sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Iran: Tidak ada pertemuan Rouhani-Trump di SU PBB

Iran menegaskan bahwa pertemuan Rouhani dan Trump tidak masuk dalam agenda mereka.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Selasa, 17 Sep 2019 11:10 WIB
Iran: Tidak ada pertemuan Rouhani-Trump di SU PBB

Pada Senin (18/9), Iran menegaskan bahwa Presiden Hassan Rouhani tidak akan terlibat dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di sela-sela Sidang Umum PBB di New York. Pernyataan itu muncul satu hari setelah Gedung Putih menyuarakan kemungkinan tersebut.

"Itu bahkan tidak ada di dalam agenda kami, juga tidak akan terjadi. Pertemuan semacam itu tidak akan terjadi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi.

Mousavi menggambarkan kabar tentang pertemuan Rouhani dan Trump hanyalah spekulasi.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pekan lalu mengatakan bahwa Trump dapat bertatap muka dengan Rouhani di sela-sela Sidang Umum PBB tanpa prasyarat. Namun, pada Senin, Trump membantahnya dengan mengatakan bahwa kabar dirinya bersedia bertemu dengan Iran tanpa prasyarat adalah hoaks.

Para pejabat Iran telah berulang kali menolak pertemuan Rouhani-Trump ataupun pembicaraan dengan Washington selama sanksi masih diterapkan.

"Menghentikan seluruh sanksi adalah prasyarat yang sangat diperlukan untuk diplomasi yang konstruktif. Kami bersedia bertemu ketika kami yakin bahwa persoalan rakyat kami dapat diselesaikan," tutur juru bicara pemerintah Ali Rabiei seperti dilaporkan Tasnim. "Sanksi harus dicabut dan AS harus menghormati Iran."

Serangan ke fasilitas Aramco picu eskalasi ketegangan

Sponsored

Pernyataan Teheran kemarin datang di tengah meningkatnya ketegangan setelah Washington menuduh Negeri Para Mullah berada di balik serangan ke dua fasilitas utama Saudi Aramco, perusahaan minyak nasional Arab Saudi, pada Sabtu (14/9). Serangan mengenai pabrik pengolahan Abqaiq dan ladang minyak Khurais. 

Pemberontak Houthi di Yaman telah mengaku bertanggungjawab atas serangan tersebut. Namun, Menlu Pompeo menunjuk Iran, menudingnya meluncurkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada pasokan energi dunia.

Trump juga melontarkan tuduhan bahwa Iran mendalangi serangan yang sempat membuat harga minyak melonjak itu.

"Ingat ketika Iran menembak jatuh drone, mengatakan bahwa itu ada di "wilayah udara" mereka, sementara pada kenyataannya, tidak. Mereka berpegang teguh pada cerita itu yang merupakan kebohongan yang sangat besar. Sekarang mereka mengatakan bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan serangan ke Arab Saudi. Kita lihat saja nanti?," twit Trump.

Namun, Presiden ke-45 AS itu menekankan bahwa dia tidak ingin berperang.

"Saya seseorang yang tidak ingin berperang," kata Trump kemarin.

Trump menyampaikan bahwa sejumlah pejabat di pemerintahannya, termasuk Menlu Pompeo, akan segera berkunjung ke Arab Saudi. 

Sebelumnya, lewat twitnya pada Minggu (15/9), Trump mengumumkan bahwa AS dalam posisi siaga untuk merespons serangan ke dua fasilitas Saudi Aramco. 

Tapi kemarin, Trump menurunkan nadanya.

"Kami punya banyak opsi tapi kami tidak mempertimbangkan opsi saat ini. Kami ingin mencari tahu secara pasti siapa yang mendalanginya," kata Trump.

Adapun Arab Saudi menuturkan bahwa serangan dilakukan dengan senjata Iran. Riyadh menambahkan bahwa serangan tersebut mampu direspons. Selain itu, mereka mendesak pakar PBB untuk membantu investigasinya.

Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) tidak secara langsung menuduh Teheran, melainkan menyerukan masyarakat internasional untuk mengutuk siapapun yang berada di belakang serangan.

"Kerajaan mampu mempertahankan tanahnya dan rakyatnya dan merespons serangan-serangan tersebut dengan kuat," sebut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengutip pernyataan MBS.

Sementara itu, Presiden Rouhani mengatakan bahwa serangan terhadap dua fasilitas Saudi Aramco dilakukan oleh rakyat Yaman sebagai tindakan balasan atas serangan oleh koalisi militer pimpinan Arab Saudi di Yaman.

"Rakyat Yaman menggunakan hak pertahanan mereka yang sah," kata Rouhani dalam kunjungannya ke Ankara.

Juru bicara Houthi Yahya Sarea menjelaskan bahwa serangan pada Sabtu dilakukan dengan pesawat tanpa awak, termasuk beberapa digerakkan oleh mesin jet.

"Kami meyakinkan rezim Arab Saudi bahwa lengan panjang kami dapat mencapai tempat yang kami pilih dan pada waktu yang kami tentukan," twit Sarea. "Kami memperingatkan perusahaan dan orang asing agar tidak berada di dekat target serangan."

Para pejabat AS meyakini bahwa serangan bukan berasal dari Yaman, di mana Houthi bercokol, melainkan dari Iran dan mungkin melibatkan rudal jelajah.

Serangan pada Sabtu telah memicu pertanyaan tentang bagaimana Arab Saudi, salah satu pembeli terbesar senjata dunia yang mayoritas dipasok oleh perusahaan-perusahaan AS, tidak dapat melindungi fasilitas vital dari serangan.

Terkait hal itu, Presiden Vladimir Putih mengatakan Rusia siap membantu Arab Saudi lewat penyediaan sistem pertahanan udara demi melindungi infrastruktur negara itu.

Sejauh ini, Rusia dan China menolak untuk mengambil kesimpulan soal siapa yang harus disalahkan atas serangan tersebut. (Reuters dan Al Jazeera)

Berita Lainnya
×
tekid