sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Risiko anak terpapar pornografi tinggi, lantas bagaimana?

Berdasar sebuah penelitian, ada sekitar 4.200 situs pornografi yang dapat diakses melalui internet.

Silvia Ng
Silvia Ng Jumat, 17 Sep 2021 18:17 WIB
Risiko anak terpapar pornografi tinggi, lantas bagaimana?

Selama pandemi Covid-19 sektor pendidikan terpaksa harus dilakukan menggunakan media internet. Pelaksanaan belajar dari rumah memerlukan pengawasan yang lebih dari orang tua agar anak tidak terdampak negatif karena kecanduan internet.

Terdapat beberapa dampak negatif kecanduan internet pada anak, yaitu pornografi, ketergantungan, perundungan daring, gangguan pada kesehatan mata, dan kurang fokus saat belajar.

Ancaman yang paling utama adalah pornografi. Berdasar sebuah penelitian, ada sekitar 4.200 situs pornografi yang dapat diakses melalui internet. Bahkan dalam sebuah buku dipaparkan, sekitar 62% orang tua tidak mengetahui bahwa anaknya sudah terpapar situs pornografi.

Lantas bagaimana jika anak-anak sudah terlanjur terpapar situs-situs yang tidak selayaknya diakses anak-anak, seperti pornografi? Pendiri Rumah Kolaborasi Perempuan Muthmainnah Bahri mengungkapkan, peningkatan pengetahuan pada anak-anak.

Mutmainnah menjelaskan, orang tua perlu membangun komunikasi yang baik dengan anak. Anak-anak perlu diberikan pengertian bahwa internet digunakan untuk belajar dan mencari informasi, serta tidak boleh digunakan secara sembarangan karena ada beberapa ancaman dari penggunaan internet.

"Yang utama, kita perlu mengajarkan anak pentingnya privasi dalam berinternet. Karena terkadang anak-anak karena masih kecil, mereka belum bisa menyaring, dan berpikir bijaksana. Misalnya mereka menuliskan alamat, yang sebenarnya tidak boleh diketahui oleh orang lain," katanya dalam webinar Katadata, Jumat (17/9).

Isu anak dan internet, lanjut dia, merupakan isu yang paling besar dihadapi oleh orang tua pada saat ini. Ada banyak ancaman dan tantangan yang perlu dihadapi oleh orang tua untuk melindungi anaknya.

Berikut tips dari modul yang dikeluarkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Pertaman, dampingi anak saat mengakses internet adalah hal yang paling penting. Muthmainnah menyebutkan, jangan sampai anak leluasa menggunakan gawai tanpa mendapatkan pengawasan. 

Sponsored

"Kita tidak bisa melarang, karena anak dapat akses internet itu darimana saja. Dari teman ataupun saudara. Walaupun kita larang di rumah, ketika keluar nanti dia akan mencari sumber-sumber lain," ungkapnya.

Kedua, atur waktu penggunaan internet orang tua perlu mengetahui kata sandi gawai yang digunakan oleh anak. Karena tak dapat dipungkiri, bahwa saat belajar daring, anak-anak dapat dengan bebas menggunakan gawainya.

Ketiga menggunakan fitur “aman” pada gawai anak pada aplikasi-aplikasi atau akun yang digunakan oleh anak sehingga akses internet akan terproteksi dengan mode anak-anak.

Keempat, komunikasikan tentang penggunaan internet dengan anak melakukan komunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak adalah hal yang cukup penting. Hal ini dilakukan agar orang tua dapat memberikan pengertian tentang sosial media, gawai, dan internet yang aman.

"Yang terpenting juga, orang tua itu jgua harus sering-sering riwayat (history) atau percakapan-percakapan anak. Jangan sampai anak kita sudah pernah mengunjungi situs-situs (terlarang) secara tidak sengaja, tetapi karena penasaran dia akhirnya membuka kembali situs tersebut," jelasnya.

Selain melakukan komunikasi, usahakan anak jangan menggunakan gawainya di dalam kamar dalam keadaan sendiri agar orang tua dapat tetap memantau dan mendampingi anak menggunakan internet.

Kelima, bimbing anak untuk menemukan konten yang sesuai pendampingan dan pengawasan anak dalam berselancar di internet dapat membantu orang tua untuk membimbing anak dalam menemukan konten yang sesuai dengan umur dan minat anak.

Berita Lainnya
×
tekid