5% setelah kabar itu beredar.

"Perusahaan juga telah menempatkan para pekerja yang melakukan kontak dekat dengan karyawan yang terinfeksi dalam karantina dan mengambil langkah-langkah agar mereka menjalani tes kesehatan untuk mengetahui potensi penularan," jelas Hyundai dalam pernyataannya.

Korea Selatan memiliki pasien coronavirus jenis baru paling banyak di luar China daratan. Pada Jumat, otoritas setempat melaporkan 571 kasus baru, sehingga total yang terinfeksi menjadi 2.337.

Sejauh ini, Negeri Ginseng mencatat 13 kematian akibat coronavirus jenis baru.

Hyundai menambahkan bahwa mereka akan melakukan desinfektan di pabrik. Tidak disebutkan kapan produksi pada pabrik itu akan dilanjutkan.

Perusahaan tersebut mengoperasikan lima pabrik mobil di Kota Ulsan, yang berjarak kurang dari satu jam dari Daegu, episentrum wabah di Korea Selatan. Lima pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 1,4 juta kendaraan per tahunnya atau hampir 30% dari produksi global Hyundai.

Secara total, Hyundai mempekerjakan 34.000 pekerja di kelima pabrik tersebut. Pabrik yang ditutup memproduksi kendaraan sport seperti Palisade, Tucson, Santa Fe, dan Genesis GV80.

Sebuah pabrik yang dikelola oleh pemasok Hyundai, Seojin Industrial, juga sempat ditutup setelah seorang pekerjanya meninggal akibat coronavirus jenis baru. Pabrik itu dibuka kembali pada Rabu (26/2).

Sponsored

Raksasa teknologi Korea Selatan, Samsung Electronics, pun dilaporkan menutup pabrik mereka di Kota Gumi pada akhir pekan lalu setelah seorang pekerjanya terjangkit coronavirus jenis baru. Pabrik tersebut dijadwalkan untuk melanjutkan produksi pada Senin (2/3).

Pemerintah Lithuania melaporkan kasus coronavirus pertama yang dikonfirmasi di negara itu. Pasien merupakan seorang wanita yang baru berkunjung dari Kota Verona di Italia utara.

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Kesehatan Aurelijus Veryga mengatakan bahwa pasien telah diisolasi di rumah sakit di Kota Siauliai. Wanita berusia 39 tahun tersebut sebelumnya menghadiri konferensi dengan rekan-rekannya di Italia.

Italia adalah negara Eropa yang paling parah terdampak epidemi tersebut. Negara itu mencatat 655 kasus infeksi dengan 17 kematian.

Masih di Benua Eropa, Belarus mengumumkan kasus pertama coronavirus jenis baru di negaranya. Sementara itu, jumlah kasus terinfeksi di Inggris meningkat menjadi 19 dan total kasus di Belanda bertambah menjadi dua.

Nigeria juga melaporkan kasus coronavirus pertama di negaranya pada Jumat. Korban yang terjangkit adalah seorang pria Italia yang kembali ke Lagos pada awal pekan.

Pejabat Kementerian Kesehatan Nigeria, Akin Aboyami, menyebut bahwa pria itu telah diisolasi di rumah sakit di Lagos dan kini kondisinya stabil tanpa gejala serius.

Selain Nigeria, coronavirus telah merebak ke negara Afrika lainnya yakni Mesir dan Aljazair yang masing-masing mencatat satu kasus infeksi. Rendahnya jumlah kasus di Afrika menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan pihak berwenang setempat untuk mendeteksi virus.

Para pejabat kesehatan Selandia Baru melaporkan bahwa negara itu mencatat kasus pertama coronavirus jenis baru dari seorang pria berusia sekitar 60 tahun yang baru saja kembali dari Iran.

Pasien sedang dirawat di Auckland City Hospital dan anggota keluarganya juga telah diisolasi sebagai tindakan pencegahan. Pihak berwenang Selandia Baru menyatakan, pria itu tiba dengan penerbangan Emirates pada Rabu.

Iran telah menjadi pusat penyebaran wabah di Timur Tengah. Sejauh ini, mereka mencatat 34 kematian dan 270 kasus penularan.

Coronavirus jenis baru telah menginfeksi lebih dari 83.000 orang di seluruh dunia dan merebak ke lebih dari 40 negara di berbagai benua. Angka kematian global akibat wabah tersebut melebihi 2.800. (Reuters dan Al Jazeera)

Berita Lainnya
×
tekid