close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi orang kidal./Foto Kelly Sikkema/Unsplash.com
icon caption
Ilustrasi orang kidal./Foto Kelly Sikkema/Unsplash.com
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 04 Juli 2025 18:02

Benarkah orang kidal lebih kreatif?

Para peneliti dari Universitas Cornell menemukan jawabannya.
swipe

Selama ini, sebagian besar orang menganggap, individu yang kidal—kondisi di mana seseorang lebih dominan menggunakan tangan kiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti menulis atau makan—lebih kreatif dalam berpikir. Namun, apakah benar demikian?

Setelah meneliti lebih dari satu abad penelitian yang menyelidiki hubungan antara kidal dan krativitas, para peneliti dari Universitas Cornell menemukan, kepercayaan luas kalau orang kidal lebih kreatif adalah tidak benar. Penelitian mereka diterbitkan jurnal Psycholomic Bulletin & Review, berjudul “Handedness and creativity: Facts and fictions”.

“Data tidak mendukung adanya keuntungan dalam berpikir kreatif bagi orang kidal,” ujar profesor madya di Departemen Psikologi dan Fakultas Ekologi Manusia dan Direktur Lab Pengalaman dan Kognisi di Universitas Cornell sekaligus salah satu peneliti, Daniel Caasanto, dalam situs Cornell University.

“Faktanya, (memang) ada beberapa bukti bahwa orang kidal lebih kreatif dalam beberapa uji laboratorium, dan bukti kuat kalau orang kidal lebih banyak terwakili dalam profesi yang membutuhkan kreativitas besar.”

Casasanto mengatakan, ada alasan ilmiah untuk meyakini orang kidal—yang diperkirakan hanya berjumlah sekitar 10% dari populasi—akan punya keunggulan dalam kreativitas. Pemikiran divergen—kemampuan untuk menghasilkan berbagai ide atau solusi untuk suatu masalah—lebih didukung oleh belahan otak kanan.

Penelitian sebelumnya menemukan, peserta punya kinerja lebih baik dalam tugas berpikir divergen setelah meremas bola dengan tangan kiri. Hal itu menunjukkan, aktivitas motorik yang dikendalikan dari belahan otak kanan memicu area terdekat yang bertanggung jawab atas kreativitas.

Jika demikian, kata Casasanto, bisa jadi orang kidal pada dasarnya menjalani hidup dengan mengulang eksperimen ini—meningkatkan kreativitas mereka setiap kali mereka mengambil pena, kuas cat, atau obeng.

Para peneliti melakukan meta analisis—mengolah data dari banyak penelitian sebelumnya—yang memilah hampir 1.000 makalah ilmiah relevan yang diterbitkan sejak 1900. Dari sebanyak makalah itu, dipilah menjadi 17 penelitian yang melaporkan hampir 50 ukuran efek.

Meta analisis mengungkap, penggunaan tangan kanan tak banyak berpengaruh dalam tiga tes laboratorium paling umum terkait dengan pemikiran divergen. Sebaliknya, orang yang menggunakan tangan kanan memiliki sedikit keunggulan dalam beberapa tes.

“Jika Anda melihat literatur secara keseluruhan. Klaim tentang kreativitas kidal ini sama sekali tidak didukung,” tutur Casasanto.

Meta analisis tambahan mengonfirmasi, orang kidal lebih banyak terwakili di kalangan seniman dan musisi. Namun, tidak di kalangan arsitek.

Dengan memperluas penyelidikan mereka di luar bidang tersebut, para peneliti menganalisis ulang data dari sebuah studi besar yang diambil dari survei pemerintah Amerika Serikat, dengan informasi tentang pekerjaan dan penggunaan tangan.

Data tersebut mencakup hampir 12.000 individu dalam lebih dari 770 profesi, yang diurutkan berdasarkan kreativita yang dibutuhkan masing-masing. Dengan ukuran ini, menggabungkan orisinalitas dan penalaran induktif, fisikawan dan matematikawan berada di peringkat yang sama dengan perupa sebagai pekerjaan yang paling kreatif. Ketika mempertimbangkan berbagai macam profesi, para peneliti menemukan, orang kidal kurang terwakili dalam profesi yang membutuhkan kreativitas paling banyak.

Casasanto mengatakan, mitos kalau orang kidal itu kreatif disebabkan faktor “keistimewaan kidal”—gagasan orang kidal itu langka dan orang jenius yang kreatif juga langka. Faktor lainnya, persepsi umum kalau kejeniusan kreatif dikaitkan dengan penyakit mental. Ternyata, orang kidal yang lebih mungkin menjadi seniman, mengalami tingkat depresi dan skizofrenia yang lebih tinggi.

“Orang-orang menggeneralisasi bahwa ada banyak seniman dan musisi kidal, jadi orang kidal pasti lebih kreatif. Namun, jika Anda melakukan survei yang tidak bias terhadap banyak profesi, maka superioritas orang kidal yang tampak ini menghilang,” ucap Casasanto.

Konsultan psikiater di Cassiobury Court dan anggota Royal College of Psychiatrists, Mosun, yang tidak terlibat dalam penelitian itu mengatakan, mitos orang kidal kreati menyebar karena ada tokoh kidal terkenal di dunia seni, seperti Paul McCartney dan Jimi Hendrix.

“Ada anggapan orang kidal secara alami lebih artistik atau kreatif. Secara historis, kidal dianggap langka dan diasosiasikan dengan perbedaan, yang terkadang ditafsirkan oleh masyarakat sebagai bakat khusus atau bahkan kejeniusan,” ujar Mosun kepada Newsweek.

Bertahannya stereotip tersebut, kata Mosun, mencerminkan kecenderungan yang lebih luas untuk menyederhanakan asal-usul bakat. “Pada kenyataannya, penelitian baru ini menunjukkan, orang kidal tidak secara alami lebih kreatif,” ucap Mosun.

“Hal ini mengingatkan kita, kreativitas dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti lingkungan, pendidikan, budaya, juga karakter, bukan tangan dominan kita.”

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan