sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Love scam: Jebakan para penipu asmara

Sudah banyak korban penipuan yang mengatas namakan cinta melalui media sosial.

Rizky Fadilah
Rizky Fadilah Selasa, 31 Okt 2023 22:00 WIB
<i>Love scam</i>: Jebakan para penipu asmara

Beberapa waktu lalu, ramai dibicarakan kisah miris Yosam Kosay alias Pace Willy, seorang pemuda asal Wamena, Papua Pegunungan. Ia mengaku ditipu seorang gadis asal Nusa Tenggara Timur (NTT). Awalnya, Yosam mengenal gadis itu lewat media sosial Facebook pada 2016. Ketika itu, Yosam tengah menempuh studi di Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta.

Lama berkenalan lewat udara, sang gadis mengungkapkan cintanya. Lalu, berjanji menikah setelah lulus kuliah. Selama berpacaran jarak jauh, Yosam mengirimkan uang yang diminta sang gadis, seperti kebutuhan kuliah dan sebagainya. Namun, setelah berkorban materi, sang gadis menghilang. Yosam merasa tertipu dan kehilangan uang Rp285 juta.

Apa yang dialami Yosam merupakan fenomena penipuan berkedok cinta alias love scam. Bahkan, love scam menjelma menjadi sindikat. Misalnya, pada akhir Agustus 2023 Kepolisian Daerah Kepulauan Riau menangkap 88 warga negara China di Kompleks Cammo Industrial Park, Kota Batam karena diduga terlibat dalam sindikat love scam.

Kisah love scam pernah pula diangkat ke film, semisal Love Scams (2018), The Tinder Swindler (2022), dan Dancing Green (2023).

Jangan mudah tertipu

Biasanya kasus love scam berangkat dari aplikasi kencan daring atau media sosial. Psikolog anak, remaja, dan keluarga Sani Budiantini Hermawan mengatakan, di era media sosial, banyak orang berhubungan melalui daring.

“Dan kita tidak tahu apa motif di belakang para penggunanya,” ujar Sani kepada Alinea.id, Selasa (31/10).

Ada yang benar-benar ingin mencari teman dekat, ada juga yang mempunyai motif jahat atau kriminal.”

Sponsored

Dalam kasus love scam, biasanya pelaku akan menggunakan data pribadi orang lain atau mengada-ada tentang identitasnya. Lalu, pelaku akan memainkan emosi korban. Setelah itu, pelaku bisa mendapatkan apa pun yang diinginkan.

Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani itu menuturkan ciri-ciri love scam, antara lain penipuan, penyebaran foto-foto tak senonoh, atau pengambilan data. “Itu sudah ciri-ciri jika terjebak love scam, tetapi korban tersebut tidak bisa melihat apakah dia korban atau bukan,” ucapnya.

“Karena pemikirannya yang sudah tidak objektif.”

Sementara itu, pemerhati teknologi, komunikasi, dan informatika Heru Sutadi menerangkan, korban love scam tak memandang gender. Kerugian akibat penipuannya pun besar.

“(Misalnya) korban laki-laki digoda perempuan cantik dan mengaku pengusaha. Ada yang ditipu investasi bisnis, ada juga yang dikerjain karena men-share foto pribadi korban,” ujar Heru, Senin (30/10).

“Korban perempuan juga banyak. Awalnya kebanyakan (pelaku) dari Afrika, tapi kian ke sini juga banyak dari negara Asia atau Eropa.”

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute itu mewanti-wanti masyarakat agar berhati-hati dengan paras seseorang di media sosial. Sebab, katanya, penipu biasanya memakai jati diri orang lain dan mengaku sebagai orang kaya atau pebisnis.

“Ujungnya kita dipinjami (diminta) uang atau diajak investasi dan berakhir ke penipuan,” ucap dia.

Heru mengingatkan, agar tak terjebak love scam, pengguna media sosial harus berhati-hati dan tak mudah tertarik dengan lawan jenis. “(Pelaku) seolah menyukai kita, (padahal) itu jebakan,” tutur Heru.

Selain itu, kata dia, tak menerima ajakan pertemanan orang yang tak dikenal di media sosial dan jangan mudah percaya. “Sebab di dunia maya baiknya trust no one,” ujarnya.

Menurutnya, kejahatan love scam lintas negara. “Yang lagi ramai, banyak perempuan mengaku dari Korea atau Jepang. Hati-hati, kalau minta pertemanan di media sosial, abaikan saja,” kata dia.

Ia meminta pihak kepolisian dan kementerian terkait aktif mengawasi kejahatan jenis ini. “Dan harus diproses secara hukum,” tuturnya.

Terlepas dari itu, Sani membagikan kiat agar menjalin hubungan lewat media sosial tak terjebak love scam. Pertama, identitas tak perlu dibeberkan di awal perkenalan. Menurut dia, butuh waktu untuk saling mengenal.

Check and recheck. Kalau di Instagram ada mutual friend, jadi bisa tahu siapa orang tersebut,” ujarnya. “Kita harus tahu dulu orangnya.”

Kedua, ujar Sani, bisa pula berkenalan dengan keluarganya terlebih dahulu. “Atau jika orang ini memiliki pekerjaan, bisa ditelusuri di mana dia bekerja,” tutur dia.

“Terlepas dari masalah curiga atau tidak, hal ini adalah antisipasi dari awal.”

Tindakan tadi perlu dilakukan seseorang bila ingin menjalin hubungan dengan orang baru di media sosial. Sebab, menurutnya, jika sudah mencintai seseorang dari awal dengan memberikan seluruhnya, nantinya tak bakal objektif lagi memandang orang tersebut baik atau tidak baik.

“Jadi, dari awal sebelum terjebak lebih baik dicek dan ditelusuri lebih dulu, tidak langsung percaya dari awal,” katanya.

“Terutama untuk orang yang baru berkenalan di media sosial, jangan sampai tertipu, padahal jebakan tersebut sudah banyak di mana-mana.”

Berita Lainnya
×
tekid