sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Duo subvarian Omicron di bayang gelombang keempat pandemi

Jumlah kasus positif Covid-19 terus naik. Gelombang keempat potensial terjadi.

Achmad Al Fiqri
Achmad Al Fiqri Rabu, 22 Jun 2022 16:07 WIB
Duo subvarian Omicron di bayang gelombang keempat pandemi

Pengunjung menyesaki kedai kopi kecil di Jalan Perjuangan, Bekasi Utara, Jawa Barat, Senin (20/6) malam itu. Di sudut ruangan, sekelompok pemuda bermain kartu sambil bernyanyi. Duduk melingkar, hampir tak ada jarak di antara mereka. Masker-masker telah ditanggalkan. 

Fitri Ani, sang pemilik kedai, hanya bisa "geleng-geleng kepala". Ia mengaku sudah lelah mengingatkan para pengunjung kedainya supaya tetap menaati protokol kesehatan. Dara berusia 25 tahun itu mengeluh tak pernah lagi didengar para pelanggan kedai. 

"Kita sudah selalu imbau sih kalau soal protokol kesehatan (pada pelanggan). Ya, tetapi, kembali lagi ke pelanggannya masing-masing. Warga Bekasi sih untuk protokol kesehatan kayaknya kurang patuh," ujar Ani saat berbincang dengan Alinea.id.

Perlengkapan untuk melawan Covid-19 sebenarnya lengkap di kedai itu. Selain penyanitasi tangan, Ani bahkan menyediakan masker untuk pengunjung. Hanya saja, dua perangkat protokol kesehatan itu tak selalu dimanfaatkan oleh para pelanggan kedai. 

Ani pun mengaku waswas bakal tertular Covid-19. Apalagi, jumlah kasus penderita Covid-19 di Kota Patriot meningkat dalam beberapa pekan terakhir.  “Kalau dibilang khawatir, ya khawatir. Tetapi, balik lagi kebutuhan, ya,” ucap Ani.

Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Jumat (16/6), setidaknya ada tambahan 54 kasus Covid-19. Dengan demikian, jumlah warga yang masih terinfeksi Covid-19 sebanyak 312 orang. 

Sejak awal 2022, menurut Ani, petugas jarang menggelar patroli protokol kesehatan. Situasinya tidak berubah meskipun jumlah kasus Covid-19 kembali melonjak di Bekasi. 

"Paling tiga bulan sekali. Kalau 2021, sering ada patroli. Dia (aparat keamanan) mengingatkan protokol kesehatannya diperketat dan diimbau tutup jam 10 malam,” tuturnya.

Sponsored

Longgarnya pengawasan terhadap protokol kesehatan juga terlihat di Mal Cinere, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (20/6). Di lobi mal, petugas keamanan seolah tak lagi serius mengawal protokol kesehatan. Tak ada pemeriksaan suhu tubuh dan imbauan untuk check-in via aplikasi Peduli Lindungi. 

Pada area food court, protokol kesehatan pun diabaikan para pengunjung dan penjaja makanan. Mayoritas pengunjung tampak tak bermasker. Kursi-kursi yang saat puncak pandemi Covid-19 ditandai simbol silang tak terlihat lagi. 

“Kalau dulu di sini ketat. Makan saja tidak boleh di sini. Tetapi, sekarang santai. Kalau sekarang, di sini paling ketat-ketatnya kalau ada sidak dari pemilik malnya saja. Tetapi itu enggak setiap hari” ujar Ridwan, salah satu pelapak, kepada Alinea.id. 

Ridwan sebenarnya tahu jumlah kasus positif Covid-19 naik lagi. Namun, ia berharap pemerintah tak lagi mengeluarkan kebijakan pembatasan mobilitas warga.

“Ya kalau bisa terus (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat/PPKM) level 1 lah. Perhatikan perekonomian rakyat kecil, pedagang, UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) yang sangat terdampak,” ucap Ridwan.

Berdasarkan data Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar), jumlah kasus positif Covif-19 terus meningkat dalam sepekan terakhir. Jika dirata-rata, ada tambahan lebih dari 100 kasus baru per hari. Pemprov Jabar bahkan sempat mencatat tambahan 216 kasus positf Covid-19, Rabu (15/6) lalu.

Ilustrasi virus Sars-Cov-2 varian Omicron. /Foto Pixabay

Terpengaruh subvarian Omicron

Naiknya grafik pertumbuhan kasus positif Covid-19 merupakan cerminan situasi nasional. Dicatat dari covid19.go.id, jumlah kasus Covid-19 cenderung meningkat sejak beberapa pekan terakhir. Selain Jabar, DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Timur jadi penyumbang kasus terbanyak. 

Lonjakan kasus mulai terjadi pada Rabu (15/6). Hari itu, ada 1.242 orang yang dinyatakan positif Covid-19. Selang sepekan, tepatnya pada Selasa (21/6), jumlah kasus positif Covid-19 melonjak menjadi 1.678 kasus.

Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman meyakini naiknya jumlah kasus Covid-19 disebabkan transmisi lokal subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Itu disimpulkan Dicky setelah mempelajari karakteristik subvarian Omicron teranyar tersebut. 

“Jadi, jelas sekali ini peningkatan jumlah kasus di berbagai daerah itu disebabkan BA.4 dan BA.5,” ujar Dicky saat dihubungi Alinea.id, Senin (20/6).

Varian BA.4 dan BA.5 kali pertama terdeteksi di Afrika Selatan pada Januari dan Februari 2022. Serupa dengan varian Delta, kedua varian itu mengalami mutasi berkode L452. Mutasi menyebabkan virus lebih cepat menular dan punya kemampuan menghindari sistem imun.

“Gejala yang bisa kita lihat dari negara yang sudah terdampak mirip-mirip Delta, seperti nyeri tenggorokan, flu, ingus berlebih, atau adanya rasa sesak pada beberapa kasus. Kabar baiknya, orang yang imunitasnya memadai itu tidak menunjukkan gejala atau hanya menunjukkan gejala ringan sampai sedang,” tutur Dicky. 

Meskipun gejalanya enteng, Dicky mengingatkan agar pemerintah mewaspadai penyebaran Omicron BA.4 dan BA.5. Apalagi, varian itu juga tergolong mematikan bagi mereka yang memiliki sistem imun lemah. "Itu sudah dilihat di negara yang sudah memiliki tingkat imunitas yang tinggi seperti Portugal,"  imbuhnya. 

Menurut catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), varian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah masuk ke Indonesia sejak awal Juni. Hingga Sabtu (18/6), Kemenkes mendeteksi setidaknya ada 57 kasus positif Covid-19 karena infeksi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. 

Rinciannya, 10 kasus merupakan kasus positif Covid-19 karena inveksi sub varian BA.4 dan 47 kasus karena infeksi BA.5. Kasus-kasus itu terdeteksi di sejumlah provinsi, seperti Banten, DKI Jakarta, Bali, Jawa Barat.

Dicky memprediksi jumlah kasus positif karena kedua subvarian tersebut bakal terus bertambah. Itu seiring dengan kian abainya masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Di lain sisi, kemampuan testing pemerintah juga masih tak mumpuni. 

"Potensi gelombang keempat jelas ada. Di pertengahan Juli, sudah mulai bisa kita lihat. Ketika itu puncak gelombang terjadi, orang-orang yang rawan ini seperti lansia, komorbid, anak usia di bawah lima tahun, atau orang yang belum dapat vaksinasi yang akan berkontribusi pada penambahan kasus dan fatalitas kasus," jelas dia. 

Sebagai langkah mitigasi, Dicky menyarankan agar pemerintah kembali menggenjot program booster alias suntikan ketiga vaksin. Kelompok rawan infeksi diprioritaskan. Jika perlu, pemerintah juga diminta menggelar vaksinasi dosis keempat. 

"Selanjutnya, vaksinasi pada anak. Saya kira saat ini sudah bisa dipertimbangkan pemberian vaksin bagi anak usia tiga tahun ke atas karena FDA Amerika sudah keluarkan rekomendasi vaksin anak untuk Pfizer dan Moderna,” tutur Dicky.

Warga melintas di depan mural bertema pemilu di kawasan Pasar Anyar, Kota Tangerang, Banten, Kamis (7/5/2020). Foto Antara/Fauzan

Langkah mitigasi 

Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher mendesak pemerintah menyiapkan langkah-langkah mitigasi untuk mengendalikan penyebaran varian Omicron BA.4 dan BA.5. Ia khawatir sistem kesehatan kembali kolaps lantaran lonjakan kasus Covid-19. 

“Disiplin prokes masyarakat sudah mulai longgar, tempat-tempat publik kembali dibanjiri pengunjung, pertemuan tatap muka dan mobilitas masyarakat sudah kembali seperti sebelum ada pandemi," ujar Netty dalam keterangan tertulis yang diterima Alinea.id, Minggu (19/6).

Menurut Netty, pemerintah terutama harus kembali memperketat pengawasan terhadap protokol kesehatan. Apalagi, kepatuhan terhadap protokol kesehatan terus merosot usai Jokowi mengizinkan masyarakat melepas masker di ruang terbuka, Selasa (17/5). 

Itu bisa dilihat dari data pemantauan Satgas Penanganan Covid-19 per 29 Mei 2022. Dari 1.710 kelurahan dan desa yang dipantau, tercatat hanya sekitar 36,32% masyarakat yang masih patuh untuk memakai masker. Adapun warga yang taat dalam menjaga jarak hanya 29,9%.

“Pemerintah harus segera mempersiapkan sistem kesehatan dan mengambil langkah untuk menekan kasus Covid-19. Apa langkah yang diambil pemerintah agar masyarakat kembali waspada?" ucap politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Sebelumnya, Kemenkes memprediksi subvarian Omicron potensial mengakibatkan lonjakan kasus hingga rata-rata 20 ribu kasus positif Covid-19 per hari. Puncak penularan pun diyakini akan terjadi pada pekan kedua dan ketiga Juli 2022. 

Infografik Alinea.id/Debbie Alyuwandira

Juru bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan pemerintah telah merencanakan sejumlah langkah strategis untuk memutus mata rantai penularan subvarian Omicron. Salah satunya dengan meningkatkan kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan, semisal memastikan ketersediaan tempat tidur dan fasilitas penunjang lainnya. 

“Kemudian, kami melakukan edukasi kepatuhan penerapan protokol kesehatan untuk masyarakat dan menggalakkan program vaksinasi Covid-19 untuk masyarakat dengan memberikan kemudahan akses vaksinasi,” ujar Syahril saat dihubungi Alinea.id di Jakarta, Senin (21/6).

Vaksinasi booster, kata Syahril, juga bakal terus digenjot. Saat ini, Kemenkes mencatat cakupan vaksinasi dosis ketiga telah mencapai 50% untuk target kelompok masyarakat umum dan 70% untuk kelompok masyarakat rawan.

“Mitigasi lainnya menghidupkan kembali telemedicine bagi pasien isolasi mandiri (isoman) karena memudahkan masyarakat. Jadi, enggak harus datang ke RS (rumah sakit) untuk mendapatkan layanan dokter dan obat,” terang Syahril.

Syahril mengatakan pemerintah hanya bakal kembali mengeluarkan kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat bila grafik kasus positif Covid-19 terus naik. Tetapi, kebijakan pengetatan akan dikeluarkan melihat kondisi dan kebutuhan di lapangan.

“Pemerintah akan berhati-hati dalam menerapkan kebijakan yang diperlukan saat ini, yakni dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang mungkin akan berdampak kepada masyarakat,” ujar Syahril.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid