close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Foto: Imogen Haynes
icon caption
Foto: Imogen Haynes
Media
Selasa, 23 Mei 2023 18:57

Hati-hati terhadap tren chroming yang viral di sosial media Australia

Anak mereka, Esra Haynes yang berusia 13 tahun itu meninggal akibat mengikuti tren di sosial media yang populer disebut 'chroming'.
swipe

Anda mungkin baru mengetahui ada sebuah tren bernama 'chroming', sama halnya dengan kedua orang tua seorang gadis  bernama Esra Haynes yang tinggal di Melbourne. Mirisnya, orangtua itu baru mengetahui tentang tren chroming, seiring dengan datangnya kabar duka. 

Anak mereka, Esra Haynes yang berusia 13 tahun itu meninggal akibat mengikuti tren di sosial media yang populer disebut 'chroming'. Tren berbahaya ini nampaknya beredar di kalangan remaja Australia. 

Tren chroming yaitu menghirup aroma dari bahan kimia yang biasanya didapat dari produk cat metalik, pelarut, bensin dan bahan kimia dari kaleng aerosol. Mereka menghirup itu untuk ngefly dengan cepat.  Di Indonesia, fenomena ini sebenarnya tidak asing, namun umumnya dilakukan anak-anak jalanan yang marak pada era 90-an hingga 2000an.

Diberitakan News.com.au, Esra kehilangan nyawanya setelah menginap di rumah temannya pada 31 Maret. Ia menggunakan kaleng deodoran untuk mencoba tren 'chroming'. 

Esra mengalami serangan jantung dan harus bertahan hidup selama delapan hari. Namun dokter mengatakan "otaknya rusak tidak bisa diperbaiki". Keluarganya kemudian memutuskan untuk mencabut segala alat bantu medis.

Orang tua remaja itu, Paul dan Andrea Haynes, serta kakak-kakaknya Imogen, Seth, dan Charlie "memeluknya sampai akhir", menurut media Australia.

Setelah kematian Esra, Departemen Pendidikan Victoria mengatakan sedang meningkatkan upayanya untuk memberikan lebih banyak informasi kepada anak-anak tentang chroming dan efek sampingnya yang mematikan.

Bapak dan Ibu Haynes juga dalam misi untuk meningkatkan kesadaran tentang tren berbahaya tersebut.

Mereka mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa itu "chroming" sampai mereka menerima telepon yang mengatakan bahwa putri mereka dibawa ke rumah sakit karenanya.

Tuan dan Nyonya Haynes mendesak anak-anak dan remaja untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama yang dilakukan putri mereka.

“Kami ingin membantu anak-anak lain agar tidak jatuh ke dalam perangkap konyol melakukan hal konyol ini. Tidak diragukan lagi bahwa ini akan menjadi perang salib kami,” kata Haynes kepada Herald Sun.

Orang tua Haynes juga menyerukan resusitasi kardiopulmoner, atau CPR, menjadi pelajaran wajib di sekolah, serta agar formula deodoran dibuat lebih aman dan tidak beracun.

Kematian seperti pada Esra yang diakibatkan mencoba tren chroming bukan pertama kalinya terjadi pada remaja Australia.

Pada 2019, dua anak laki-laki berusia 16 tahun meninggal setelah mengikuti tren tersebut. Sementara gadis remaja lainnya menderita kerusakan otak.(straitstimes)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan