sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Indonesia dalam ancaman krisis regenerasi angklung

Perlu dukungan seniman dan generasi muda untuk melestarikan angklung.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Senin, 08 Nov 2021 16:38 WIB
Indonesia dalam ancaman krisis regenerasi angklung

Sejak diakui sebagai warisan budaya dunia kategori tak benda oleh Unesco pada 16 November 2010, pelestarian angklung di Indonesia bukan tanpa hambatan. Perkara klasik seperti tidak adanya regenerasi baik dari sisi seniman maupun pengrajin angklung masih menjadi masalah utama.

Diskusi soal angklung ini mengemuka dalam perhelatan Angklung Mendunia, Senin (8/11). Acara ini disiarkan langsung lewat saluran Youtube, Dharma Pertiwi. Turut hadir dalam acara tersebut generasi kedua pengelola Saung Angklung Udjo, Taufik Udjo; Wakil Delegasi Tetap RI untuk Unesco, Ismunandar; Atase Pendidikan & Kebudayaan KBRI USA Popy Rufaidah; dan Sejarawan Hilmar Farid.

Ismunandar menjelaskan angklung masuk dalam kategori warisan budaya tak benda karena dalam prosesnya, permainan angklung, penyusunan nada, hingga pembuatannya merupakan ide dari manusia. Dengan demikian, diperlukan kolaborasi antarseniman angklung di semua peran agar bisa tetap menjaga warisan budaya ini.

“Regenerasi memang menjadi masalah bersama, sehingga perlu dukungan dari semua pihak termasuk seniman dan generasi muda,” ujar Ismunandar.

Menjawab hal tersebut, Popy menyebutkan perkembangan angklung di mancanegara menunjukkan tren positif. Alat musik sunda ini sedikitnya dimainkan di 131 negara baik di sekolah maupun komunitas. Di Amerika Serikat, angklung dimainkan di universitas-universitas di Pennsylvania dan Hawaii.

Pembuatan museum angklung

Di lain sisi Taufik Udjo menagih janji pembangunan museum angklung yang sempat direncanakan bertahun-tahun lalu. Pembangunan museum ini sempat menjadi wacana setelah angklung ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.

Mengutip arsip berita Antara, Maret 2010, rencana pembangunan museum angklung ini belum dapat terealisasi karena terkendala pendanaan. Museum yang direncanakan bernama Museum Udjo ini akan berdiri tiga lantai sebagai wahana edukasi alat musik bambu tersebut. Perencanaan pembangunan museum ini sebenarnya sudah digodok sejak 1995.

Menjawab hal ini, Ismunandar mengatakan jauh lebih penting untuk membuat program pelestarian angklung. Angklung harus dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dari jenjang dasar untuk menjaga kelestariannya.

Sponsored

Sementara itu, dalam sambutannya Ketua Umum Dharma Pertiwi, Nanny Hadi Tjahjanto, sangat menyadari setelah lebih dari sepuluh tahun ditetapkan sebagai warisan budaya dunia, angklung tak banyak memiliki peminat dalam tataran generasi muda.

Memainkan angklung dinilai membutuhkan kesabaran dan hanya generasi tua yang memiliki itu. “Jangan sampai angklung yang sudah kita miliki dituntut pihak lain,” imbuh Nanny.

Berita Lainnya
×
tekid