sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kelap-kelip masa lalu pohon Natal

Dari mana dan sejak kapan pohon Natal dikenal dunia?

Fandy Hutari
Fandy Hutari Selasa, 25 Des 2018 09:00 WIB
Kelap-kelip masa lalu pohon Natal

Natal telah tiba. Umat Nasrani memperingati hari kelahiran Yesus Kristus.

Perayaan Natal identik dengan pohon cemara yang dihias aneka pernak-pernik—dikenal sebagai pohon Natal. Tak asing kita lihat di rumah, kantor, dan pusat perbelanjaan pohon Natal berdiri untuk menyambut hari Natal.

Lantaran tak akan gugur bila musim dingin tiba, pohon cemara dianggap simbol keabadian. Itulah sebabnya, pohon yang memiliki ciri berdaun ramping dan runcing, berukuran tinggi dan berbentuk kerucut itu, dipilih sebagai pohon Natal.

Lalu, bagaimana jejak historis pohon Natal?

Mulanya di Jerman

Sebuah artikel pendek di Haagsche Courant—sebuah koran berbasis di The Hague, Belanda—edisi 24 Desember 1938 membahas tentang sejarah pohon Natal.

Di dalam artikel tersebut dijelaskan, seorang peneliti asal Swiss Arnold Meyer menemukan informasi tertua soal penggunaan pohon Natal, berasal dari tahun 1605. Saat itu, pohon Natal mulai digunakan di Strasbourg, Jerman.

“Mereka mencoba merayakan pesta Natal dengan cara menghias pohon cemara memakai mawar, apel, dan manisan warna-warni,” tulis artikel itu.

Sponsored

Lalu, tradisi menghadirkan pohon Natal menyebar ke seluruh Jerman. Di Berlin, pohon Natal baru dijadikan identitas perayaan Natal pada 1810.

Ilustrasi perayaan Natal di Hindia Belanda. (Soerabaijasch handelsblad, 28 Desember 1931).

Awal orang-orang Prancis mengenal pohon Natal saat terjadi perang Prancis-Prusia (Jerman) pada 1870. Ketika itu, tentara Jerman merayakan Natal di Prancis.

Vebertina Manihuruk dalam artikelnya “Awalnya Pohon Natal Pernah Ditentang” di Pikiran Rakyat edisi 24 Desember 2006 menulis, orang Jerman di Pennsylvania, Amerika Serikat, memajang pohon Natal pertama kali pada 1830-an.

Akan tetapi, terjadi penentangan. Sejumlah warga di Amerika Serikat kala itu menganggap, pemasangan pohon Natal sebagai bentuk penyembahan berhala.

“Reaksi penolakan itu bahkan sempat diwarnai keputusan pemerintah untuk mendenda siapa pun yang memasang pohon cemara sebagai pohon Natal,” tulis Vebertina.

Seiring waktu, pandangan masyarakat Amerika Serikat berubah. Mereka mengikuti jejak Inggris yang menggunakan pohon cemara untuk dimanfaatkan jadi pohon Natal. Kemudian, tulis Vebertina, industri hiasan pohon Natal makin berkembang dan menular ke berbagai negara.

“Indonesia dan Filipina menjadi negara yang sangat terpengaruh tradisi Eropa itu sampai akhirnya para umat Kristen membeli pohon buatan, tapi yang penting berbentuk cemara,” tulis Vebertina.

Berita Lainnya
×
tekid