close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi pistol air./Foto Kolby Milton/Unsplash.com
icon caption
Ilustrasi pistol air./Foto Kolby Milton/Unsplash.com
Sosial dan Gaya Hidup - Wisata
Minggu, 22 Juni 2025 06:00

Pistol air sebagai simbol protes overtourism di Barcelona

Pariwisata mulai berkembang pesat di Barcelona sejak Olimpiade 1992.
swipe

Kota Barcelona di Spanyol kembali ramai karena gelombang protes antituris. Sekelompok orang turun ke jalan pada Minggu (15/6), menembakkan pistol air ke wisatawan dan etalase toko, menyalakan asap berwarna, dan menempel stiker bertuliskan “turis pulang” di jendela hotel dan toko.

Teriakan-teriakan antituris juga bergema. Protes tersebut sudah terlihat, setidaknya sejak tahun lalu di Barcelona, dan beberapa kota di Eropa, sebagai bentuk kritik terhadap overtourism.

Pistol air menjadi senjata andalan menembaki wisatawan, yang sejak tahun lalu viral. Dikutip dari The Associated Press, fenomena pistol air itu bermula pada Juli tahun lalu, ketika kelompok aktivis sayap kiri yang bermarkas di Barcelona turun ke jalan  mengkampanyekan “degrowth” sektor pariwisata yang sukses di kota tersebut, mengadakan demonstrasi pertamanya yang sukses. Saat itu, beberapa orang membawa pistol air untuk saling menembak, demi menyejukkan diri di tengah teriknya matahari.

“Apa yang terjadi kemudian menjadi viral, tetapi sebenarnya itu hanya semacam lelucon oleh sekelompok orang yang membawa pistol air karena cuaca panas,” kata salah seorang penyelenggara Neighborhood Assembly for Tourism Degrowth, Adriana Coten, kepada The Associated Press.

Setelah itu, beberapa orang saling mengarahkan pistol air mereka kepada wisatawan. Gambar-gambar itu tersebar ke seluruh dunia, menjadi publisitas yang menguntungkan bagi gerakan antipariwisata.

“Ini adalah simbol untuk mengatakan, kami muak dengan bagaimana industri pariwisata mengubah negara kami menjadi taman hiburan,” kata salah seorang demonstran, Lourdes Sanchez.

Demonstran lain, Andreu Martinez mengakui, hal itu dilakukan untuk sedikit mengganggu para wisatawan.

Beberapa wisatawan yang terkena semprotan dari pistol air menanggapi dengan tenang. Bahkan, mengaku menyegarkan di hari dengan suhu yang panas. Turis lainnya, Nora Tsai, yang baru tiba dari Taiwan, termasuk yang terkena semprot pada Minggu (15/6). Dia merasa takut dan sedih.

“Saya masih suka Barcelona. Saya telah bertemu banyak orang yang baik hati,” ujar Tsai.

Barcelona, juga beberapa kota lainnya di dunia, menghadapi masalah overtourism—situasi di mana suatu tempat menerima terlalu banyak wisatawan, sehingga kualitas hidup penduduk setempat atau pengalaman wisatawan menurun.

Meski tak bisa dimungkiri, sektor pariwisata di Barcelona bisa membuka lapangan pekerjaan dan pendapatan. Menurut direktur konsorsium pariwisata Barcelona, Mateu Hernandez kepada CNN, pariwisata menyumbang 14% dari ekonomi kota dan menyediakan 150.000 lapangan kerja.

Fenomena pariwisata massal dimulai saat Olimpiade diadakan di kota itu pada 1992. Pada 2004, kota berpenduduk 1,5 juta jiwa tersebut menerima 4,5 juta kunjungan turis yang menginap. Segala infrastruktur penunjang pariwisata pun dibangun massif, seperti bandara, pelabuhan, hotel, dan sebagainya.

Pada 2024, wisatawan yang menginap di Barcelona mencapai 15,5 juta orang. Populasi kota pun meningkat menjadi 1,7 juta. Kerumunan yang terjadi di tempat-tempat, seperti Jalan La Rambla dan di kawasan Gothic yang berdekatan, bagian tertua kota, sebagian menjadi penyebab kemarahan warga Barcelona.

Menurut Wakil Wali Kota Barcelona, Jordi Valls, salah satu titik keramaian adalah lingkungan sekitar Basilika Sagrada Familia yang ikonik. Tempat itu dihuni 50.000 penduduk, tetapi di musim panas ada 50.000 wisatawan lainnya yang datang ke sana.

Masalah sosial terjadi. Apartemen sewa jangka pendek untuk turis, secara luas dinilai sebagai faktor yang menyebabkan berkurangnya perumahan terjangkau di Barcelona.

Menurut penulis di surat kabar La Vanguardia yang berpusat di Barcelona, Xavier Mas de Xaxas dalam The Guardian, pariwisata telah menarik lebih banyak perdagangan narkoba, kriminal kecil-kecilan, dan pekerja seks. Toko-toko lokal diganti bisnis berorientasi pada turis.

“Beberapa minggu lalu (Agustus, 2024), toko buku terakhir di distrik tepi laut La Barceloneta tutup. Toko itu digantikan toko ganja,” tulis de Xaxas.

“Sekarang ada 25 toko ganja di Barcelona, terutama di bagian kota lama, yang paling banyak dikunjungi turis. Ini adalah contoh betapa sulitnya melestarikan tatanan sosial dan ekonomi asli kota.”

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan