sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kudeta Sudan: Perdana Menteri Abdalla Hamdok mundur setelah protes massa tewaskan 57 Orang

Dengan meneriakkan “kekuasaan kembali ke rakyat” para pengunjuk rasa menyerukan kembali pemerintahan sipil penuh.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Senin, 03 Jan 2022 20:20 WIB
Kudeta Sudan: Perdana Menteri Abdalla Hamdok mundur setelah protes massa tewaskan 57 Orang

Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok mengundurkan diri setelah satu hari protes massa mengguncang ibu kota Khartoum. Ribuan orang berbaris melawan kesepakatan pembagian kekuasaan antara tentara dan masyarakat sipil Oktober tahun lalu. Protes itu bahkan memakan 57 korban jiwa.

Dengan meneriakkan “kekuasaan kembali ke rakyat” para pengunjuk rasa menyerukan kembali pemerintahan sipil penuh. Pasukan militer melawan hingga menyebabkan dua orang tewas. Sayangnya, keputusan Hamdok untuk berhenti justru membuat para tentara memegang kendali penuh.

Melansir BBC, Senin (3/1), unjuk rasa ini adalah pukulan bagi Sudan untuk menuju pemerintahan yang demokratis. Sebelumnya, pemberontakan rakyat telah menyebabkan tergulingnya presiden yang otoriter Omar AL-Bashir pada 2019. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Hamdok mengatakan negara itu berada pada titik balik berbahaya yang mengancam seluruh kelangsungan hidupnya.

Dia mengatakan telah mencoba yang terbaik untuk menghentikan negara itu dari arah menuju bencana. Namun, terlepas dari semua yang telah dilakukan untuk mencapai nyatanya perdamaian itu tidak pernah terjadi. Para pemimpin sipil dan militer telah membuat perjanjian pembagian kekuasaan yang tidak nyaman setelah tentara melakukan kudeta pada 25 Oktober dan awalnya menempatkan Perdana Menteri Hamdok di bawah tahanan rumah. Padahal sebulan setelahnya Sudan akan melangkah menuju transisi kepala negara sipil ketika tentara merebut kekuasaan.

Sponsored

Hamdok sebelumnya adalah ekonom yang bekerja untuk PBB. Dia membantu menegosiasikan kesepakatan untuk utang-utang yang ditanggung Sudan. Berdasarkan kesepakatan yang dicapai dengan Hamdok pada bulan November, perdana menteri yang dipulihkan seharusnya memimpin kabinet teknokrat sampai pemilihan diadakan. Namun, tidak jelas berapa banyak kekuatan yang akan dimiliki pemerintah sipil baru dan protes terhadap militer dilanjutkan.

Menanggapi pengunduran diri Hamdok, Amerika Serikat mendesak para pemimpin Sudan untuk mengakhiri kekerasan terhadap demonstran anti-militer. Sebanyak 57 orang telah tewas dalam protes sejak kudeta, termasuk setidaknya dua orang pada peristiwa hari Minggu, menurut Komite Dokter Pusat Sudan yang pro-demokrasi. Pengunduran diri Hamdok menunjukkan militer kehilangan pengaruh mereka untuk mendapatkan pengakuan internasional dan dukungan rakyat, menurut juru bicara oposisi Partai Kongres Sudan.

Berita Lainnya
×
tekid