

Sensor pemerintah China dalam AI DeepSeek

Teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan semakin berkembang. Kali ini, perusahaan AI asal China, DeepSeek, mengguncang dunia teknologi dengan merilis model AI yang sangat efisien, mampu bersaing dengan perusahaan AI asal Amerika Serikat, seperti OpenAI dan Anthropic.
Bahkan, DeepSeek menjadi aplikasi seluler nomor satu yang paling banyak diunduh di toko aplikasi iPhone Amerika Serikat selama akhir pekan lalu. VOA menyebut, alat asisten AI itu menyebabkan kerugian hampir 1 triliun dolar AS dalam nilai pasar bagi perusahaan-perusahaan AI yang berbasis di Amerika Serikat. DeepSeek juga mengalahkan ChatGPT sebagai aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di toko aplikasi Apple.
Apa keunggulan AI dari DeepSeek?
Direktur Sydney AI Centre di Universitas Sydney, Tongliang Liu, dalam Science Alert mengungkapkan, DeepSeek didirikan pada 2023. Perusahaan ini mencapai hasil luar biasa, dengan memanfaatkan sebagian kecil dari dana dan daya komputasi dibandingkan para pesaingnya.
Model reasoning R1 yang dirilis DeepSeek minggu lalu, kata Liu, memicu antusiasme di kalangan peneliti, kejutan di kalangan investor, serta komentar dari perusahaan besar AI lainnya. Pada 28 Januari, DeepSeek meluncurkan model lain, yang bisa bekerja dengan gambar serta teks. Pada Desember lalu, DeepSeek merilis model V3, sebuah model bahasa besar yang sangat kuat dan bekerja setara GPT-4 dari Open AI atau Claude 3.5 dari Anthropic.
“Dalam beberapa pengujian kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis, model ini bahkan mencapai hasil yang lebih baik dari rata-rata manusia,” tulis Liu.
Liu menyebut, V3 dibuat dengan biaya sekitar 5,58 juta dolar AS, jauh lebih murah ketimbang pengembangan GPT-4 yang menelan biaya lebih dari 100 juta dolar AS. DeepSeek mengklaim, melatih V3 menggunakan sekitar 2.000 chip komputer khusus, yakni GPU H800 buatan NVIDIA.
Model R1 yang merupakan model penalaran dirancang untuk memecahkan masalah kompleks secara bertahap. Model ini adalah versi modifikasi dari V3 yang menggunakan teknik bernama reinforcement learning.
Menurut Liu, terobosan DeepSeek terletak pada pencapaian efisiensi yang lebih besar: mendapatkan hasil yang baik, dengan sumber daya yang lebih sedikit. Secara khusus, para pengembang DeepSeek memelopori dua teknik yang mungkin akan diadopsi oleh para peneliti AI, yakni sparsity dan kompresi data memori.
Apa saja yang disensor?
Namun, di balik keunggulannya itu, DeepSeek menyisakan permasalahan. Terutama terkait sensor politik Negara Tirai Bambu.
Beberapa media Barat mengajukan sejumlah pertanyaan politis kepada DeepSeek. Salah satunya dilakukan Forbes. Media bisnis dan finansial asal Amerika Serikat itu, mengajukan lima pertanyaan, antara lain mengapa China dikritik karena pelanggaran HAM terhadap Uighur? Bagaimana status Taiwan dengan China? Apa yang terjadi di Lapangan Tiananmen pada 1989? Apa kritik terbesar terhadap Xi Jinping? Dan bagaimana cara kerja penyensoran di China?
Hasilnya, AI merespons dengan cara yang sama untuk setiap pertanyaan: “Maaf, saya belum yakin bagaimana cara menjawab pertanyaan jenis ini. Mari kita bahas matematika, pengodean, dan masalah logika saja!”
“DeepSeek bahkan tidak menjawab pertanyaan umum tentang karakter buku anak-anak Winnie the Pooh—topik lain yang sering disensor di China,” tulis Forbes.
Meme yang menyamakan Presiden China Xi Jinping dengan karakter Pooh, tulis Forbes, beberapa tahun lalu menjadi sarana di China untuk mengejek pemimpin mereka. Sebaliknya, DeepSeek memberi jawaban yang rinci, lebih dari 500 kata, ketika ditanya soal kritik untuk Joe Biden dan Donald Trump.
Sensor politik, disebut Forbes, menjadi hambatan terbesar China dalam perlombaan AI. Bahkan, Cyberspace Administration of China, sampai harus melakukan peninjauan terperinci terhadap model AI yang dikembangkan di China, termasuk menguji sebanyak 70.000 pertanyaan untuk melihat apakah model itu akan menghasilkan “jawaban yang aman”.
Pendiri firma riset Strategy Risks, Isaac Stone Fish, kepada CNN mengatakan, bila DeepSeek menjadi pemimpin AI global, maka bisa menimbulkan konsekuensi yang besar.
“Sangat berbahaya bagi kebebasan berbicara dan berpikir secara global karena bakal menghilangkan kemampuan berpikir secara terbuka, kreatif, dan dalam banyak kasus, benar tentang salah satu entitas terpenting di dunia, yaitu China,” ujar Fish.
Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa, punya otoritas tertinggi atas informasi dan gambar apa yang dapat dan tak bisa ditampilkan. Sensor ini, disebut-sebut sebagai yang paling ketat di dunia. DeepSeek, tulis CNN, tak punya pilihan selain ikut aturan.
Menurut peneliti senior di Generative AI Lab Universitas Teknologi Queensland, Aaron Snoswell, kepada CNN, karena teknologi DeepSeek dikembangkan di China, maka modelnya akan mengumpulkan lebih banyak data yang berpusat pada China atau pro-China daripada perusahaan Barat.
“Sebuah kenyataan yang kemungkinan akan memengaruhi platform,” ujar Snoswell kepada CNN.
Lanjut Snoswell, seperti juga semua perusahaan AI, DeepSeek pun akan menetapkan berbagai aturan untuk memicu respons yang telah ditetapkan, saat topik yang tidak ingin dibahas oleh platform muncul. Selain itu, perusahaan AI kerap menggunakan pekerja untuk membantu melatih model dalam topik apa saja yang mungkin tabu atau boleh dibahas, dan di mana batasan tertentu berada.
Meski begitu, ChatBot AI Amerika Serikat pun umumnya punya parameter. Misalnya, tidak akan memberi tahun pengguna cara membuat bom.
“Begitulah cara setiap perusahaan membuat model ini berperilaku lebih baik,” ujar Snoswell kepada CNN.
“Namun, kemungkinan besar, perusahaan China menanamkan nilai-nilai (resmi pemerintah) ke dalam kebijakan mereka.”


Berita Terkait
Toyota, Mitsubishi, Softbank Jepang larang penggunaan Chatbot DeepSeek
DeepSeek dan perlombaan kecerdasan buatan AS-Tiongkok
Kekhawatiran privasi data dari teknologi Meta AI WhatsApp
Curhat dengan chatbot AI dinilai bisa buang emosi negatif

