sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Turki siap jadi tuan rumah perundingan Rusia-Ukraina

Rusia telah mengerahkan sekitar 100.000 tentaranya di perbatasan utara dan timur Ukraina.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Jumat, 04 Feb 2022 08:41 WIB
Turki siap jadi tuan rumah perundingan Rusia-Ukraina

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah perundingan Rusia-Ukraina demi mencegah ketegangan lebih lanjut di antara dua negara tersebut.

"Saya menekankan bahwa kami akan dengan senang hati menjadi tuan rumah pertemuan puncak tingkat pimpinan atau tingkat teknis," kata Erdogan pada konferensi pers bersama Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, melansir VOA pada Jumat (4/2).

Pada kesempatan sama, Zelenskyy mengatakan, Ukraina siap menggunakan format apa pun demi mencapai perdamaian.

"Tidak masalah di mana tepatnya, yang penting kami bisa menghentikan perang. Dibutuhkan sikap yang tulus untuk mencapainya," jelasnya.

Sementara itu, Erdogan menegaskan, komitmen Turki terhadap integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina.

Dilaporkan Anadolu Agency, Turki dan Ukraina juga memanfaatkan momentum ini untuk menandatangani delapan perjanjian, termasuk perjanjian perdagangan bebas.

Pertemuan Ukraina-Turki itu berlangsung ketika Rusia terus mengerahkan militer di sekitar Ukraina. Kini, sudah lebih dari 100.000 tentara yang ditempatkan Rusia dekat perbatasan utara dan timur Ukraina, meningkatkan kekhawatiran "Negeri Beruang Putih" bakal melakukan invasi.

Di sisi lain, Presiden Rusia, Vladimir Putin, menuduh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara barat membuat skenario yang menyulut perang dan mengakibatkan masalah keamanan Rusia atas Ukraina.

Sponsored

Dilaporkan Reuters, dalam komentar publik pertamanya tentang krisis selama hampir enam minggu pada Rabu (2/2), Putin menunjukkan tanda-tanda mundur dari tuntutan keamanan yang disebutkan barat. Pun membantah bakal terjadi invasi.  

"Sudah jelas sekarang ... bahwa kekhawatiran mendasar Rusia diabaikan," ucapnya dalam konferensi pers dengan Perdana Menteri Hongaria.

Putin memperkirakan Ukraina pada masa depan bakal diterima di NATO. Kemudian, berusaha merebut kembali Semenanjung Krimea, wilayah yang direbut Rusia pada 2014.

"Mari kita bayangkan Ukraina adalah anggota NATO dan memulai operasi militer ini. Apakah kita harus berperang dengan blok NATO? Apakah ada yang memikirkan hal itu? Ternyata tidak," tuturnya.

Rusia telah mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di perbatasan Ukraina. Negara-negara barat pun khawatir itu menjadi langkah Putin untuk menyerang.

Rusia membantah tudingan tersebut. Namun, Putih memastikan pihaknya bisa mengambil tindakan militer yang tidak ditentukan kecuali tuntutan keamanannya dipenuhi.

Negara-negara barat kembali merespons dengan mengatakan, setiap invasi akan membawa sanksi terhadap Moskow.

Berita Lainnya
×
tekid