sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Covid-19 jadi beban ganda penanganan korban bencana alam

Wiku ungkap rumitnya tangani korban bencana alam kala pandemi.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Selasa, 19 Jan 2021 19:02 WIB
Covid-19 jadi beban ganda penanganan korban bencana alam

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut ancaman penularan Covid-19 menjadi beban ganda dalam penanganan evakuasi korban terdampak bencana alam.

Pandemi Covid-19, jelas dia, berpotensi memperburuk keadaan. Apalagi, respons seseorang saat bencana alam terjadi cenderung berada dalam jarak yang berdekatan (berdesakan).

“Karena tempat yang terbatas, misalnya lokasi evakuasi maupun untuk mendapatkan rasa aman dan nyaman,” ucapnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (19/1).

Menurut Wiku, menjaga jarak untuk mencegah penularan Covid-19 merupakan tantangan tersendiri dalam proses evakuasi. Disisi lain, di tempat pengungsian juga ada ancaman penyakit umum lainnya, seperti gangguan pencernaan (diare), hingga stres.

Hingga saat ini, Satgas Penanganan Covid-19 mengantisipasi risiko penyebaran Covid-19 di tempat pengungsian dengan swab antigen massal di daerah-daerah terdampak bencana. Misalnya di Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat, pengungsi reaktif Covid-19 akan dirujuk ke dinas kesehatan setempat untuk penanganan lebih lanjut.

Potensi risiko penyebaran Covid-19 di tempat pengungsian dapat pula dilakukan dengan memisahkan antara kelompok rentan (lansia dan penderita komorbid) dengan orang-orang muda.

Wiku juga menekankan pentingnya kesiapsiagaan bencana dengan mempertimbangkan pasien Covid-19 tidak dirujuk ke daerah berisiko bencana tinggi.

Kapasitas tempat evakuasi sementara (TES) dan tempat evakuasi akhir (TEA) perlu ditinjau ulang untuk memastikan protokol kesehatan. Juga perlu memberi tanda khusus agar tidak membaurkan pengungsi terpapar Covid-19 dan yang tidak.

Sponsored

Ia pun mengingatkan agar TES dan TEA rutin disemprot disinfektan dan tersedia air bersih, peralatan cuci tangan, sabun, hingga hand sanitizer. Bahkan, juga perlu mempersiapkan alat pelindung diri (APD), hingga alat P3K, seperti thermometer.

Jadi, sambung Wiku, perlu sosialisasi masif dan antisipasi terencana. BPBD perlu berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat agar dapat mengantongi data warga positif Covid-19.

“Perlu dipertimbangkan juga rencana jalur evakuasi dan tempat pengungsian yang mana (pengungsi) kasus positif dan warga yang sehat, terpisah,” tuturnya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat dalam rentang waktu dari 1 Januari hingga 18 Januari, total 154 bencana alam terjadi di Indonesia. Kebanyakan berbentuk banjir, angin ribut, hingga longsor. Total korban meninggal dunia sebanyak 140 orang dan 776 orang luka-luka.

“Kami mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya atas kejadian bencana yang bertubi-tubi di tengah pandemi Covid-19 saat ini,” tutur Wiku.

Berita Lainnya
×
tekid