sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mengenal gejala dan bahaya virus Marburg

Virus Marburg tergolong ganas, cepat menular, dan gejalanya mirip demam berdarah.

Silvia Ng
Silvia Ng Kamis, 19 Agst 2021 17:46 WIB
Mengenal gejala dan bahaya virus Marburg

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan temuan virus Marburg yang terdeteksi di Gueckedou, Afrika Barat pada 10 Agustus 2021 lalu. Belakangan ini virus Marburg memang ramai diperbincangkan masyarakat global, termasuk mempertanyakan sebenarnya virus apakah ini? bagaimana gejalanya?.

Dilansir dari laman resmi WHO, virus Marburg tergolong ganas, cepat menular, dan gejalanya mirip dengan demam berdarah. Bahkan, virus ini memiliki rasio kematian hingga 88%. Virus yang mirip dengan Ebola ini pertama kali terdeteksi di Marburg (Jerman) dan Frankfurt (Serbia) tahun 1967 silam.

Wabah ini berkaitan dengan pekerjaan laboratorium yang menggunakan monyet hijau Afrika (Cercoopithecus Aeethiops) yang diimpor dari Uganda. Pada tahun 2008, terdapat dua kasus independen dilaporkan oleh pelancong yang mengunjungi gua yang dihuni koloni kelelawar Rousettus di Uganda.

Manusia dapat terinfeksi oleh virus Marburg karena kontak yang terlalu lama dengan tambang atau gua yang dihuni koloni kelelawar Rousettus. Setelah seseorang terinfeksi, Marburg dapat menyebar melalui penularan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung (melalui kulit yang rusak atau selaput lendir) dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lain dari pasien yang terinfeksi, dan dengan permukaan dan bahan, misalnya tempat tidur dan pakaian yang terkontaminasi cairan ini.

Gejala virus Marburg
Terdapat beberapa gejala yang dapat diidentifikasi akibat terpapar virus Marburg, di antaranya demam tinggi, sakit kepala parah, malaise parah, dan nyeri otot. Pada hari ke-3, pasien yang terinfeksi dapat mengalami diare kronis, kram perut, dan mual serta muntah.

Diare yang dialami saat terinfeksi virus Marburg bisa bertahan selama seminggu. Pada fase ini, mata akan mencekung ke dalam, wajah tanpa ekspresi, dan mengalami kelesuan yang ekstrem. Selanjutnya, ruam yang tidak gatal dapat muncul antara 2 sampai 7 hari setelah timbul gejala.

Pada kasus yang lebih berat, dalam 7 hari biasanya pasien akan mengalami pendarahan di beberapa area, seperti pendarahan pada muntahan dan feses, serta pendarahan pada hidung, gusi, dan vagina. Sedangkan pada fase pasien yang mengalami kasus parah, dia akan mengalami demam yang tinggi, dan mengalami kebingungan, cepat marah, serta agresi karena virus tersebut mempengaruhi sistem saraf pusat pasien.

Pada hari ke-15 setelah terinfeksi, pasien juga berkemungkinan mengalami orchitis atau radang testis. Dalam kasus yang fatal, kematian biasanya terjadi antara hari ke-8 dan ke-9 setelah munculnya gejala, yang biasanya ditandai dengan kehilangan darah yang parah dan syok.

Mengobati virus Marburg
Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang terbukti mengatasi virus Marburg. Namun, berbagai perawatan potensial termasuk produk darah, terapi kekebalan, dan terapi obat saat ini sedang dievaluasi. Ketika terinfeksi, pasien dapat menjalani perawatan suportif, seperti rehidrasi dengan cairan oral atau intravena, dan pengobatan gejala spesifik.

Sponsored

WHO menyampaikan, sulit untuk membedakan secara klinis virus Marburg dari penyakit menular lainnya, seperti malaria, demam tifoid, shigellosis, meningitis, dan virus demam berdarah lainnya. Meski begitu, terdapat serangkaian tes yang dapat mengonfirmasi virus Marburg ada dalam tubuh pasien melalui metode diagnostik sebagai berikut:

1. Uji antibodi terkait enzim immunosorbent assay (ELISA);
2. Tes deteksi antigen;
3. Tes netralisasi serum;
4. Uji reaksi berantai polimerase transkriptase balik (RT-PCR); dan
5. Isolasi virus dengan kultur sel.

Berita Lainnya
×
tekid