sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

AMSI ungkap tantangan dalam proses cek fakta

Format dan bentuk hoaks yang semakin lama semakin beragam. Contohnya melalui video di platform Tiktok, Youtube dan lain sebagainya.

Natasya Maulidiawati
Natasya Maulidiawati Senin, 20 Des 2021 16:42 WIB
AMSI ungkap tantangan dalam proses cek fakta

Badan Pengawas dan Pertimbangan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Citra Dyah Prastuti menuturkan berbagai upaya yang dilakukan AMSI, dalam mendorong upaya memberantas atau menyangkal hoaks. Salah satunya adalah dengan mengadakan Indonesia Fact-Checking Summit 2021.

“Setiap media yang menjadi anggota dari kolaborasi cekfakta.com, sudah mengeluarkan produk masing-masing yaitu artikel, video, podcast, dan chatbox. Ini adalah bagian dari upaya bersama untuk bersama menangkal hoaks itu sendiri,” ujar Citra dalam Webinar Indonesia Fact-Checking Summit 2021Part of APAC Trusted Media Summit, Senin (20/12).

Citra mengatakan juga upaya AMSI lainnya menangkal hoaks, yaitu mengadakan event terkait dengan cek fakta seperti summit atau live event fact-checking yang sudah dilakukan AMSI, Mafindo, AJI pada pelaksanaan pemilu, pilkada, dan sebagainya. 

Training dan workshop tidak kalah penting, karena ini merupakan bagian dari peningkatan kapasitas. Semakin banyak jurnalis yang punya kemampuan memeriksa fakta, maka semakin baik. Begitu juga jika banyak orang bukan jurnalis dan mempunyai kemampuan itu, maka tentu akan semakin baik juga, karena kita perlu melakukan deteksi awal,” tambahnya.

Kemudian, upaya lainnya adalah melakukan kolaborasi lintas kelompok (jurnalis, warga, komunitas, radio, akademisi dan mahasiswa), serta kolaborasi lintas platform, karena media tidak dapat bekerja sendiri. 

Lebih lanjut Citra mengungkapkan tantangan dari proses cek fakta yaitu, format dan bentuk hoaks yang semakin lama semakin beragam. Contohnya melalui video di platform Tiktok, Youtube dan lain sebagainya.

“Tantangan lainnya dalam proses cek fakta adalah meta data yang terhapus di konten video/foto yang beredar di WhatsApp dan proses ketat dan panjang dalam memeriksa fakta, sehingga kalah cepat dengan peredaran hoaks,” ujarnnya.

Selain itu, ada pada membuat produk jurnalistik yang mudah dicerna (lugas, tidak terlalu panjang). Serta kanal hasil periksa fakta kalah populer dengan kanal lainya di media online.

Sponsored

“Untuk mengurangi dampak ini, tentunya tidak bisa medianya saja. Ini merupakan kolaborasi bersama. Mungkin kita perlu memikirkan metode yang terbaik untuk mengukur dampak ini sehingga dapat memikirkan cara berikutnya, mana yang lebih jitu dan lebih cepat dalam menangkap hoaks,” pungkasnya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid