close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pengikut Houthi berkumpul untuk menerima bantuan makanan dari annggot suku di Sanaa, Yaman, Sabtu (21/9). ANTARA FOTO/REUTERS/Khaled Abdullah
icon caption
Pengikut Houthi berkumpul untuk menerima bantuan makanan dari annggot suku di Sanaa, Yaman, Sabtu (21/9). ANTARA FOTO/REUTERS/Khaled Abdullah
Dunia
Minggu, 22 September 2019 13:15

PBB sambut baik tawaran Houthi untuk gencatan senjata

Perang Yaman telah menciptakan krisis buatan terburuk dalam sejarah, mendorong jutaan orang ke jurang kelaparan.
swipe

PBB menyambut baik proposal kelompok pemberontak Houthi di Yaman untuk mengakhiri seluruh serangan terhadap Arab Saudi sebagai bagian dari inisiatif perdamaian.

Dalam pengumuman yang disiarkan televisi pada Jumat (20/9), ketua Dewan Politik Tertinggi Houthi Mahdi al-Mashat menuturkan bahwa pihaknya akan mengakhiri seluruh serangan terhadap Arab Saudi asalkan Riyadh dan sekutunya melakukan hal yang sama. Houthi menyerukan seluruh pihak di Yaman untuk bekerja menuju rekonsiliasi nasional yang komprehensif.

Perang saudara di Yaman telah menewaskan sekitar 10.000 orang dan mendorong jutaan lainnya ke jurang kelaparan dalam apa yang disebut sebagai krisis buatan terburuk di dunia. Arab Saudi meningkatkan ketegangan konflik setelah pada 2015 mereka meluncurkan serangan udara melawan Houthi, yang telah menggulingkan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi dan merebut ibu kota, Sanaa.

Utusan khusus PBB untuk Yaman Martin Griffiths pada Sabtu (21/9) menyambut baik seruan penghentian serangan dan solusi politik.

"Utusan khusus menekankan pentingnya untuk memanfaatkan peluang ini dan bergerak maju bersama dengan semua langkah yang diperlukan untuk mengurangi kekerasan, eskalasi militer dan retorika yang tidak membantu," demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor Griffiths.

Tawaran tersebut datang sepekan setelah serangan drone dan rudal menghantam fasilitas minyak milik perusahaan minyak nasional Saudi Aramco.

Pemberontak Houthi mengklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut, namun AS dan Arab Saudi menyalahkan Iran.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir pada Sabtu menekankan bahwa senjata yang digunakan dalam serangan ke Aramco adalah milik Iran dan bersumpah untuk merilis hasil investigasi penuh.

Jubeir lebih lanjut menjelaskan, pihaknya tengah berkonsultasi dengan sekutu dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan setelah penyelidikan selesai. Dia tidak merinci lebih lanjut.

"Arab Saudi menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengutuk mereka yang mendukung tindakan ini, dan mengambil posisi tegas dan jelas terhadap perilaku sembrono yang mengancam ekonomi global," tutur Jubeir.

Di AS, sejumlah pejabat senior AS menyatakan, bukti serangan menunjukkan bahwa serangan berasal dari bagian selatan Iran.

Pada Jumat, AS mengumumkan pengerahan sejumlah pasukan moderat ke Arab Saudi yang diklaim untuk membantu meningkatkan sistem pertahanan udara dan rudal negara itu.

Teheran sudah menegaskan bahwa mereka tidak terlibat dalam serangan ke Saudi Aramco yang terjadi pada Sabtu 14 September tersebut.

Kepala Garda Revolusi Iran Mayjen Hossein Salami memperingatkan pada Sabtu soal kesiapan negaranya atas setiap agresi.

"Hati-hati ... Kami akan mengejar setiap agresor," kata Salami. "Kami akan melanjutkan hingga titik penghancuran total dari setiap agresor."

Sementara itu, Komandan AU Korps Garda Revolusi Iran Brigjen Amirali Hajizadeh mengatakan bahwa AS harus belajar dari kegagalan masa lalu. Dia menyatakan, setiap serangan terhadap Iran akan mendapat respons yang menghancurkan.

Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) adalah cabang elite militer Iran dan telah dicap teroris oleh AS.

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan