sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mengukuhkan jurnalisme empati dari perspektif gender

FJPI adalah Forum Jurnalis Perempuan Indonesia, berdiri di Medan, Sumatra Utara, tahun 2007.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Senin, 28 Feb 2022 20:54 WIB
Mengukuhkan jurnalisme empati dari perspektif gender

Jurnalis perempuan berupaya menegakkan jurnalisme responsif gender. Sajian pemberitaan diupayakan kalau bisa memihak pada keadilan atas perempuan. Misalnya, pada kasus kekerasan seksual yang menimpa perempuan (perempuan sering menjadi korban kekerasan seksual), diupayakan untuk memberikan pendidikan sehingga mampu memberitakan ihwal tersebut dengan perspektif korban. Memihak kepada korban yang rata-rata adalah perempuan dan anak.

"Tidak semua orang punya perspektif gender. Di FJPI kita berusaha untuk memberikan pemahaman, sehingga berita-berita yang ada di media itu lebih ramah terhadap perempuan dan anak. Di media, banyak sekali berita yang menyudutkan korban," kata Sekretaris Jenderal Forum Jurnalis Perempuan Indonesia Khairiah Lubis dalam tayangan Parintal Official Channel, pekan lalu.

Dipandu Erna Girsang, episode podcast membahas seputar kinerja jurnalis perempuan, pemberitaan tentang kekerasan seksual, dan jurnalisme empati yang menjadi salah satu agenda kampanye FJPI. Apa sebenarnya jurnalisme empati dan bagaimana seharusnya media memproduksi berita yang mengedukasi dan mengispirasi agar bisa menjadi contoh yang mendidik masyarakat.

Menurut Khairiah, FJPI adalah Forum Jurnalis Perempuan Indonesia, berdiri di Medan, Sumatra Utara, tahun 2007. Karena semangat untuk berkolaborasi, sekarang sudah ada cabang di 12 provinsi di Indonesia. Awalnya dulu bernama FJPSU (Forum Jurnalis Perempuan Sumatra Utara). Akhirnya di tahun 2017 pada Hari Pers Nasional di Padang, FJPI mendapat kesempatan berkegiatan sehingga dapat mengajak para jurnalis perempuan untuk bergabung dan membentuk tiga cabang di Riau, Sumatra Barat, dan Jambi. Pada 2018 kemudian mengukuhkan diri sebagai FJPI.

"Kita ingin saling memotivasi, meningkatkan kapasitas untuk jurnalis perempuan di Indonesia, karena kita kurang mendapatkan akses pelatihan, jadi bersinergi untuk saling menguatkan dengan berhimpun di FJPI," ujar Khairiah Lubis, yang aktivitas sehari-harinya produser DAAI TV Medan.

Dijabarkannya, ada sebuah penelitian, 80 persen kasus kekerasan terhadap perempuan itu tidak berpihak pada korban di pengadilan. "Kita sebagai media perlu untuk memberikan perhatian. Kita bisa mendukung dengan pemberitaan yang berperspektif korban dan juga dengan pemihakan jurnalisme empati sehingga korban yang menjadi obyek pemberitaan tidak menjadi korban dua kali," pesannya.

Khairiah menguraikan, para jurnalis FJPI juga berbagi pengalaman dalam melakukan peliputan, seperti teman-teman yang biasa ngepos di pengadilan misalnya, yang memantau proses hukum dengan kadar empatinya dapat turut memberikan bantuan dan edukasi kepada korban sehingga bisa mendapatkan keadilan. Katanya, banyak korban yang tidak paham bagaimana permasalahan hukum yang dihadapi. Sementara perempuan (apalagi sebagai jurnalis) biasanya lebih peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.

Ditambahkan, FJPI sekarang membuat survei tentang kondisi jurnalis perempuan di masa pandemi Covid-19. Survei dilakukan sejak awal Februari, sedang disebarkan kuesionernya, untuk mendapatkan bagaimana permasalahan yang dihadapi oleh jurnalis perempuan selama dua tahun pandemi ini. Bagaimana dari sisi finansial dan ekonomi mereka.

Sponsored

Karena banyak juga media yang tidak kuat menghadapi pandemi, mereka menjadi korban Pemutuan Hubungan Kerja (PHK) misalnya. Bagaimana jurnalis perempuan sebagai ibu yang bekerja dari rumah dengan kondisi mengurus anak, mengajari anak yang bersekolah. Bekerja dan menjadi guru juga bagi anaknya, mengurus kebutuhan rumah tangga. Apakah mereka mengalami kekerasan seksual selama pandemi. "Ada beberapa pertanyaan yang sedang kita kumpulkan," sambungnya.

Diumumkan, pada 5 Maret mendatang, FJPI akan meluncurkan dua cabang baru di Lampung dan Nusa Tenggara Barat. Anggota FJPI sekitar 300-an jurnalis perempuan se-Indonesia.

Berita Lainnya
×
tekid