sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hikayat ondel-ondel

Ondel-ondel dulunya bukan sekadar alat buat mengamen di jalanan.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Senin, 24 Feb 2020 19:14 WIB
Hikayat ondel-ondel

Sebelum dikenal sebagai ondel-ondel, masyarakat Betawi menyebut kesenian ini dengan barong. Barong dari barongan yang berarti bareng-bareng. Boneka barong ditampilkan dengan muka yang seram sebagai penolak bala atau mengusir roh jahat. 

Selain itu, barongan dipakai sebagai media dalam upacara sedekah bumi di perkampungan. Di masa pemerintah VOC, barongan dipentaskan bersama kesenian musik tanjidor khas Betawi di Kota Batavia saat perayaan Tahun Baru China atau ulang tahun Ratu Wilhelmina.

Namun belakangan, ondel-ondel kian marak dugunakan hanya jadi sekadar alat mencari duit. Kesenian ondel-ondel pun hanya disajikan ala kadarnya dan tanpa mematuhi pakem. 

Menanggapi hal itu, budayawan Betawi Yahya Andi Saputra mengatakan, sudah semestinya Pemerintah Daerah DKI turun tangan.

“Terlihat berantakan sekali. Didorong-dorong pakai pengeras suara. Penampilannya sudah kumuh,” kata Yahya saat dihubungi Alinea.id du Jakarta, Jumat (21/2).

Dijelaskan Yahya, ada beberapa pakem yang harus diikuti dalam mementaskan kesenian ondel-ondel. Pertama, pemainnya mengenakan baju seragam berupa pakaian daerah khas Betawi. Kedua, memainkan alat musik tradisiona.

Ketiga, menampilkan sepasang boneka ondel-ondel laki-laki dan perempuan. 

"Sepasang ondel-ondel laki-laki dan perempuan itu menandakan keseimbangan alam atau ekuilibrium, baik-buruk, hitam-putih. Satu sama lain saling memelihara,” tutur Yahya.

Sponsored

Sekretaris Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Imam Hadi Purnomo mengatakan, pemerintah sebenarnya telah merancang sejumlah solusi untuk menertibkan pengamen ondel-ondel. Penertiban bakal diupayakan sejalan dengan upaya pelestarian budaya Betawi. 

Infografik Alinea.id/Dwi Setiawan

Berita Lainnya
×
tekid