Ucapan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin kalau laki-laki yang mengenakan celana jin ukuran 33-34 inci sudah pasti obesitas, sehingga berpotensi lebih cepat meninggal dunia, ramai dibicarakan di media sosial.
Lalu, saat ditemui usai rapat kerja di Komisi IX DPR, Jakarta, Rabu (14/5), Budi menjelaskan terkait pernyataannya soal ukuran celana itu. Konteksnya, dia ingin menyampaikan terkait body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh.
“Gini ya, kalau lemak itu kita makan, normalnya masuk di bawah kulit subcutaneous. Kalau dari situ lebih, dia nempel ke organ (lain seperti) jantung, liver. Itu namanya visceral fat, ini bahaya,” kata Budi, dikutip dari Kompas.com.
Visceral fat atau lemak dalam, menurut Medical News Today, berkembang di dalam perut seseorang, mengeliling organ-organ, seperti hati, pankreas, dan usus. Terkadang, visceral fat disebut sebagai lemak perut, padahal keduanya berbeda.
Lemak perut terlihat dari luar karena bersifat subkutan, berada tepat di bawah kulit. Sedangkan visceral fat tidak terlihat karena berada di dalam rongga perut.
Tidak seperti jenis lemak lainnya, visceral fat bersifat aktif, secara langsung memengaruhi cara tubuh bekerja. Bahkan, jika seseorang memiliki berat badan normal, kelebihan lemak visceral tetap bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung, atau penyakit lain seperti diabetes, kanker, dan strok.
“Jenis lemak ini secara metabolik aktif dalam mendorong peradangan kronis tingkat rendah yang dapat merusak pembuluh darah, sehingga mengurangi aliran oksigen dan nutrisi ke otak,” kata ahli diet Maggie Moon, dikutip dari Eating Well.
Bahkan, lemak visceral disebut bisa meningkatkan risiko demensia—gangguan otak yang memengaruhi memori, pemikiran, perilaku, dan emosi.
“Penelitian menunjukkan, kadar lemak visceral yang lebih tinggi pada orang dewasa yang lebih tua dikaitkan dengan kognisi yang lebih buruk dan kerusakan pada materi putih—yang membantu menyampaikan pesan antara sel-sel otak—dan penipisan materi abu-abu—yang terdiri dari neuron yang membantu kita berpikir, belajar, dan mengingat,” ujar Moon.
Dilansir dari Telegraph, faktor utama yang membaut lemak visceral sangat berbahaya adalah bahan kimia yang disekresikannya, termasuk asam lemak bebas, yang masuk ke aliran darah dan menuju ke hati, di mana hal ini dapat memengaruhi produksi lipid darah.
Lemak visceral secara langsung terkait dengan peningkatan kadar kolesterol total dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (low-density lipoprotein), serta menurunkan kadar kolesterol baik (high-density lipoprotein).
Lemak visceral pun menghasilkan protein yang menyebabkan peradangan pada jaringan dan organ, serta mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Lemak ini juga mengganggu fungsi insulin.
Disebut New York Times, bahaya kesehatan karena lemak visceral ini tak melulu dialami orang yang obesitas. Sebab, seseorang dengan berat badan normal sekalipun dapat mengakumulasi jumlah lemak tersembunyi yang berbahaya di bawah dinding perut ini. Selain itu, lemak ini tidak bisa dihilangkan hanya dengan melatih otot perut, seperti sit-up.
Hingga usia paruh baya, pria biasanya memiliki persentase lemak visceral lebih tinggi dibandingkan perempuan. Namun, pola ini biasanya terbalik saat perempuan melewati masa menopause.
Untuk mengetahui lemak visceral, Telegraph menilai, metode pengukuran berat badan konvensional, seperti BMI tidak efektif. Satu-satunya cara yang benar-benar akurat untuk mendeteksinya adalah dengan teknologi pencitraan, seperti magnetic resonance imaging (MRI), computed tomography (CT) scan, dan sinar-X.
Secara umum, Telegraph menyebut, ukuran pinggang yang direkomendasikan adalah di bawah 37 inci untuk pria dan di bawah 31,5 inci untuk perempuan.
Berbagai faktor berkontribusi pada penyimpanan lemak visceral, seperti kurangnya aktivitas fisik, gaya hidup yang tidak aktif, konsumsi makanan olahan tinggi gula, lemak jenuh, dan kalori, konsumsi alkohol, serta kebiasaan merokok. Stres pun menjadi faktor penting karena hormon stres, yakni kortisol, diketahui meningkatkan jumlah lemak yang disimpan di perut.
Tidak ada solusi instan, seperti sedot lemak, untuk mengurangi visceral fat.
“Diet, olahraga, dan perubahan gaya hidup adalah cara paling efektif untuk mengurangi lemak visceral, yang semuanya membutuhkan komitmen jangka panjang dan perubahan perilaku,” tulis Telegraph.