close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi demonstrasi atau aksi protes. (foto: Pixabay)
icon caption
Ilustrasi demonstrasi atau aksi protes. (foto: Pixabay)
Dunia
Senin, 01 Januari 2018 23:09

Iran diguncang aksi antipemerintah saat pergantian tahun

Aksi protes dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi negara.
swipe

Akhir tahun menjadi momen memilukan bagi Iran. Negeri para Mullah itu diguncang gelombang demonstrasi yang menentang pemerintah. Aksi anti-pemerintah dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi yang terjadi di kota Masyhad pada Kamis, 28 Desember. Namun, aksi tersebut berubah menjadi melawan rezim Islam secara keseluruhan. Bahkan, ribuan orang berbaris di berbagai kota menyanyikan ‘kematian seorang diktator’.

Seperti yang terjadi di Kermanshah, Khorramabad dan Shahinshahr. Bahkan, gedung-gedung pemerintah yang berada di sisi sisi barat kota Takestan dibakar massa. Hingga akhirnya polisi menyemprotkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan demonstran. Tercatat 400 orang ditangkap dan 100 diantaranya dibebaskan. Tak hanya itu, 12 orang tewas dalam aksi protes yang berlanjut hingga Minggu malam.

Namun, Presiden Iran, Hassan Rouhani menilai aksi protes terhadap negara merupakan hal biasa. "Kritik dan protes adalah sebuah kesempatan, bukan ancaman," terang Rouhani seperti dikutip dari AFP, Senin (1/1).

Sebaliknya, Rouhani menyebut para demonstran sebagai kelompok minoritas penentang hukum dan keinginan rakyat serta menghina kesucian nilai-nilai revolusi.

Meski demikian, sosok yang mulai berkuasa sejak 2013 silam itu mengakui bahwa perubahan yang ia janjikan ketika kampanye berjalan lambat. Terlebih saat ini rakyat dihadapkan pada biaya hidup yang tinggi dan tingkat pengangguran yang mencapai 12%.

"Kami tidak memiliki masalah lebih besar dari pada pengangguran, ekonomi kita butuh sebuah operasi. Kita semua harus berdiri bersama," ujar Rouhani.

Kepala Kehakiman Iran, Ayatollah Sadegh Larijani yang mendukung pemerintahan Rouhani mengungkapkan ketegasan aparat diperlukan sebagai bentuk peringatan melawan tindakan ilegal.

"Mereka yang memiliki tuntutan yang benar harus dibimbing secara halal, dan mereka yang melakukan kerusuhan, melakukan sabotase, kekacauan dan membakar fasilitas publik harus ditindak tegas," jelas Larijani.

Sementara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, mengkritik sikap pemerintah Iran. Bahkan, ia menilai Rouhani telah gagal memberikan perubahan dan kebebasan.

"Iran gagal di setiap tingkat meskipun terjadi kesepakatan mengerikan dengan pemerintah Obama," kicau Trump dalam akun Twitternya, mengacu pada perjanjian nuklir yang disepakati di bawah pendahulunya, Barack Obama.

"Orang-orang Iran yang hebat telah mengalami tekanan selama bertahun-tahun, mereka lapar akan makanan dan kebebasan. Seiring dengan hak asasi manusia, kekayaan Iran sedang dijarah. Waktunya perubahan!” sambungnya.

Aksi yang terjadi di penghujung tahun ini merupakan aksi terbesar kedua sejak tahun 2009 di era pemerintahan Ahmadinejad. Kala itu, 36 orang tewas.

img
Syamsul Anwar Kh
Reporter
img
Syamsul Anwar Kh
Editor

Tag Terkait

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan