sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Fahri: Mas Menteri, sekolah mandiri memiliki banyak ekses negatif

Anak lebih suka bermain game dan media sosial (medsos) ketimbang fokus belajar secara mandiri.

Hermansah
Hermansah Jumat, 31 Jul 2020 12:59 WIB
Fahri: Mas Menteri, sekolah mandiri memiliki banyak ekses negatif

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah menilai, sekolah mandiri atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) di tengah pandemi virus Corona (Covid-19), memiliki ekses atau dampak negatif bagi perkembangan kepribadian anak secara luas.

Berdasarkan pengamatannya, anak menjadi lupa waktu. Lebih suka bermain game dan media sosial (medsos) ketimbang fokus belajar secara mandiri, meskipun sudah dibimbing oleh orang tua di rumah. Ekses negatif lainnya, menjadi kurang menghormati norma-norma agama.

"Lapor Mas Menteri! Kemarin menumpang salat di rumah saudara sekitar jam 22.00 malam. Di samping saya salat, ada 3 anak kecil sedang bermain gadget. Satu menonton YouTube, satu main game, satu lagi main Tiktok dengan HP ibunya dan bapaknya yang terbiasa dipakai sekolah," kata Fahri Hamzah dalam keterangan tertulisnya, Jumat (31/7). 

Selain itu, untuk melakukan sekolah mandiri tidak semua warga memiliki akses jaringan, gadget maupun paket data. Apabila orang tua siswa adalah seorang yang berkecukupan, tentu hal itu tidak menjadi masalah karena kebutuhan anak mereka akan dipenuhi. Sementara yang miskin akses bisa frustrasi, tidak bisa berbuat apa-apa, guru dan kelas mereka menjadi tidak terjangkau.

Bahkan bagi anak yang kaya akses dan paket data pun, akan menyebabkan mereka menjadi penghuni dunia maya yang palsu. Anak-anak akan banyak menonton layar kaca dan tanpa pengawasan yang bisa merusak mata, otak, dan hati. 

"Mata, otak, dan hati anak-anak akan rusak. Mereka akan menjadi penghuni dunia maya yang palsu," katanya.

Oleh karena itu, daripada menerapkan kebijakan sekolah mandiri dengan sistem PJJ yang sudah terbukti memiliki akses negatif yang luas bagi anak, selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), akan lebih baik jika Nadiem mengembangkan infrastruktur digital pendidikan rakyat untuk memajukan pendidikan Indonesia.

Apalagi Nadiem memiliki pengalaman sukses membuat infrastruktur digital bagi tukang ojek online (ojol) yang dikenal dengan aplikasi Gojek. Hasil karya Nadiem Makarim ini menjadi salah satu startup transportasi online yang berhasil  menyandang gelar 'Unicorn', serta memantapkan diri sebagai startup pertama asal Indonesia.

Sponsored

"Mas Menteri punya jejak sukses bikin infrastruktur digital bagi tukang ojek. Mengapa tidak diteruskan dengan infrastruktur digital bagi pendidikan rakyat? Dana Kementerian Pendidikan adalah yang terbesar dan mandatori konstitusi kita 20% APBN tiap tahun. Ayo Mas Menteri, kita bisa!" kata mantan Wakil Ketua DPR periode 2014-2019 ini.

Berita Lainnya
×
tekid