sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Penyemprotan disinfektan ke tubuh picu chemical pneumonia

Chemical pneumonia terjadi karena paparan racun atau iritan ke paru-paru.

Ardiansyah Fadli
Ardiansyah Fadli Senin, 30 Mar 2020 14:28 WIB
Penyemprotan disinfektan ke tubuh picu <i>chemical pneumonia</i>

Dokter spesialis penyakit dalam, Andi Khomeini Takdir, meminta disinfektan tidak langsung disemprotkan ke tubuh seseorang. Sebab, berisiko menyebabkan radang paru-paru (chemical pneumonia).

"Saya meminta agar disinfektan tidak dihamburkan secara masif, sebagaimana yang kita saksikan di beberapa tempat. Mohon pertimbangkan bahaya lain. Chemical pneumonia," ujarnya saat dihubungi Alinea.id di Jakarta, Senin (30/3).

Praktik menyeprotan disinfektan ke badan seseorang kian marak seiring melonjaknya kasus pandemi coronavirus anyar (Covid-19) di Tanah Air. Saat hendak masuk suatu gedung, misalnya.

 

Andi mengingatkan, tidak semua cairan disinfektan terbuat dari bahan yang aman untuk tubuh manusia. Biasanya dibuat dari larutan pemutih.

"Kalau cuma semprot kayak cairan sabun dengan tujuan menghilangkan kuman, itu relatif aman. Dibanding saya lihat ada yang bikin dari larutan pemutih, kaporit, hidorgen peroksida. Itu bukan yang ramah buat tubuh kita," tuturnya.

Seharusnya disinfektan dibuat dari bahan-bahan yang biasa digunakan untuk mandi. Macam sabun, sampo, dan pasta gigi.

Sponsored

"Lebih dari itu (perlengkapan mandi, red), sudah bukan tempatnya. Makanya, sudah cukup kita sebenarnya dengan cuci tangan dengan sabun, alkohol, hand sanitizer," urainya.

Chemical pneumonia terjadi karena paparan racun atau iritan ke paru-paru. Gejala yang muncul biasanya tak terlalu signifikan, bahkan mirip pneumonia biasa.

Penyakit ini sering memicu gejala berupa batuk-batuk, nyeri dada, kesulitan bernapas, dan demam. Juga sering mengalami kelelahan, nafsu makan menurun, mual, dan diare. 

Meski begitu, Andi mengaku, masih sedikit jenis pneumonia akibat paparan racun kimia. "Tapi (terkena) chemical pneumonia, adalah kondisi yang harus segera ditangani untuk menghindari dampak buruk terhadap tubuh," katanya.

Karenanya, pendiri Junior Doctors Network (JDN) ini menegaskan, penyemprotan di ruang publik tidak efektif. Apalagi, disinfektan hanya bekerja dapat beberapa saat.

"Kalau dia turun dari pesawat, dari mobil, disemprot, saya rasa, itu kurang pas, ya. Mubazir. Karena setelah itu, kan, dia jalan lagi di ruang terbuka. Artinya apa yang dibersihkan tadi, selanjutkan, kan, bisa ada yang nempel lagi," paparnya.

"Virus pengin dimusanahkan. Tapi, yang jadi korban itu badan manusia. Makanya, saya ajak teman-teman itu untuk lebih tepat lagi (pemakaiannya). Jadi, jangan di (ruang) publik," tutup Andi.

Berita Lainnya
×
tekid