Paus Fransiskus menegaskan sikapnya terhadap para imigran saat berpidato pada misa Natal, Minggu (24/12) malam. Pimpinan tertinggi umat Katolik itu mengatakan bahwa iman menuntut penyambutan terhadap orang asing. Adapun Maria dan Yusuf, katanya, adalah imigran yang berjuang untuk menemukan tempat yang aman dan tinggal di Betlehem.
"Mereka harus meninggalkan rakyat mereka, rumah mereka dan tanah mereka," kata Fransiskus di Basilika Santo Petrus, Vatikan seperti dilansir dari CNN, Senin (25/12).
Paus Fransiskus adalah putra asli Argentina dan seorang imigran Italia. Alhasil, ia sering berbicara atas nama imigran yang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Tak hanya itu, ia adalah paus pertama yang menjadi anggota Yesuit, sebuah titah evangelis yang hadir di setiap benua dalam mengadvokasi pengungsi.
"Begitu banyak jejak kaki lain yang tersembunyi dalam jejak Yusuf dan Maria," kata Francis sambungnya.
Berdasarkan catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tahun ini, lebih dari 160.000 orang mempertaruhkan nyawa untuk melintasi Mediterania. Dari jumlah itu, setidaknya 3.000 orang tenggelam. Banyak dari mereka yang menyeberangi Laut Tengah melarikan diri dari daerah-daerah yang dilanda konflik di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Namun, peningkatan jumlah orang yang berusaha mencari keamanan di benua seberang, dihadapkan pada retorika anti-imigrasi dan dukungan untuk partai politik kanan jauh.
Sementara beberapa partai sayap kanan di Eropa telah menjadikan Kristen sebagai bagian dari identitas mereka. Namun, mereka seringkali bertentangan dengan imigran atau pengungsi Muslim. Menyikapi hal tersebut, Fransiskus mengimbau penghormatan terhadap imigran merupakan bagian integral dari agama Kristen. Terlebih status kewarganegaraan bagi umat yang beriman berasal dari Tuhan.
"Kekuatan sejati dan kebebasan otentik ditunjukkan dalam menghormati dan membantu yang lemah," tandasnya.