Perilaku sedentari atau kurang bergerak telah lama dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan. Kini, sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal BMC Public Health menambahkan nyeri leher ke dalam daftar risiko tersebut.
Penelitian berskala internasional ini menunjukkan bahwa duduk dalam waktu lama secara signifikan meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami nyeri leher. Sekitar 70 persen orang di seluruh dunia diketahui pernah mengalami nyeri leher setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Tim peneliti asal Tiongkok menganalisis data dari 25 studi yang melibatkan 43.184 partisipan di 13 negara. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang kuat antara durasi duduk dan meningkatnya risiko nyeri leher. Di antara aktivitas yang berkaitan dengan layar, penggunaan ponsel menjadi faktor risiko paling besar.
Pengguna ponsel dalam waktu lama tercatat memiliki risiko 82 persen lebih tinggi mengalami nyeri leher dibandingkan mereka yang jarang menggunakan ponsel. Sementara itu, penggunaan komputer meningkatkan risiko hingga 23 persen. Adapun menonton televisi tidak menunjukkan dampak yang signifikan.
Durasi duduk juga menjadi faktor penting. Duduk setidaknya empat jam per hari meningkatkan risiko nyeri leher hingga 45 persen. Jika durasi duduk melebihi enam jam, risikonya melonjak menjadi hampir 88 persen dibandingkan dengan orang yang memiliki waktu duduk lebih singkat.
Penelitian ini juga menemukan bahwa perempuan cenderung lebih berisiko mengalami nyeri leher dibandingkan laki-laki.
Postur tubuh turut berkontribusi dalam meningkatkan risiko. Banyak orang secara tidak sadar membungkukkan bahu dan menekuk leher saat menggunakan perangkat elektronik seperti ponsel, tablet, dan komputer. Kebiasaan ini memberikan tekanan tambahan pada leher dan punggung bagian atas.
Lebih jauh, perilaku kurang bergerak dapat memicu perubahan fisiologis pada tubuh. Beberapa di antaranya adalah meningkatnya tekanan pada diskus intervertebralis dan berkurangnya aliran darah ke area leher. Selain itu, ketidakseimbangan otot dan penurunan mobilitas sendi juga turut berperan dalam memicu nyeri leher.