sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kim Jong-un larang warga Korea Utara tertawa 11 hari

"Mereka [yang melanggar] diperlakukan sebagai penjahat ideologis. Mereka dibawa pergi dan tidak pernah terlihat lagi."

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Jumat, 17 Des 2021 11:21 WIB
Kim Jong-un larang warga Korea Utara tertawa 11 hari

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, melarang warganya tertawa selama 11 hari selama masa berkabung dalam memperingati 10 tahun kematin ayahnya, Kim Jong-il.

Seorang warga di Kota Sinuiju menyatakan, masyarakat juga dilarang menunjukkan kegiatan apa pun di depan umum selama masa berkabung.

"Selama masa berkabung, kami tidak boleh minum alkohol, tertawa, atau terlibat dalam kegiatan rekreasi," ujar sumber yang enggan disebutkan identitasnya, melansir Radio Free Asia, pada Jumat (17/12).

Sumber menambahkan, pelarangan termasuk berbelanja bahan makanan. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, para pelanggar terancam dihukum.

"Dulu, banyak orang yang tertangkap karena minum atau mabuk selama masa berkabung. Mereka diperlakukan sebagai penjahat ideologis. Mereka dibawa pergi dan tidak pernah terlihat lagi," tuturnya.

Aturan keras ini tetap berlaku meski ada anggota keluarga yang meninggal.

"Jika anggota keluarga Anda meninggal selama masa berkabung, Anda tidak boleh menangis dengan keras. Jenazahnya harus dibawa keluar setelah selesai. Orang-orang bahkan tidak bisa merayakan ulang tahun sendiri di masa berkabung," ungkap sumber.

Kim Jong-il memerintah sejak ayahnya, Kim Il-sung, meninggal pada 1994 hingga 2011. Setelah Sepeninggalannya, dia digantikan Kim Jong-un hingga sekarang.

Sponsored

Pemerintahan Kim Jong-il merupakan salah satu periode tergelap dalam sejarah Korea Utara. Terjadi bencana kelaparan pada 1994-1998, yang menewaskan jutaan warga.

Pada masa berkabung, pemerintah Korea Utara juga mengerahkan polisi untuk mewaspadai penduduk yang tidak terlihat berduka.

"Mulai hari pertama Desember, mereka akan memiliki tugas khusus untuk menindak orang-orang yang merusak suasana berkabung kolektif,” kata seorang penduduk di provinsi barat daya Hwanghae Selatan kepada Radio Free Asia.

Berita Lainnya
×
tekid