sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

5 saintis perempuan ini layak disebut Miss Independent

Bukan hanya mereka yang berkarier di perusahaan besar, Miss Independent juga merujuk seluruh perempuan yang mandiri, kuat, dan berdaya.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Jumat, 12 Nov 2021 16:42 WIB
5 saintis perempuan ini layak disebut <i>Miss Independent</i>

Istilah Miss Independent belakangan ini bermunculan di berbagai platform media sosial. Bukan hanya mereka yang berkarier di perusahaan besar, julukan ini juga merujuk pada seluruh perempuan yang mandiri, kuat, dan berdaya.

Dalam dunia sains, banyak tokoh perempuan hebat yang layak diberi julukan Miss Independent. Kelima orang tersebut membuktikan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang setara dengan laki-laki hingga berkontribusi bagi dunia bahkan kita masih dapat merasakan ilmu yang berikan hingga kini. 

Siapa saja Miss Independent sains tersebut? Yuk, simak lima Miss Independent dalam dunia sains yang telah dirangkum platform edukasi berbasis teknologi, Zenius.

Marie Curie
Marie Curie merupakah perempuan pertama yang berhasil meraih penghargaan Nobel untuk dua bidang ilmu berbeda, kimia dan fisika.

Curie dikenal sebagai sosok yang cerdas dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sejak masih duduk di bangku sekolah. Walau saat itu pendidikan bagi perempuan masih dibatasi, dia bertekad kuat melanjutkan pendidikannya di kelas informal bawah tanah.

Ilmuwan kelahiran Polandia ini berhasil menemukan radioaktivitas dan meraih Nobel bersama suaminya, Pierre, dan Becquerel yang telah meneliti hal sama sebelumnya. Eksperimen Marie dan Pierre juga menghasilkan penemuan senyawa polonium dan radium.

Kiprahnya dalam dunia sains menjadikan Curie populer sebagai ilmuwan perempuan paling produktif. Dalam biografinya, Curie meninggal dunia karena kanker leukimia akibat paparan radioaktif dari radium yang telah lama ditelitinya.

Rosalind Franklin
Rosalind Elsie Franklin adalah ilmuwan berkebangsaan Inggris yang mengungkap rahasia struktur molekuler DNA dan RNA. Walau tidak pernah menerima Nobel, tetapi kontribusinya dalam bidang biologi tak bisa dianggap remeh. Hasil penemuannya menjadi salah satu capaian paling penting di abad ke-20.

Sponsored

Sejak berumur 15 tahun, Rosalind Franklin memiliki cita-cita yang tidak lazim bagi perempuan saat itu, menjadi ilmuwan. Dia memang dikenal unggul dalam hal akademis karena seringkali menjadi juara kelas dan cerdas dalam berpikir.

Kecerdasannya membuat Franklin mendapat beasiswa di Universitas Cambridge dan berhasil menyelesaikan studi post-doctoral (PhD) di usia 26 tahun.

Hypatia
Para pemikir klasik didominasi laki-laki, seperti Phytagoras, Socrates, Aristoteles, Plato, hingga Archimedes. Namun, di tengah keterbatasan perempuan saat itu, terdapat perempuan pemikir hebat bernama Hypatia.

Hypatia adalah perempuan pertama yang menjadi ahli matematika. Dia juga dikenal sebagai pendidik dan filsuf yang sangat dihormati bahkan menguasai pengetahuan lengkap soal ilmu astronomi, sastra, hingga seni.

Hypatia mendedikasikan dirinya untuk mengajarkan ilmu pengetahuan di Museum of Alexandria selama 20 tahun. Saat itu, banyak orang yang memohon untuk bisa mengikuti kelasnya. Dia melahirkan banyak karya tulis, seperti buku tentang geometri, aljabar, dan astronomi.

Dorothy Hodgkin
Dorothy Crowfoot Hodgkin menjadi salah satu orang pertama yang meneliti struktur senyawa organik dengan menggunakan kristalogi sinar-X. Dia meraih gelar sarjana di Universitas Oxford, lalu melanjutkan studinya di Universitas Cambridge dan memperoleh gelar PhD dalam investigasi kristalografi kristal steroid.

Ilmuwan kimia berkebangsaan Inggris ini dikenal sebagai penemu kristalografi protein. Dengan bantuan sinar-X, Dorothy berhasil menguraikan struktur vitamin B12 serta berbagai molekul kompleks lain, seperti insulin dan penisilin.

Penemuannya dalam penentuan struktur vitamin B12 membuatnya dianugerahi penghargaan Nobel bidang kimia pada 1964. Dorothy juga tercatat sebagai perempuan pertama yang memperoleh Medali Copley, perempuan kedua yang mendapatkan Order of Merit pada 1965, dan masih banyak penghargaan bergengsi lainnya.

Rita Levi-Montalcini
Dia adalah profesor berkebangsaan Italia yang lahir pada 1908. Sejak berusia 20 tahun, Rita bertekad mengejar cita-citanya dalam bidang riset medis.

Dirinya lulus dengan predikat summa cum laude dalam bidang kedokteran dan bedah, kemudian melanjutkan studinya di bidang neurologi dan psikiatri.

Selama hidupnya, Rita kerap terlibat sebagai penulis dalam puluhan riset studi dan menerima banyak penghargaan. Dia berhasil menemukan faktor pertumbuhan saraf sehingga memperoleh penghargaan Nobel di bidang fisiologi atau kedokteran bersama rekannya, Stanley Cohen.

Penemuan tersebut memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya dalam persoalan kedokteran, seperti penyembuhan luka, pertumbuhan bentuk yang tidak sempurna, sampai penyakit tumor.

Berita Lainnya
×
tekid