sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Risiko pertemuan Trump dan Kim Jong-un

Pertemuan dengan Presiden Korut Kim Jong-un digagas Trump, untuk mendiskusikan kemungkinan penghancuran senjata nuklir di Korea Utara.

Dika Hendra
Dika Hendra Senin, 12 Mar 2018 11:19 WIB
Risiko pertemuan Trump dan Kim Jong-un

Direktur Badan Intelijen Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo membela keputusan Presiden Donald Trump, yang ingin bertemu dengan pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un. Dia mengungkapkan, Trump sangat mengetahui risiko akibat pertemuan tersebut.

“Trump tidak melakukan itu untuk pertunjukkan teater. Dia pergi ke sana (Korut) untuk memecahkan masalah,” jelas Pompeo kepada Fox News.

Sebelumnya banyak kritik beredar kalau perundingan tersebut gagal, maka dua negara itu akan berada pada posisi yang lebih buruk. Apalagi belum ada Presiden AS sebelumnya yang pernah bertemu dengan pemimpin Korut. Hanya, Trump mau bertemu dengan Kim Jong-un jika disetujui pemerintahan Korea Selatan (Korsel).

Pompeo menuturkan, pemerintahan AS membuka mata lebar-lebar menghadapi tantangan dengan Korut. Dia mengatakan Korut terpaksa datang ke meja perundingan karena sanksi yang diberikan AS melemahkan perekonomian Pyongyang.

“Tidak pernah terjadi sebelumnya posisi ekonomi Korut begitu berisiko sehingga pemerintahannya seperti ditekan,” kata Pompeo.

Sementara itu, pejabat Gedung Putih lainnya, Menteri Keuangan Steve Mnuchin, menegaskan tujuan utama perundingan itu adalah menghancurkan senjata nuklir di semenanjung Korea. “AS juga ingin menandaskan, tidak ada uji coba misil atau nuklir menjelang pertemuan ini,” jelasnya.

Para politikus AS juga memberikan perhatian penuh terhadap rencana pertemuan tersebut. Senator Partai Republik Cory Gardner mengatakan kepada CBS, ingin langkah kongkret terhadap denuklirisasi sebelum perundingan itu dilaksanakan. Sedangkan Senator Republik Jeff Flake mengaku skeptis dengan denuklirisasi akan terwujud di Korut.

Sementara Senator Partai Demokrat Elizabeth Warren khawatir jika Departemen Luar Negeri AS memang tidak familiar dengan metode yang diterapkan Pyongyang. “Saya ingin presiden kita sukses. Jika dia sukses, Amerika pun sukses. Dunia pun lebih aman,” terangnya.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid