sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sejarah kelam Kanada terungkap, 800-an kuburan anak-anak pribumi ditemukan

Anak pribumi dimasukan ke sekolah untuk dicabut dari akar budayanya. Mereka juga mengalami penyiksaan memilukan.

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Jumat, 25 Jun 2021 08:44 WIB
Sejarah kelam Kanada terungkap, 800-an kuburan anak-anak pribumi ditemukan

Sejarah kelam Kanada terungkap kepermukaan. Baru-baru ini sejumlah temuan membuka mata dunia bahwa di Kanada pernah terjadi penyiksaan dan pembunuhan terhadap anak-anak pribumi di masa lalu.

Para pemimpin kelompok Pribumi di Kanada mengatakan pada hari Kamis (24/6) bahwa para penyelidik telah menemukan lebih dari 600 kuburan tak bertanda di lokasi bekas sekolah tempat tinggal untuk anak-anak Pribumi.

Mayat-mayat itu ditemukan di Marieval Indian Residential School, yang beroperasi dari tahun 1899-1997. Sekolah berada di sekitar 135 kilometer sebelah timur Regina, ibu kota Saskatchewan.

Pencarian dengan radar penembus tanah menunjukkan bahwa setidaknya 600 mayat terkubur di daerah itu. Operator radar mengatakan hasil mereka bisa memiliki margin kesalahan 10%. Sampai saat ini, pencarian terus berlanjut, hit radar akan dinilai oleh tim teknis dan jumlahnya akan diverifikasi dalam beberapa minggu mendatang.

Menurut komunitas pribumi setempat, kuburan-kuburan tersebut telah ditandai, tetapi Gereja Katolik Roma yang mengoperasikan sekolah menghapus penanda tersebut.

PM Kanada sedih

Di Twitter, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan dia "sangat sedih" mengetahui penemuan terbaru.

"Hati saya hancur untuk Cowessess First Nation menyusul penemuan anak-anak Pribumi yang dimakamkan di bekas Sekolah Perumahan Marieval," katanya. "Kami akan mengatakan yang sebenarnya tentang ketidakadilan ini."

Tokoh pribumi Saskatchewan, Scott Moe mengatakan seluruh provinsi berduka atas penemuan kuburan tak bernisan itu.

Sponsored

Sementara, Uskup Agung Regina Don Bolen mengirimkan surat kepada Cowessess First Nation di situs web keuskupan agung untuk mengalirkan simpati.

"Beritanya luar biasa dan saya hanya bisa membayangkan rasa sakit dan gelombang emosi yang Anda dan orang-orang Anda alami saat ini," tulis Bolen.

Bolen mengatakan bahwa dua tahun lalu, dia meminta maaf kepada orang-orang Cowessess atas "kegagalan dan dosa para pemimpin Gereja di masa lalu."

"Saya tahu bahwa permintaan maaf tampaknya merupakan langkah yang sangat kecil  dibandingkan beban penderitaan masa lalu. Tetapi saya menyampaikan permintaan maaf itu lagi, dan berjanji untuk melakukan apa yang kami bisa untuk mengubah permintaan maaf itu menjadi tindakan nyata yang bermakna - termasuk membantu dalam mengakses informasi yang akan membantu memberikan nama dan informasi tentang mereka yang dimakamkan di kuburan tanpa nisan,” ujarnya.

Genosida budaya

Florence Sparvier yang berusia 80 tahun menceritakan pengamalaman masa kecilnya sebagai seorang pribumi yang bersekolah di Marieval Indian Residential School.

"Para biarawati sangat jahat kepada kami," katanya. "Kami harus belajar bagaimana menjadi Katolik Roma. Kami tidak bisa mengucapkan berkat kecil kami sendiri."

"Biarawati di sekolah itu 'mengutuk tentang orang-orang kita,' dan rasa sakit yang ditimbulkan berlanjut beberapa generasi kemudian," kata Sparvier.

"Kami belajar bagaimana tidak menyukai siapa kami," katanya. "Itu telah berlangsung dan masih berlangsung."

Bulan lalu juga ditemukan kuburan tanpa nisan yang diperkirakan berjumlah 215 anak, beberapa di antaranya berusia 3 tahun. Kuburan ditemukan di lokasi yang dulunya merupakan sekolah perumahan Pribumi terbesar di Kanada dekat Kamloops, British Columbia.

Setelah penemuan itu, Paus Fransiskus mengungkapkan rasa sakitnya atas penemuan itu dan menekan otoritas agama dan politik untuk menjelaskannya sesuatu yang dikatakannya sebagai 'skandal memilukan'. Tapi dia tidak menawarkan permintaan maaf yang diminta oleh First Nations dan oleh pemerintah Kanada.

"Permintaan maaf adalah salah satu tahap dalam perjalanan penyembuhan," kata Kepala Cowssness Fitst Nation (organisasi masyarakat pribumi) Cadmus Delorme.

"Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan," kata Ketua Federasi Bangsa Adat yang Berdaulat Bobby Cameron. Dia mengatakan dia mengharapkan lebih banyak kuburan akan ditemukan di halaman sekolah perumahan di seluruh Kanada.

"Kami tidak akan berhenti sampai kami menemukan semua mayat," katanya.

Sejarah kelam asimilasi Kanada

Dari abad ke-19 hingga 1970-an, lebih dari 150.000 anak-anak Pribumi dipaksa menghadiri sekolah-sekolah Kristen yang didanai negara, yang sebagian besar dijalankan oleh jemaat misionaris Katolik Roma, dalam kampanye untuk mengasimilasi mereka ke dalam masyarakat Kanada.

Mereka direkrut untuk dimasukkan ke 139 sekolah di seluruh Kanada di mana mereka diisolasi dari keluarga, bahasa dan budaya mereka. 

Pemerintah Kanada telah mengakui bahwa kekerasan fisik dan seksual merajalela di sekolah-sekolah, dengan siswa dipukuli karena berbicara bahasa ibu mereka. Menurut temuan komisi penyelidikan ada 4 ribu anak meninggal di sekolah selama periode kelam bagi penduduk asli Kanada itu.

Berita Lainnya
×
tekid