close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi ikan./Foto PublicDomainPictures/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi ikan./Foto PublicDomainPictures/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 20 Juni 2025 09:03

Ikan bisa merasakan sakit sekitar 20 menit saat ditarik dari air

Penelitian ini dilakukan ilmuwan dari Welfare Footprint Institute.
swipe

Setiap tahun, sekitar satu triliun ikan ditarik dari air untuk dikonsumsi. Misalnya, ikan forel pelangi atau Oncorhynchus mykiss berasal dari anak sungai di Samudera Pasifik, tetapi sekarang menjadi ikan pangan yang populer di seluruh dunia, dibudidayakan di setiap benua.

Sebagian besar ikan-ikan itu mati karena diambil ke darat atau ditaruh di air es. Walau itu adalah cara paling hemat biaya untuk membunuh ikan secara massal, para peneliti biologi internasional, yang dipimpin ilmuwan asal Welfare Footprint Institute dalam hasil riset berjudul “Quantifying the welfare impact of air asphyxia in rainbow trout slaughter for policy and practice”, terbit di jurnal Scientific Reports (2025) menemukan, setiap ikan bisa merasakan sakit yang hebat hingga 22 menit dengan metode tersebut.

Penderitaan hewan adalah hal yang sulit diukur. Namun, para peneliti mengembangkan kerangka kerja standar yang memperhitungkan intensitas keadaan negatif, seperti stres atau rasa sakit, serta lamanya waktu penderitaan tersebut. Kerangka kerja ini disebut Welfare Footprint Framework (WFF).

Mereka berharap, kerangka kerja ini akan memungkinkan orang-orang yang bekerja dengan hewan, seperti ahli biologi, dokter hewan, penjaga kebun binatang, peternak, dapat membandingkan dan meningkatkan standar kesejahteraan hewan.

“Temuan kami memberikan perkiraan kuantitatif pertama mengenai rasa sakit selama pembunuhan ikan, yang menunjukkan skala potensial peningkatan kesejahteraan yang dapat dicapai melalui metode pemingsanan yang efektif,” kata para peneliti, dikutip dari Science Alert.

Dengan memilah-milah tumpukan makalah ilmiah yang sudah diterbitkan, tim peneliti menciptakan gambaran rinci tentang “pengalaman” seekor ikan di luar air. Hanya lima detik terpapar udara, bisa memicu respons neurokimia yang mungkin kita kaitkan dengan emosi negatif dalam diri kita. Perilaku seperti memutar tubuh dengan kencang, menunjukkan reaksi penolakan yang kuat.

Tanpa air, struktur insang yang halus yang menukar oksigen dengan karbon dioksida saling menempel, menyebabkan karbon dioksida  dari respirasi terakumulai. Meningkatnya kadar ini memicu nosisepsi—sistem alarm tubuh—yang menyebabkan ikan tersentak. Akhirnya, kadar karbon dioksida yang meningkat mengasamkan darah dan cairan serebrospinal hewan, yang akhirnya mengakibatkan ketidaksadaran.

Lamanya penderitaan ikan saat disembelih bergantung pada ukurannya dan kondisi tempat pemotongan, yang bisa berlangsung antara 2 hingga 25 menit.

“Jika distandarisasi berdasarkan hasil produksi, hal ini setara dengan rata-rata 24 menit per kilogram, dengan lebih dari satu jam rasa sakit sedang hingga ekstrem per kilogram dalam beberapa kasus,” tulis para peneliti.

Para peneliti memperkirakan, pemingsanan listrik yang diusulkan sebagai cara yang lebih manusiawi untuk membunuh ikan, dapat mengurangi hingga 20 jam rasa sakit sedang hingga parah per dolar AS investasi. Namun, pemindaian otak menunjukkan, efektivitas metode ini sangat bervariasi. Idealnya, hewan harus langsung tidak sadarkan diri sepenuhnya hingga akhirnya mati. Dengan metode pemingsanan saat ini, hal ini tidak selalu terjadi.

“Dampak kesejahteraan dan efektivitas metode pemingsanan apa pun juga sangat bergantung apda keseluruhan proses pemanenan, yang dipengaruhi oleh stresor kumulatif sebelum pemotongan,” kata para peneliti.

Melansir Independent, studi itu memperingatkan, mendinginkan ikan dalam peti es setelah ditangkap dapat menyebabkan rasa sakit yang lebih parah. “Dengan memperlambat proses metabolisme, suhu yang lebih rendah dapat memperpanjang waktu hingga ikan tidak sadarkan diri,” kata para peneliti.

Sementara itu, metode yang disebut dengan percussive stunning, yang melibatkan pukulan ke kepala hewan dengan perangkat khusus, dapat membunuh ikan dengan cepat, tanpa banyak penderitaan. Praktik pra-pemotongan lainnya, seperti menumpuk ikan selama pengangkutan, dapat pula menyebabkan penderitaan yang lebih besar.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan