close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kelelahan. Foto: Pixabay
icon caption
Kelelahan. Foto: Pixabay
Sosial dan Gaya Hidup
Rabu, 18 Juni 2025 13:29

Merasa kelelahan? bisa jadi Anda perlu detoks digital

Kelelahan digital bukan hanya soal otak. Penggunaan layar dalam waktu lama juga menyebabkan keluhan fisik.
swipe

Di era digital saat ini, layar telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, penggunaan perangkat digital yang berlebihan bukan tanpa dampak.

dr. Tarık Mecit, anggota fakultas di Departemen Fisiologi Universitas Biruni, Turki mengingatkan bahwa kelelahan digital tidak hanya memengaruhi mata, tetapi juga berdampak pada hormon, kualitas tidur, dan sistem kekebalan tubuh. Fenomena ini kian umum, terutama di kalangan remaja dan anak muda, dan menjadi persoalan kesehatan yang patut diwaspadai.

Dampak langsung ke otak dan mental
Menurut dr. Mecit, stimulasi terus-menerus pada korteks prefrontal – bagian otak yang berperan dalam pengambilan keputusan dan konsentrasi – akibat penggunaan gawai seperti ponsel dan komputer, menyebabkan kelelahan mental. Ia menjelaskan bahwa rangsangan yang intens ini lama-kelamaan menguras sumber daya kognitif. Akibatnya, seseorang bisa mengalami kelelahan mental yang cukup parah hingga kesulitan mengambil keputusan, mengalami gangguan konsentrasi, dan merasa pikirannya kabur.

Yang lebih mengkhawatirkan, paparan layar berlebihan pada remaja – saat otak masih dalam tahap perkembangan – berisiko menimbulkan gangguan jangka panjang. "Waktu layar yang tinggi di usia muda bisa menghambat neuroplastisitas, merusak struktur materi putih otak, serta memicu gejala seperti defisit perhatian," jelasnya.

Permainan digital dan media sosial pun tak lepas dari sorotan. Ketika aktivitas ini mengganggu sistem penghargaan-hukuman dalam otak, proses pembelajaran menjadi dangkal dan memori jangka panjang pun terhambat.

Gangguan fisik: Dari mata kering hingga nyeri leher

Kelelahan digital bukan hanya soal otak. Penggunaan layar dalam waktu lama juga menyebabkan keluhan fisik seperti mata kering, penglihatan kabur, sakit kepala, bahkan mual karena terganggunya sistem vestibular (keseimbangan). Masalah otot dan rangka, seperti nyeri pada leher, punggung, dan bahu, juga sering muncul akibat postur tubuh yang buruk saat menggunakan gawai.

Paparan layar di malam hari, tambah dr. Mecit, juga bisa menekan produksi hormon melatonin yang penting untuk tidur dan kesehatan mental. Ketika produksi melatonin terganggu, seseorang akan mengalami kesulitan tidur, memori melemah, emosi tidak stabil, dan daya tahan tubuh menurun.

Tak hanya itu, beban digital yang tinggi bisa memicu stimulasi berlebih pada sumbu hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) – pusat pengatur stres tubuh. Jika berlangsung terus-menerus, kadar hormon stres kortisol akan tetap tinggi dan berujung pada gangguan tidur, lemahnya imun tubuh, serta kerusakan pada bagian otak yang berkaitan dengan emosi dan motivasi, yakni hipokampus.

Muncul gejala sosial dan emosional

dr. Mecit juga mencatat bahwa penggunaan perangkat digital secara berlebihan dapat membuat seseorang menjadi mudah lupa, cepat marah, dan kehilangan semangat. Jika terus dibiarkan, hal ini bisa membuat individu menarik diri dari lingkungan sosial dan menjadi lebih tertutup.

Ia menekankan pentingnya menjaga pola tidur yang sehat, karena waktu layar yang panjang menyebabkan susah tidur dan sering terbangun di malam hari. Ini menjadi salah satu penyebab utama turunnya kualitas hidup.

Solusi: Detoks digital dan pola hidup seimbang

Untuk melindungi kesehatan otak dan sistem saraf, dr. Mecit merekomendasikan detoks digital secara berkala. Menghabiskan waktu di alam, melakukan latihan pernapasan, dan kegiatan relaksasi lainnya dapat membantu meredakan stres serta mengatur ulang ritme biologis tubuh (ritme sirkadian).

Khusus untuk menjaga kesehatan mata, ia menyarankan aturan “20-20-20” – yakni setiap 20 menit, alihkan pandangan selama 20 detik ke objek sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter). Menurunkan kecerahan layar dan menggunakan pencahayaan lembut di malam hari juga bisa membantu memperbaiki kualitas tidur.

Di akhir penjelasannya, dr. Mecit menekankan bahwa hidup sehat bukan hanya tentang olahraga dan makan bergizi. 

“Kesehatan mental juga butuh perhatian. Detoksifikasi digital adalah bagian penting dari tanggung jawab kita terhadap tubuh dan pikiran. Jangan hanya mendengarkan layar, dengarkan juga sinyal yang dikirimkan otak kita,” ujarnya.(dailysabah)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan