sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mewujudkan festival musik ramah anak

Bagaimana syarat festival musik yang ramah terhadap anak-anak?

Cindy Victoria Dhirmanto
Cindy Victoria Dhirmanto Senin, 30 Okt 2023 08:46 WIB
Mewujudkan festival musik ramah anak

Belakangan ini, beberapa festival musik di Indonesia sudah memerhatikan ruang-ruang yang ramah anak, sehingga orang tua tak khawatir membawa buah hati mereka. Misalnya saja, dalam Synchronize Fest 2023 yang diadakan awal September 2023 di Jakarta International Expo, terdapat ruang bermain untuk anak-anak dengan fasilitas lengkap.

Lalu, di Pestapora 2023 yang diadakan di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta pada 22-24 September 2023 terdapat penitipan anak dan area bermain untuk anak-anak. Fasilitas itu dinamakan Pecapowa Stage.

Menurut seorang ibu rumah tangga, Yoan Theodora Wijaya, 39 tahun, festival musik biasanya tak semua memberikan ruang untuk anak-anak. “Kadang ada rokok atau konten dewasa lainnya,” kata dia kepada Alinea.id, Kamis (26/10).

Atas dasar itu, Yoan lebih memilih membawa anaknya yang berusia tujuh tahun ke acara konser musikal, yang memang ditujukan buat anak-anak. Contohnya, beberapa waktu lalu, ia membawa anaknya ke konser musikal Bawang Merah dan Bawang Putih di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.

“Karena untuk konser musikal sendiri, selain lebih bersih, peraturannya juga ketat,” ujar dia.

“Untuk penonton juga harus duduk, tidak boleh berisik, apalagi keluar-masuk supaya tidak mengganggu pemain.”

Sementara Clarista Diandra, 35 tahun, pernah membawa anaknya yang berusia enam tahun ke festival musik We The Fest 2023 di Gelora Bung Karno (GBK) Sport Complex, Jakarta Pusat yang diadakan pada Juli 2023. Saat anaknya masih kecil, Clarista bahkan sudah membawanya ke acara Djakarta Warehouse Projeck (DWP).

“(Waktu itu, anak saya) menggunakan earphone khusus, supaya enggak terlalu berisik banget,” ujar Clarista, Sabtu (28/10).

Sponsored

Sedangkan di We The Fest, menurut Clarista, ada area ruangan anak-anak yang dinamakan We The Kids. “Awalnya sempat skeptis sedikit dengan area yang ramah anak ini. Soalnya memang jarang banget festival musik yang ada ruangan anak seperti ini,” kata dia.

Bagi Clarista, kondisi We The Kids cukup baik. Ruangannya, kata dia, kedap suara dan ada pendingin ruangan.

“Dan menurut saya, fasilitasnya juga oke sih, gratis juga,” ujarnya.

Di area anak-anak itu, selain bermain, anak Clarista juga diajarkan kreasi seni. Misalnya menggambar. “Setelah dari area itu, saya membawa tote bag dengan gambar yang anak saya bikin,” tuturnya.

Ia berharap, festival musik lainnya pun dapat menerapkan prinsip ramah anak. “Walaupun akan ada konten-konten dewasa, tetapi tolong diperhatikan lagi untuk konten anak-anaknya,” kata dia.

Pembatasan usia dan fasilitas

Dihubungi terpisah, jurnalis sekaligus pengamat musik Wendi Putranto mengatakan, tak semua konser musik layak untuk ditonton anak-anak. Kecuali memang penampilnya masih anak-anak.

“Itu sebabnya di Amerika Serikat atau Eropa ada age restrictions untuk sebuah konser. Apakah all ages, 13 plus, 18 plus, atau 21 plus,” ujar co-founder sekaligus program director M Bloc Space itu, Kamis (26/10).

“Di sini, kita tidak memberlakukan hal tersebut. Perlu dipikirkan mulai sekarang.”

Jika ingin menonton konser musik, Wendy menyarankan para orang tua meninggalkan anak-anak mereka di rumah bersama pendamping ketimbang membawanya ke lokasi konser yang kebanyakan tak punya area bermain.

“Dan terpapar hal-hal yang tidak baik bagi mereka (anak-anak),” ujarnya.

Berbeda dengan festival musik. Menurut Wendy, saat ini penyelenggaranya mulai memberikan ruang bagi anak-anak dengan kesenian, terutama musik. “Dan aneka keriaan festival tentu akan menginspirasi, merangsang krativitas, serta meninggalkan impresi yang positif bagi mereka (anak-anak),” tutur Wendy.

“Tentunya dengan tidak lupa mengenakan earbud bagi mereka karena kebisingan secara terus menerus potensial merusak pendengaran mereka yang masih bertumbuh.”

Sebagai informasi, ada perbedaan antara konser dan festival musik. Konser musik adalah pertunjukan musik yang dimainkan oleh musikus tunggal atau ensembel musik, seperti orkestra, paduan suara, maupun grup musik. Biasanya diadakan di stadion, lapangan terbuka maupun tertutup, atau gedung serbaguna.

Sedangkan festival musik adalah acara komunitas berorientasi pada penampilan langsung menyanyi dan instrumen, yang lazimnya dibeda-bedakan dengan tema, seperti jenis musik, lokasi, atau waktu tertentu. Festival musik biasanya diadakan di ruangan terbuka, dengan tenda atau panggung sementara buat penampil. Selain pertunjukan musik, lazimnya ada bazar makanan atau pagelaran seni.

Sepengetahuan Wendy, baru Joyland Festival yang memiliki kepedulian memberi pelayanan untuk anak-anak. Joyland Festival merupakan festival musik yang juga menampilkan pemutaran film, stand-up comedy, pasar komunitas lokal, serta kegiatan keluarga. Edisi perdana Joyland Festival diadakan pada 16-17 Juni 2012 di Taman Stadion Renang Senayan, Jakarta Pusat.

Menurut Wendy, yang perlu diperhatikan penyelenggara agar orang tua tak khawatir membawa anak-anak mereka ke festival musik, pertama harus bebas asap rokok dan alkohol. “Namun, standarnya, (harus) memiliki area playground yang menampilkan program untuk anak-anak, serta kurasi konten line-up yang cocok dan bagus disaksikan mereka,” tuturnya.

Lebih lanjut, kata Wendy, membuka daycare atau penitipan anak komersial di festival musik bahkan bisa menjadi pemasukan tersendiri bagi promotor. “Karena jika tidak ada pengawas atau pendamping di kala nonton konser, maka orang tua harus rela bergantian menjaga anak-anak mereka di area playground,” kata dia.

Ia menekankan, bila tak ada beberapa syarat tadi, maka sangat tak bijak orang tua membawa anak-anaknya ke festival musik. “Karena mereka (anak) mungkin dapat terpapar asap rokok, jenis musik, lirik, stage act, dan gaya hidup festival yang tidak cocok untuk anak-anak,” ucapnya.

Wendy mengatakan, mewujudkan festival musik ramah anak perlu menjadi pemikiran dan kebijakan asosiasi profesi terkait hal itu. Misalnya Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI). Sementara pemerintah, seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) atau Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menyusun regulasi lainnya.

“Misalnya, menyusun regulasi restriksi (pembatasan) umur di konser atau festival musik bersama APMI,” tutur dia.

Berita Lainnya
×
tekid