Pandemi usai, perusahaan sawit Malaysia mendambakan pekerja Indonesia segera datang
Produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia itu kekurangan setidaknya 1,2 juta pekerja di sektor perkebunan, manufaktur, dan konstruksi.

Perusahaan perkebunan kelapa sawit Malaysia, Kulim Berhad kembali menerima pekerja migran, Kamis (23/6). Perekrutan Ini merupakan pertama kalinya, di masa 'pasca-pandemi'. Perusahaan mengaku sangat kekurangan pekerja, sebab itu tenaga kerja dari Indonesia sangat ditunggu-tunggu.
Perusahaan berharap kebijakan ini akan membuka jalan bagi lebih banyak pekerja untuk memasuki Malaysia dan membantu meringankan krisis tenaga kerja yang parah karena hambatan birokrasi.
Produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia itu kekurangan setidaknya 1,2 juta pekerja di sektor perkebunan, manufaktur, dan konstruksi. Kekurangan ini semakin memburuk setiap hari karena aktivitas ekonomi telah pulih dari pandemi, sehingga pabrik dan perkebunan lebih banyak membutuhkan tenaga kerja.
Meskipun membuka kembali perbatasan pada bulan April, Malaysia belum melihat kembalinya pekerja migran secara signifikan karena lambatnya persetujuan pemerintah dan negosiasi yang berlarut-larut dengan Indonesia dan Bangladesh mengenai perlindungan pekerja.
Kulim mengatakan pada Rabu malam mereka menyambut 37 pekerja dari pulau Lombok, Indonesia. Mereka adalah kelompok pekerja migran Indonesia pertama yang memasuki Malaysia sejak perbatasan dibuka kembali, dan telah lama ditunggu oleh para pengusaha perkebunan kelapa sawit yang bergulat dengan produksi yang lebih rendah dan kekurangan lebih dari 100.000 pekerja.
"Setelah dua tahun pandemi, kami sekarang dapat mengharapkan lebih banyak pekerja datang sambil mengikuti proses dan prosedur yang ketat," kata Chief Operating Officer Kulim Fairuz Ismail dalam menanggapi pertanyaan Reuters.
Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Hermono, mengatakan kepada Reuters pada hari Rabu bahwa Jakarta telah menyetujui permintaan untuk 4.699 pekerja untuk sektor perkebunan saja.
Lebih banyak pekerja diharapkan tiba di Malaysia bulan ini, kata Hermono.
Indonesia bulan lalu melarang sekitar 150 pekerja perkebunan pergi ke Malaysia karena perekrut tidak mengikuti prosedur emigrasi yang tepat dan sebagian besar pekerja tidak memiliki visa yang tepat.
Sementara itu, terkait pembukaan perekrutan tenaga kerja ini, Kementerian sumber daya manusia Malaysia tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Sumber : The Straits Times

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Mewujudkan e-commerce inklusif bagi penyandang disabilitas
Kamis, 30 Nov 2023 16:09 WIB
Potret kebijakan stunting dan pertaruhan Indonesia Emas 2045
Senin, 27 Nov 2023 16:01 WIB