Demonstrasi antipemerintah di Iran terus berlangsung. Jumlah korban tewas terus berjatuhan hingga mencapai 21 orang. Bahkan, saat ini belum ada tanda-tanda aksi unjuk rasa itu akan berakhir.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menuding para “musuh” Iran sebagai dalang demonstrasi di negari para Mullah. Tudingan itu merupakan pernyataan Khamenei sejak demonstrasi pecah pada Kamis (28/12) lalu.
“Negara-negara yang menjadi musuh Iran menyebabkan demonstrasi itu menjadi kerusuhan. Musuh-musuh itu menunggu kesempatan agar mereka bisa masuk,” ucap Khamenei dilansir CNN, Rabu (3/1).
Dia mendeskripsikan musuh-musuh Iran adalah mereka yang memiliki uang, senjata, intelijen. Mereka pun berupaya untuk menciptakan masalah bagi Republik Islam Iran dan Revolusi Islam. Meski demikian, ia tidak menyebutkan nama-nama negara yang ia maksud.
Pernyataan Khamenei itu diungkap hanya berselang beberapa jam setelah Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Nikki Haley menyebut rakyat Iran menangis menyeruakan kebebasan. Bahkan, Halley juga meminta meminta anggota Dewan Keamanan PBB untuk menggelar sidang darurat di New York. Tak hanya itu, ia meminta Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa untuk membahas aksi demonstrasi di Iran.
Melansir Al Jazeera, meski ada ancaman dari Pasukan Garda Revolusi Iran terhadap para demonstran, tapi mereka tetap melanjutkan aksi di jalanan. Sejauh ini, sedikitnya 530 orang, termasuk 450 warga di Teheran dan 80 orang di Arak, telah ditahan aparat keamanan.
Aksi tersebut digambarkan sebagai demo terbesar sejak protes massal yang berlangsung pada 2009 silam.
Ali Fathollah-Nejad, peneliti dari Brookings Doha Center, mengungkapkan demonstrasi di Iran merupakan aksi unjuk rasa yang dipolitisasi terbesar selama ini. Terlebih para pemprotes menuntut adanya perubahan rezim.
“Benar, slogan antipemerintah dan mereka menarget semua faksi di Republik Islam Iran,” ujar Nejad.
Sementara Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani menuding AS, Inggris, dan Arab Saudi, menggunakan tagar dan kampanye media sosial guna melecut semangat demonstrasi di negeri para Mullah.
“Berdasarkan analisis kita, 27% tagar baru melawan Iran dilakukan Pemerintah Saudi,” ucap Shamkhani dilansir Press TV.