close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi rumah sakit./Foto Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi rumah sakit./Foto Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Kesehatan
Senin, 03 Februari 2025 06:30

Ventilasi di rumah sakit justru menyebarkan partikel virus

Para peneliti dari University College London menemukan hasil yang mengejutkan soal ventilasi dan pembersih udara di rumah sakit.
swipe

Rumah sakit biasanya dilengkapi dengan ventilasi dan pembersih udara. Tujuannya, agar kualitas udara lebih segar dan mengurangi penyebaran infeksi virus.

Namun, para peneliti dari University College London (UCL) menemukan hal sebaliknya. Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Aerosol Science & Technology (Januari, 2025), para peneliti menemukan, ventilasi dan pembersih udara malah bakal menyebabkan partikel virus bergerak lebih banyak.

Para peneliti menyelidiki efek penggunaan ventilasi mekanis terintegrasi dan pembersih udara portabel terhadap penyebaran partikel di udara. Partikel itu mirip partikel yang diembus seseorang dengan infeksi pernapasan akibat virus, seperti SARS-CoV-2 atau Covid-19 dan influenza.

Tim peneliti melacak pergerakan partikel di udara pada klinik rawat jalan di University College London Hospitals (UCLH) di pusat Kota London. Mereka memanfaatkan generator aerosol dan penghitung partikel. Berbagai skenario disimulasikan, termasuk pergerakan partikel ke ruangan di sebelahnya, seluruh area klinik, dan dari satu ruangan ke ruangan lain di sisi terjauh klinik.

Mengutip situs web University College London, mereka pun menguji apakah faktor-faktor, seperti menutup pintu atau posisi ventilasi dan pembersih udara portabel di dalam ruangan punya pengaruh terhadap penyebaran partikel.

Area yang dijadikan tempat percobaan terdiri dari ruang tunggu utama yang besar berukuran 154 meter persegi, delapan raung konsultasi di sekitarnya, dan satu pos perawat. Klinik itu terhubung lewat lorong terbuka permanen ke koridor, yang mengarah ke seluruh rumah sakit.

Eksperimen dilakukan pada malam hari dan akhir pekan, saat tidak ada staf atau pasien. Beberapa percobaan dilakukan dengan menempatkan generator aerosol yang menyebarkan larutan garam di ruangan tertentu, dengan detektor partikel ditempatkan di ruangan lain untuk melacak pergerakan partikel di sekitar klinik.

Dalam satu eksperimen, para peneliti melakukan simulasi penyebaran partikel dari seorang profesional medis atau pasien di satu ruang konsultasi ke ruang di sebelahnya. Pengukuran dasar dilakukan di ruang konsultasi, dengan sumber aerosol saat semua pintu terbuka dan tidak ada ventilasi atau pembersih udara portabel yang digunakan.

Hasilnya cukup mengejutkan. Para peneliti menemukan, dalam beberapa percobaan, penggunaan pembersih udara portabel justru meningkatkan penyebaran aerosol—sistem tersebarnya partikel halus zat padat atau cairan dalam gas atau udara—hingga 29% di antara ruangan yang berdekatan. Sementra ventilasi internal berpotensi meningkatkan migrasi aerosol di seluruh klinik hingga 5,5 kali lebih banyak daripada tidak menggunakan ventilasi.

“Pandemi COVID-19 benar-benar menyoroti risiko penularan infeksi virus melalui udara di rumah sakit, yang secara alami menyebabkan upaya untuk mengurangi risiko ini. Di banyak rumah sakit, penggunaan sistem ventilasi dan pembersih udara portabel telah meningkat,” kata salah seorang peneliti, Laurence B. Lovat, dikutip dari situs University College London.

“Menempatkan pembersih udara di dalam ruangan menyebabkan peningkatan sirkulasi aerosol yang tidak terduga dalam beberapa kasus, tetapi butuh waktu berbulan-bulan untuk memahami apa yang kami lihat. Setiap skenario menunjukkan hasil yang berbeda dan tidak terduga, tergantung pada ruang dan sumber aliran udara yang terlibat.”

Anggota tim peneliti lainnya, Jacob Salmonsmith mengungkapkan, hasil percobaan yang dilakukan mungkin tampak berlawanan dengan anggapan orang bahwa mengganti udara dalam ruangan lebih sering bisa mengurangi penyebaran partikel virus.

“Memang benar pembersih udara dapat menghilangkan partikel virus dari udara dan bisa mengurangi penyebaran secara keseluruhan, tetapi alat ini juga bisa menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan,” ujar Salmonsmith, dikutip dari situs web University College London.

“Secara khusus, percobaan ini menunjukkan, pembersih udara yang lebih besar, yang memiliki lubang pembuangan lebih besar, yang menghasilkan aliran udaranya sendiri, bisa menyebabkan partikel yang belum disaring menyebar lebih jauh daripada jika pembersih udara tidak ada.”

Penelitian ini pun menemukan, konsentrasi partikel tertinggi terdeteksi di ruangan yang paling jauh dari sumber aerosol yang terletak di raung konsultasi, tempat pembersih udara portabel beroperasi. Kadar partikel di ruangan yang paling jauh dari sumber aerosol ini 184% lebih tinggi dari rata-rata, sedangkan di ruangan yang berhadapan langsung dengan sumber, kadarnya 68% di bawah rata-rata.

Terdapat pula 247% lebih banyak partikel di ruang tunggu yang paling jauh dari ruang konsultasi, tempat pembersih udara portabel beroperasi, dibandingkan di ruang tunggu tepat di sebelahnya. Ruang perawat memiliki konsentrasi partikel yang lebih tinggi dibandingkan ruangan mana pun di sisi klinik yang sama dengan ruangan tempat generator aerosol berada.

Di sisi lain, dikutip dari Infection Control Today, menutup pintu merupakan salah satu dari sedikit tinfakan yang efektif mengurangi penyebaran aerosol, menekan penularan hingga 97% ketika kedua pintu ke ruangan yang terinfeksi ditutup. Namun, masalahnya, di lingkungan rumah sakit, menutup pintu setiap saat tidak dianggap praktis.

Infection Control Today menyimpulkan, penelitian ini memberikan beberapa poin penting, antara lain pentingnya penempatan pembersih udara portabel yang strategis, memikirkan ulang desain ventilasi, melakukan manajemen tutup-buka pintu, pemantauan aliran udara berbasis artificial intelligence (AI), dan desain rumah sakit harus beradaptasi.

“Rumah sakit modern harus dirancang dengan mempertimbangkan dinamika aliran udara, memastikan tindakan pengendalian infeksi tidak saling bertentangan,” tulis Infection Control Today.

“Renovasi rumah sakit lama mungkin juga diperlukan untuk mencegah penyebaran virus yang tidak diinginkan.”

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan