sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Wacana pertemuan Trump-Putin di tengah dakwaan peretasan Rusia

AS baru-baru ini mendakwa dua belas pejabat intelijen Rusia terlibat dalam peretasan data pemilu presiden 2016.

Dika Hendra
Dika Hendra Minggu, 15 Jul 2018 08:15 WIB
Wacana pertemuan Trump-Putin di tengah dakwaan peretasan Rusia

Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Rusia Vladimir Putin tetap dilaksanakan sesuai jadwal, di tengah ketengangan kedua negara. Ketegangan ini disinyalir dari munculnya sejumlah seruan di dalam negeri di AS agar pertemuan itu dibatalkan. Khususnya, usai AS mendakwa dua belas pejabat intelijen Rusia karena terlibat dalam intervensi pemilu.

Kedua pemimpin itu dijadwalkan akan bertemu di Helsinki, ibu kota Finlandia pada Senin (16/7) mendatang.

“Semua tetap tetap berjalan,” kata juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders kepada reporter dilansir BBC pada Sabtu (14/7).

Di sisi lain, Rusia juga menyatakan pertemuan itu akan tetap diagendakan. “Kita tetap menganggap Trump adalah mitra negosiasi,” kata penasihat Kremlin Yuri Ushakov. Meskipun hubungan bilateral kedua negara sangat buruk, menurut Ushakov, “Kita siap menyusunnya kembali agar benar.”

Sebelumnya, dakwaan atas warga Rusia yang melakukan peretasan terhadap para pejabat Partai Demokrat selama pemilu presiden 2016, menjadi ketegangan baru antara Washington dan Moskow.

Kementerian Luar Negeri Rusia menuding klaim itu sebagai skema konspirasi yang bermaksud untuk mengganggu atmosfer jelang konferensi Trump dan Putin. Mereka menyatakan tidak ada bukti keterlibatan puluhan pejabat dalam peretasan atau pun intelijen militer.

Namun, Deputi Jaksa Agung AS Rod Rosenstein bersikeras menyebut tujuan konspirator adalah memberikan dampak pada pemilu. Sebelas dakwaan pada warga Rusia, yang diduga melakukan serangan siber pada Maret 2016 terhadap akun surel staf kampanye calon presiden Hillary Clinton. Mereka menggunakan keystroke untuk membaca piranti lunak, agar bisa memata-matai ketua Komite Nasional Demokratik (DNC) dan meretas komputer Partai Demokrat.

“Konspirator menggunakan pengguna fiksi termasuk “DCLeaks" dan"Guccifer 2.0", untuk melepaskan ribuan email yang dicuri,” kata Rosenstein. Mereka berhasil mencuri setengah juta data pemilih di situs Partai Demokrat.

Sponsored

Para petinggi Partai Demokrat menyarankan Trump membatalkan pertemuan dengan Putin, menyusul dakwaan tersebut. “Presiden Trump seharusnya membatalkan pertemuan dengan Putin pada Senin mendatang,” kata Ketua DNC Tom Perez. Dia mengungkapkan, Putin bukan teman AS.

Seruan serupa juga diungkapkan pemimpin Demokrat di Senat Chuck Schumer. “Presiden Trump seharusnya membatalkan pertemuan dengan Vladimir Putin hingga Rusia menunjukkan langkah transparan untuk membuktikan mereka tidak akan mengintervensi kembali pemilu mendatang,” katanya.

Dari kubu Republik pun meminta pembatalkan pertemuan itu. Senator John McCain mengatakan konferensi Trump dan Putin seharusnya tidak perlu dilanjutkan. Meskipun, kata dia, Presiden Trump bersiap untuk meminta pertanggungjawaban Putin mengenai peretasan tersebut.

Sebenarnya terdapat 32 orang yang didakwa terlibat dalam peretasan tim kampanye Demokrat, termasuk tiga perusahaan dan empat mantan penasihat Trump. Namun, tidak ada dakwaan terhadap para penasihat Trump yang menunjukkan adanya kolusi dengan Rusia, guna mengintervensi pemilu presiden.

Mantan penasihat keamanan nasional Michael Flynn dan George Papadopoulos, mantan penasihat kebijakan luar negeri menyatakan bersalah membuat pernyataan palsu tentang kontak mereka dengan Rusia. Mantan kepala kampanye Trump Paul Manafort dan wakilnya Rick Gates didakwa melakukan pencucian uang terhadap pekerjaan konsultan politik di Ukraina.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid