sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Politikus sayap kanan terpilih jadi Presiden Guatemala

Giammattei terpilih untuk menjalani masa jabatan empat tahun, menggantikan Presiden Jimmy Morales.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 12 Agst 2019 21:17 WIB
Politikus sayap kanan terpilih jadi Presiden Guatemala

Kandidat dari partai konservatif, Alejandro Giammattei, terpilih menjadi presiden baru Guatemala. Dia berhasil meraih 59% suara dalam pilpres pada Minggu (11/8), mengalahkan lawannya, Sandra Torres, yang memperoleh 41% suara.

Giammattei terpilih untuk menjalani masa jabatan empat tahun, menggantikan Presiden Jimmy Morales.

"Suatu kehormatan besar untuk menjadi presiden dari negara yang sangat saya cintai ini. Kita akan membangun kembali Guatemala," tutur Giammattei.

Sebelumnya, Giammattei sempat menyatakan keinginannya untuk mengubah perjanjian migrasi yang disepakati oleh Morales dan Presiden Donald Trump.

Kesepakatan itu berupaya membendung migrasi ke Amerika Serikat dengan menggunakan Guatemala sebagai zona penyangga.

Di bawah kesepakatan itu, para migran dari Honduras dan El Salvador yang melewati Guatemala akan diminta untuk berhenti dan mencari suaka di negara itu terlebih dahulu. Para migran yang gagal melakukannya akan dianggap tidak memenuhi syarat untuk mendapat suaka di Negeri Paman Sam.

"Kesepakatan itu tidak tepat untuk negara ini. Jika kami tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk mengurus warga kami sendiri, bayangkan bagaimana kami akan merawat orang asing," tuturnya.

Menjelang pilpres, baik Torres maupun Giammattei sepakat menentang kesepakatan migrasi itu. Mereka berdua menganggap bahwa Guatemala, negara yang dilanda kemiskinan dan kekerasan, tidak memiliki kapasitas untuk memproses permohonan suaka ataupun untuk mengembalikan para pencari suaka ke negara asal masing-masing.

Sponsored

Presiden Morales menandatangani kesepakatan migrasi tersebut pada 27 Juli, hanya beberapa hari setelah Trump mengancam Guatemala dengan tarif dan sanksi lainnya.

Giammattei baru akan menjabat pada Januari 2020. Pada saat itu, kesepakatan tersebut seharusnya sudah mulai berlaku dan diimplementasikan.

"Saya berharap selama masa transisi ini pintu-pintu akan terbuka untuk mendapatkan lebih banyak informasi, sehingga kami dapat melihat apa yang bisa dilakukan untuk menghapus hal-hal yang tidak tepat bagi Guatemala yang terkandung dalam kesepakatan tersebut," lanjut Giammattei.

Respons warga Guatemala

Banyak warga Guatemala yang tidak antusias untuk berpartisipasi dalam pilpres kali ini. Para pemilih menyatakan ketidakpercayaan terhadap pemerintah menjadi kekhawatiran utama mereka, diikuti oleh tingkat pengangguran, biaya hidup yang tinggi dan korupsi.

Banyak warga Guatemala yang muak dengan skandal korupsi dan merasa bahwa Morales belum berupaya sebisa mungkin untuk memerangi korupsi di negara itu.

Slogan Morales untuk kampanye kepresidenannya pada 2015 adalah, "Not corrupt, nor a thief". Namun, pada Januari, dia menarik diri dari komisi antikorupsi yang didukung PBB.

Siapakah Alejandro Giammattei?

Pria berusia 63 tahun itu merupakan kandidat dari partai sayap kanan, Vamos. Giammattei dengan keras menentang pernikahan sesama jenis dan aborsi serta mendukung hukuman mati.

Dalam kampanyenya, dia berjanji akan membangun "tembok kemakmuran" untuk mencegah warga Guatemala bermigrasi ke AS. Untuk mengurangi kesenjangan ekonomi, dia ingin menarik lebih banyak investasi asing ke dalam negeri.

Dia menyatakan akan mendukung RUU yang mencap anggota geng sebagai teroris sehingga jika ditahan, mereka tidak akan memiliki hak untuk menerima kunjungan dan akan dipaksa untuk bekerja di penjara.

Giammattei merupakan dokter yang diangkat menjadi direktur sistem penjara Guatemala pada 2006. Pada tahun yang sama, dia memimpin operasi untuk mengendalikan penjara Pavón, yang selama satu dekade telah dikontrol oleh para tahanan. Tujuh narapidana tewas selama penggerebekan yang dilakukan pasukan keamanan.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid