sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Risiko oposisi di Korea Selatan: Lee Jae-myung ditikam saat acara di Busan

Kerumunan di sekitar Lee membuat penyerang kewalahan, yang tampak menyamar sebagai salah satu pendukungnya.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Selasa, 02 Jan 2024 15:11 WIB
Risiko oposisi di Korea Selatan: Lee Jae-myung ditikam saat acara di Busan

Lee Jae-myung, tokoh politik terkemuka Korea Selatan yang memimpin Partai Demokrat liberal di negara itu, ditikam di lehernya pada Selasa (2/1) pagi. Insiden itu terjadi saat Lee berkunjung ke lokasi bandara baru di kota pelabuhan selatan Busan, kantor berita Yonhap melaporkan.

Rekaman video penyerangan yang disiarkan di stasiun penyiaran Korsel menunjukkan Lee dikelilingi oleh pers dan kerumunan kecil ketika seorang pria yang berdiri di dekatnya tiba-tiba muncul dan menyerang leher Lee dengan senjata.

Lee pingsan dan berdarah sebelum dibawa ke rumah sakit. Serangan itu terjadi sekitar pukul 10:30, menurut Yonhap, yang melaporkan bahwa dia sadar saat dirawat oleh dokter trauma di Rumah Sakit Universitas Nasional Busan karena luka robek sepanjang 1 sentimeter di leher. Dia kemudian diangkut ke Seoul melalui helikopter untuk operasi di Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul, kata Yonhap.

Kerumunan di sekitar Lee membuat penyerang kewalahan, yang tampak menyamar sebagai salah satu pendukungnya. Penyerang mengenakan topi baja yang menyatakan dukungannya kepada Lee dan meminta tanda tangan, menurut Yonhap. Pria itu ditangkap oleh polisi dan motifnya masih belum diketahui.

Juru bicara Partai Demokrat Kwon Chil-seung mengatakan kepada wartawan saat pengarahan bahwa penyerang diyakini menggunakan pisau sashimi, namun dia menolak memberikan rincian serangan atau cedera Lee sampai pemeriksaan medis.

“Insiden ini merupakan serangan teror terhadap Perwakilan Lee Jae-myung dan ancaman serius terhadap demokrasi yang tidak boleh terjadi dalam keadaan apa pun,” kata Kwon dikutip Washington Post.

Lee, 59, pengacara perburuhan terkemuka yang menjadi politisi yang memimpin partai oposisi liberal Korsel. Ia kalah tipis dalam pemilihan presiden tahun 2022 dari Yoon Suk Yeol yang konservatif dari Partai Kekuatan Rakyat.

Yoon menyatakan “keprihatinan yang mendalam” setelah mengetahui serangan pada hari Selasa, menurut kantornya, dan memerintahkan pihak berwenang untuk menyelidikinya.

Sponsored

“Presiden menekankan bahwa tindakan kekerasan seperti itu tidak boleh ditoleransi dalam keadaan apa pun,” kata kantor kepresidenan dalam sebuah pernyataan.

Selama berada di ranah politik Korsel yang sangat terpolarisasi, Lee telah menjadi subyek investigasi atas sumbangan perusahaan dan dugaan korupsi, di mana jaksa dan politisi tidak berhasil menangkapnya setidaknya dua kali pada tahun lalu. Lee membantah semua tuduhan melakukan kesalahan dan menggambarkan klaim tersebut sebagai upaya untuk mendiskreditkan dirinya dan partainya.

Ia sebelumnya menjabat sebagai gubernur provinsi Gyeonggi, sekitar Seoul, pada tahun 2018 hingga 2021, serta walikota Seongnam pada tahun 2010 hingga 2018. Sebagai walikota dan gubernur, ia dikenal karena melembagakan kebijakan seperti pendapatan dasar universal bagi kaum muda di seluruh kota, peningkatan program kesejahteraan sosial, akses gratis ke seragam sekolah, dan pemeriksaan stimulus virus corona untuk penduduk Gyeonggi.

Foto-foto berita menunjukkan Lee terbaring di tanah dengan mata tertutup dan orang lain menempelkan sapu tangan ke sisi lehernya.

Sekitar dua lusin petugas polisi merespons di tempat kejadian.

Pemilihan parlemen Korsel berikutnya dijadwalkan pada bulan April.

Disitir Fox News, meskipun kepemilikan senjata dibatasi secara ketat, Korsel memiliki sejarah kekerasan politik yang melibatkan senjata lain.

Pendahulu Lee, Song Young-gil, diserang pada tahun 2022 di sebuah acara publik oleh seorang penyerang yang mengayunkan benda tumpul ke kepalanya dan menyebabkan luka robek.

Pemimpin partai oposisi konservatif Park Geun-hye, yang kemudian menjabat sebagai presiden, diserang dengan pisau di sebuah acara pada tahun 2006 dan menderita luka di wajahnya sehingga memerlukan operasi.

Pada tahun 2015, Duta Besar Amerika Serikat saat itu untuk Korea Selatan, Mark Lippert, diserang oleh seorang agresor dan menderita luka serius di wajahnya saat menghadiri acara publik.

Berita Lainnya
×
tekid