Dinosaurus berkembang pesat sebelum asteroid menabrak Bumi
Selama beberapa dekade, banyak ilmuwan meyakini dinosaurus telah menyusut jumlah dan keanekaragamannya, jauh sebelum hantaman asteroid mengakhiri nasib mereka 66 juta tahun yang lalu. Namun, penelitian terbaru dalam jurnal Science mengubah pandangan tersebut. Dinosaurus ternyata tidak punah, tetapi justru berkembang pesat.
Penelitian itu dilakukan para peneliti dari Baylor University, New Mexico State University, Smithsonian Institution, dan tim internasional lainnya.
Di barat laut New Mexico, lapisan-lapisan batuan menyimpan kisah tersembunyi tentang sejarah Bumi. Di situs Naashoibito dari formasi Kirtland, para peneliti menemukan jejak kehidupan ekosistem dinosaurus yang masih berkembang pesat hingga sesaat sebelum tumbukan asteroid memusnahkan mereka.
“Dinosaurus dari Naashoibito hidup sezaman dengan spesies terkenal dari formasi Hell Creek di Montana dan Dakota,” kata profesor madya geosains di Baylor University Daniel Peppe, dikutip dari situs Baylor University.
“Mereka tidak sedang menurun, melainkan merupakan komunitas yang dinamis dan beragam.”
Wilayah di situs Naashoibito, New Mexico menyimpan ekosistem kaya dari zaman kapur, tempat hidup beragam dinosaurus, termasuk Alamosaurus—sauropoda berleher panjang sepanjang 21 meter—serta tyranosaurus pemangsa, dinosaurus bertanduk, dan dinosaurus berparuh bebek.
Hasil penanggalan menunjukkan, ekosistem ini sudah ada tepat sebelum tumbuhan asteroid Chicxulub. “Keberaaan berbagai spesies dinosaurus di Naashoibito menunjukkan populasi mereka saat itu cukup sehat,” kata asisten profesor di Departemen Ilmu Geologi New Mexico State University yang juga penulis utama studi, Andrey Flynn kepada Live Science.
Asteroid Chicxulub memicu peristiwa kepunahan massal yang memusnahkan sekitar 75% spesies di Bumi, termasuk semua dinosaurus non-unggas. Sebelumnya, sebagian penelitian berpendapat keanekaragaman dinosaurus memang telah menurun menjelang akhir zaman kapur—terutama pada masa Maastricht (72,1-66 juta tahun lalu)—akibat perubahan lingkungan seperti iklim yang tidak stabil, sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap bencana.
Sebagian besar pengetahuan ilmuwan tentang batas Kapur–Paleogen—lapisan batuan yang menandai berakhirnya era dinosaurus—berasal dari formasi terkenal seperti Hell Creek dan Fort Union di Great Plains, Amerika Serikat bagian utara. Karena itu, masih ada banyak ketidakpastian tentang apa yang terjadi di wilayah lain.
Para ahli paleontologi telah lama mengetahui situs Naashoibito menyimpan fosil dinosaurus non-unggas terakhir yang ditemukan di New Mexico. Namun, usia pasti fosil-fosil tersebut masih menjadi perdebatan. Dalam studi terbaru ini, para peneliti berusaha memecahkan misteri tersebut dengan menggabungkan dua metode penanggalan batuan.
“Kami ingin menggunakan dua cara berbeda dan independen untuk memastikan usia batuannya,” jelas Flynn.
Metode pertama mengukur peluruhan radioaktif isotop argon, sedangkan metode kedua memanfaatkan pola perubahan medan magnet Bumi. Sepanjang sejarah, kutub magnet Bumi beberapa kali berbalik arah—antara kondisi “normal” (kutub utara magnet berada di utara) dan kondisi “terbalik” (kutub utara magnet berada di selatan). Karena para ilmuwan telah mengetahui kapan perubahan ini terjadi, arah kutub magnet dalam batuan dapat digunakan untuk memperkirakan usianya.
Dari hasil kedua metode tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa batuan situs Naashoibito berusia antara 66,4 hingga 66 juta tahun, yang berarti dinosaurus di wilayah itu hidup hanya sekitar 340.000 tahun sebelum tumbukan asteroid. Menariknya, dinosaurus dari New Mexico tampak memiliki karakter unik, menunjukkan Amerika Utara bagian barat mungkin memiliki “kantong-kantong” keanekaragaman dinosaurus yang berbeda satu sama lain.
Studi baru ini menggambarkan dinosaurus mengalami kepunahan mendadak akibat hantaman asteroid, yang kemudian membuka jalan bagi ledakan evolusi mamalia. Namun, para peneliti menekankan bahwa pola ini mungkin tidak terjadi secara seragam di seluruh dunia.
“Penelitian ini benar-benar menyoroti pentingnya mempelajari lokasi-lokasi baru yang selama ini kurang diperhatikan,” kata Flynn.
“Dengan menambahkan satu situs baru yang terverifikasi waktu di Amerika Utara bagian barat, kita dapat memperoleh gambaran yang jauh lebih utuh tentang kehidupan dinosaurus menjelang akhir era mereka.”
Tumbukan asteroid memang mengakhiri era dinosaurus seketika—namun ekosistem yang mereka tinggalkan menjadi fondasi bagi kehidupan setelahnya. Dalam kurun sekitar 300.000 tahun pascakepunahan, mamalia mulai berkembang pesat, bereksperimen dengan berbagai pola makan, ukuran tubuh, dan peran ekologis baru.
Menariknya, pola perbedaan yang dipengaruhi suhu—yang dulu membentuk komunitas dinosaurus—terus berlanjut hingga zaman Paleosen. Hal ini menunjukkan betapa besar peran iklim dalam mengarahkan pemulihan kehidupan setelah bencana besar.
“Mamalia yang bertahan hidup masih menunjukkan pola bioprovinsi utara dan selatan yang sama,” kata Flynn.
“Mamalia dari wilayah utara dan selatan tetap memiliki perbedaan yang jelas—tidak seperti pada peristiwa kepunahan massal lainnya yang cenderung menghasilkan komunitas yang lebih seragam.”


